Perempuan Bermartabat Berani Tempur

Zackir L Makmur
Pemerhati masalah sosial budaya, menulis beberapa buku fiksi dan non fiksi, dan bergiat di IKAL Strategic Center (ISC).
Konten dari Pengguna
22 November 2022 16:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zackir L Makmur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan karier.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perempuan Indonesia bermartabat. Ia tidak lembek seperti lumut, melainkan tegar laksana karang menghadang gelombang. Dan ia bisa begitu kukuh berdiri pada anjungan kapal di tengah samudera. Maka ia adalah darah sejarah yang ada dalam jantung Indonesia, sebuah negeri yang menyimpan sejarah perempuan bermartabat yang begitu berani bertempur.
ADVERTISEMENT
Sejarah menorehkan hal itu pada kepemimpin Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati sebagai perempuan-perempuan bermartabat yang berani bertempur, membela martabat bangsanya. Bersama ini Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati adalah bukti kontribusi perempuan Indonesia tidak lembek seperti lumut, melainkan kaya, cerdas, berkedudukan, dan pemberani.
Dalam kesejarahan kemanusiaan abad 15, hal itu sangat mustahil terjadi. Pada masa itu kebudayaan lokal di Jawa maupun di Aceh bersenyawa dengan kebudayaan patriarki, kebudayaan feodalisme, dan kebudayaan kolonial, yang mengharuskan perempuan itu lembek dan bego. Kedudukannya sangat domistik seputar kasur, dapur, dan sumur. Justru Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati tampil mengkeremus bangsa-bangsa penjajah, Portugis dan Belanda.
Maka lewat keberanian perempuan-perempuan bermartabat itu, martabat bangsa pun dibela, di mana martabat bangsa, diartikan sebagai tingkat harkat kemanusiaan dan harga diri. Maka martabat bangsa harus dihormati secara etis oleh bangsa-bangsa lain. Inilah konsep yang penting dalam bidang moralitas, etika, hukum, dan politik, dan berakar dari konsep hak-hak yang melekat pada diri manusia.
ADVERTISEMENT
Ratu Kalinyamat: Poros Maritim
Ratu Kalinyamat menjadi Panglima Perang ini betapa gagah berani membebaskan Malaka dari cengkeraman Portugis. Perempuan pertama yang antikolonialisme ini mengirimkan pasukannya sejumlah 4.000 orang dari Jepara. Betapa gagah berani perempuan Panglima Perang ini menentang penjajahan Portugis.
Buku Perempuan-Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa karya Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad (2018) memberi kesaksian bahwa Ratu Kalinyamat diminta Sultan Johor agar Malaka dapat dibebaskan dari kekuasaan Portugis. Maka pada 1551 bergabunglah pasukan Jepara dalam pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan ini menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian wilayah Malaka.
Juga pada 1565, Ratu Kalinyamat bersedia memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ambon untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative. Dan pada 1573, Sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka kembali. Ratu Kalinyamat mengirimkan 300 kapal dengan membawa 15.000 prajurit Jepara.
ADVERTISEMENT
Ratu Kalinyamat melakukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka itu mengandung arti pula terhadap manifestasi memberi perlindungan teritorial, serta menjaga keamanan perdagangan dan pelayaran yang dilakukan pedagang dari wilayah Nusantara. Ini menandakan ia telah menguasai jaringan internasional abad 16.
Lantas secara politis ia telah memperkuat potensi politik dan militer sebagai modal antikolonialisme mengusir Portugis. Dan secara ekonomi, Ratu Kalinyamat mengembangkan wilayah Jepara menjadi industri galangan kapal terbaik dan terbesar di Asia Tenggara, penghasil beras, pelabuhan terpenting di Pantura. Dan ia memang memiliki visi mengenai poros maritim, sehingga di Jepara industri kapal perang maupun kapal dagang berkembang pesat. Selain itu perempuan hebat kelahiran 1514 ini berhasil membangun kekuatan angkatan laut yang besar dan kuat sekaligus membangun pakta pertahanan dengan Cirebon, Banteng, Palembang, Aceh, Malaka, serta Tidore.
ADVERTISEMENT
Cendekia perempuan yang bernama Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M. beberapa waktu lalu dalam satu seminar di Semarang, Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa “apa yang dilakukan Ratu Kalinyamat itu sudah sangat maju”. Selanjutnya Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) periode 2019– 2024 ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan Ratu Kalinyamat sesungguhnya mencerminkan sosok yang sudah memiliki wawasan bahwa Nusantara sejatinya adalah negeri maritim.
Sementara itu cendekia Dr. Connie Rahakundini Bakrie memberi kesaksian bahwa “Ratu Kalinyamat merupakan perempuan pelopor yang merintis Indonesia sebagai negeri poros maritim dunia dari abad XVI, sekaligus perintis antikolonialisme.” Akademisi yang juga Presiden Direktur Institute for Maritime Studies ini pun menilai Ratu Kalinyamat adalah tokoh perempuan yang bukan saja pemikiran, tetapi keberanian dan wawasannya terkait kekuatan militer dan maritim, melampaui zamannya.
