Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sekolah Geopolitik Itu Bernama Lemhannas RI
22 Mei 2023 9:07 WIB
Tulisan dari Zackir L Makmur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bung Karno duduk di kursi, wajahnya tenang dengan kakinya berselimpang menopang buku. Begitu berwibawa, perpanduan ketenangan seorang pemimpin dan kedalaman khidmat seorang pemikir.
ADVERTISEMENT
Begitulah patung Bung Karno memberikan impresi dan ekspresi yang berada di pelataran depan Gedung Lembaga Ketahannan Nasional (Lemhannas) RI. Patung yang terbuat dari berbahan logam campuran tembaga, kuningan, timah, dan seng sari, ini memiliki berat kurang lebih dua ton –demikian kokoh dan sekaligus pula memberi semiotika: pemimpin harus doyan mikir.
Dan memang, pada nilai kodratiknya sebagaimana ditancapkan Bung Karno, Lemhannas RI adalah kawah candradimukanya calon pemimpin, sekaligus pula sebagai think tank yang berlandaskan pada posisi strategis geopolitik Indonesia.
Ketika pada 20 Mei 1965, Lemhannas RI diresmikan, Bung Karno menegaskan bahwa lembaga yang didirikan ini memberi kuliah kepada kader-kader pemimpin lebih dalam dan luas terhadap geopolitik dan dan geostrategi.
Dalam amanatnya, Presiden Ir. Soekarno menekankan agar Pertahanan Nasional Indonesia haruslah berdasarkan geopolitik dan bersendikan pada konstalasi serta karakteristik bangsa sendiri.
ADVERTISEMENT
Presiden pertama tersebut jelaslah menghendaki agar dengan kesadaran geopolitik dan geostrategi dapat melahirkan wawasan yang lebih luas di kalangan Pemimpin Nasional Indonesia. Sehubungan dengan ini maka dalam kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional harus memuat materi kuliah sejarah perjuangan bangsa, ilmu geopolitik, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi dan lain-lainnya. Jadi menyangkut pengetahuan yang sangat kompleks.
Pengkajian Strategik
Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Lemhannas RI bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pendidikan pimpinan tingkat nasional, antara lain lewat pengkajian strategik ketahanan nasional dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
Demi kelangsungkan kesuksesan tugas mulia ini, dalam perkembangan lingkungan strategis baik nasional dan internasional, maka Lemhannas harus bernas dengan berintegrasi kerja sama lintas aparatur negara seperti TNI, Polri, Kementerian dan Lembaga lainnya adalah hal yang mutlak dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian Lemhannas RI mengekalkan dirinya sebagai warehouse ilmu, sebuah lembaga pendidikan, pengkajian, dan penelitian, menemui bentuknya yang paling bagus, yakni: aset bangsa yang sangat berperan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Sepanjang tahun 22 saja, Lemhannas RI telah memberikan 42 kajian, atau rekomendasi kebijakan, dari lima topik yang diminta Presiden Joko Widodo. Lima topik kajian adalah: pertama, konsolidasi demokrasi, kedua transformasi digital, ketiga ekonomi hijau, keempat ekonomi biru dan kelima pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kajian lain yang Lemhannas RI lakukan selain lima kajian itu, adalah kembali ke mandat Presiden Soekarno ketika mendirikan mendirikan Lemhannas RI 20 Mei 1965. Bahwa Lemhannas harus menjadi sekolah geopolitik.
Konsepsi Pemikiran Geopolitik
Pengertian geopolitik yang dicuatkan Presiden Ir. Soekarno dalam meresmikan berdirinya Lemhannas RI, menegaskan bahwa geopolitik adalah pengetahuan tentang keadaan, pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan "Geografische Constellatie” dari suatu Negara.
ADVERTISEMENT
Penggodokan konsepsi pemikiran geopolitik dan geostrategi itu pula yang mengharuskan Lemhannas RI tidak boleh redup energi. Lantaran bila redup energi, bukan mustahil bangsa dan negera ini pun letoy, loyo, jalannya sempoyongan dengan mata yang rabun ayam. Bangsa yang semacam ini, alamak, bangsa yang tidak becus merepresentasikan pembangunan –baik pembangunan mental maupun fisik.
Bersama ini pula banyak bangsa yang tidak mampu mengenali dirinya, karena malas berpikir dan lemah memahami geopolitik dan starteginya. Indonesia tidaklah demikian, karena ia punya konsepsi yang mempuni bernama Tri Gatra dan Panca Gatra.
Panduan Asta Gatra ini yang membuat Indonesia tandas demi menjaga dan mempertahankan kedaulatannya: terlebih dahulu mengenali dirinya. Semboyan-semboyan yang membahana dalam sejumlah acara resmi kebangsaan, dengan diktum: “Siapa kita? Indonesia!” Menjadi relevan penandaan itu, sekaligus sebuah penandaan geopolitik dan geostrategi terhadap penegasan identitas kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Lemhannas RI Berdinamika
Hukumnya wajib, Lemhannas RI harus tetap berdinamika dan berenergi memperkenalkan serta memperkukuh konsepsi pemikiran geostrategi dan geopolitik Indonesia dengan berpedoman pada ideologi Pancasila. Bersama ini arti penting geostrategi dan geopolitik bagi Pembangunan Pertahanan-Keamanan menemui maknanya yang paling hakiki.
Sepanjang umurnya yang 58 tahun ini, Lemhannas RI adalah aset bangsa itu yang makin berpendar dengan membekali kader-kader pemimpin nasional yang potensial dengan konsep-konsep kebijakan penyelenggaraan negara dengan berbagai pertimbangan geopolitik, geostrategis dan geoekonomi.
Selain itu lemhannas RI
harus tangkas menjalani transformasi demi tuntutan jaman menuju “institusi kelas dunia” selaku lembaga pendidikan, pengkajian, dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang dapat menjadi rujukan nasional, regional dan global. Episode ini mulanya dilakukan pada 2010, hasil kajian Lemhannas RI menjadi rujukan nasional.
ADVERTISEMENT
Kemudian kemudian pada 2015, menjadi rujukan regional ASEAN dan selanjutnya, pada 2020 menjadi rujukan regional Asia Pasifik. Sedangkan 2025 merupakan langkah panjang menuju pencapaian akhir, yakni: menjadi rujukan dunia, sehingga diperlukan langkah strategis dan kerja keras segenap jajaran Lemhannas RI.
Bebarengan dengan itu pula Lemhannas RI harus mampu menjawab berbagai tantangan geopolitik yang akan dihadapi menuju Indonesia 2045. Dengan demikian Indonesia menghadirkan dirinya tidak minder dan tidak lemah dalam cakrawala globalisasi dewasa ini. Dalam geopolitik ini Indonesia sekaligus hadir di tengah percaturan kekuasaan dunia antara dua kekuatan: komunis yang menjadi kapitalis dan kapatilis yang menganut sistem sosialis.
Baik secara halus maupun terangan-terangan, dua kekuatan itu punya kepentingan untuk mengisolir Indonesia. Tapi, Indonesia mempunyai kekuatan dahsyat antara lain karena kegiatan pertahanan nasional wajib menyertakan segenap unsur-unsur rakyat Indonesia. Hal inilah diamatkan Presiden Ir. Soekarno sewaktu meresmikan Lemhannas RI pada 20 Mei 1965. Dirgahayu Lemhannas.***
ADVERTISEMENT