ADVERTISEMENT
Laksmana Malahayati: Gelar Keberanian
Demi membela martabat dirinya dan demi membela bangsanya, Laksamana Malahayati adalah perempuan yang merupakan Panglima perang Kesultanan Aceh ini memimpin 2000 orang inong bale (pejuang perempuan) bertempur melawan angkatan laut Belanda. Perempuan ini gagah berani. Dan sejarah mencatat bahwa Malahayati dikenal sebagai laksamana laut perempuan pertama di dunia.
Keumalahayati atau Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh, lahir 1 Januari 1550. Dan pada tahun 1585-1604, ia mendapat kehormatan memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Laksamana Keumalahayati tidak hanya menggeluti aktivitas militer, ia juga masuki dunia politik. Peranan dan perjuangan yang sangat besar ini menjadi kontribusi Kerajaan Aceh Darussalam, hingga kerajaan ini menuju puncak kegemilangan dan keemasannya.
ADVERTISEMENT
Hal yang menakjubkan, Malahayati perang tanding lawan Cornelis de Houtman di gladak kapal. Pertempuran ini dimenangkan Malahayati yang membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa ini terjadi pada 11 September 1599, saat ia juga memimpin 2.000 orang pasukan Inong balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda. Maka ia pun mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Endang Moedopo dalam bukunya yang berjudul Perempuan Keumala (2007), menyebutkan bahwa Malahayati sangat gigih dalam berjuang karena menganggap bangsa penjajah yang datang telah merugikan kerajaan. Pada 1599 pertempuran meletus, pasukan Inong Balee yang dipimpinnya secara mengejutkan mampu mengalahkan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
ADVERTISEMENT
Peranan Perempuan Bermartabat
Ilustrasi Perempuan Karier. Foto: Shutterstock
Peranan penting Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati melawan Portugis dan Belanda pada abad 15 ini, menjadi jejak sejarah betapa perempuan hebat menjadi Panglima Perang bisa diharapkan. Bagaimana sepak terjang Ratu Kalinyamat begitu gagah berani, hebat, dan digdaya sehingga Portugis pun memberikan gelar yang sangat menggetarkan, yaitu, Rainha de Japira, Senhora Poderosa e Rica. Artinya, Ratu Jepara, perempuan kaya dan sangat berkuasa. Juga bagaimana Laksamana Malahayati perang tanding lawan Cornelis de Houtman di gladak kapal. Serta memimpin 2.000 pasukan perempuan memenangkan pertempuran.
Apa yang ditorehkan sejarah terhadap kepemimpinan Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati mempunyai semiotika narasi sejarah: telah ada perempuan menjadi Panglima Perang, bernama Ratu Kalinyamat di Jawa dan Laksamana Malahayati di Aceh (Sumatera). Sosok-sosok ini mampu menggambarkan aspek sosial, politik, dan militer yang diakumulasi masyarakat menentang penjajahan, menentang kolonialisme.
ADVERTISEMENT
Narasi-narasi sejarah ini memiliki potensi penyebaran inspirasi bagi siapa saja, yang mungkin saja mereka tidak sadari. Inspirasi itu semakin berpendar-pendar, dan ia adalah sejarah darah yang terus mengalir dalam detak jantung Indonesia. Bahkan film YouTube dalam akun Melawan Lupa Metro TV, Ratu Kalinyamat: Pemimpin Yang Melampaui Zaman (13 Agustus 2019) dan dalam YouTube IndonesiaKaya, Laksamana Malahayati oleh Ruth Marini dan Maryam Supraba (6 Mei 2019) betapa semakin memperjelas inspirasi itu: ada perempuan kaya, cerdas, berkedudukan, dan pemberani.
Sejarah Ratu Kalinyamat dan sejarah Laksamana Malahayati adalah sejarah yang penuh inspirasi, yang menandakan perempuan selalu punya jawaban terhadap tantangan hidup berbangsa dan bernegara, sebab perempuan bukan pemeran figuran dalam keberlangsungan hidup sebuah bangsa.
ADVERTISEMENT
Ratu Kalinyamat dan Laksamana Malahayati adalah sosok-sosok pemimpin perempuan yang juga ada di pusaran geopolitik dan gesostrategis sebuah bangsa, lantas memperlihatkan bagaimana perempuan-perempuan itu menjalankan takdirnya sebagai pemeran utama penyelamat bangsa: Panglima Perang.
Peranan sebagai penyelamat bangsa ini, dengan penjelmaannya sebagai Panglima Perang, membuat bangsa ini berubah dari satu kemungkinan ke kemungkinan lainnya, yang pada titik akhirnya menjadi bangsa yang punya martabat. Itu sebabnya perempuan melawan penjajahan, melawan ketidakadilan, selalu ada karena selalu ada kekacauan. ***