Konten dari Pengguna

Prinsip Pendidikan Paulo Freire

Zaenudin Ikhsan
Saya adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
29 Oktober 2024 8:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zaenudin Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Paulo Freire adalah seorang filsuf dan pendidik asal Brasil yang dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam bidang pendidikan kritis dan pedagogi. Lahir pada 19 September 1921 di Recife, Brasil, masa kecilnya diwarnai oleh pengalaman kemiskinan selama Depresi Besar, yang sangat memengaruhi pandangannya tentang keadilan sosial dan kesadaran kelas.
ADVERTISEMENT
Freire terkenal karena karyanya Pedagogy of the Oppressed (1970), yang memperkenalkan konsep pendidikan sebagai sarana untuk
https://unsplash.com/photos/shallow-focus-photography-of-books-lUaaKCUANVI
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/shallow-focus-photography-of-books-lUaaKCUANVI
membebaskan orang dari penindasan. Ia berpendapat bahwa pendidikan seharusnya menjadi proses dialogis di mana siswa bukan hanya menerima pengetahuan, tetapi juga terlibat aktif dalam memahami dan mengubah dunia mereka. Filosofi ini didasarkan pada konsep “kesadaran kritis,” yaitu kemampuan untuk mengenali ketidakadilan dan menantangnya secara kritis.
Sebagai direktur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Recife pada 1960-an, Freire mengembangkan program literasi untuk memberdayakan masyarakat miskin agar dapat membaca, menulis, dan berpartisipasi dalam kehidupan sipil. Ketika kudeta militer terjadi di Brasil pada 1964, ia dipenjara karena dianggap berbahaya bagi rezim otoriter. Setelah dibebaskan, ia hidup dalam pengasingan dan bekerja di beberapa negara, termasuk Chili dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Freire berperan besar dalam pengembangan pendidikan kritis di seluruh dunia, terutama di kalangan pendidik, aktivis, dan pemikir yang tertarik pada perubahan sosial. Ide-idenya tetap relevan hingga kini dan diaplikasikan di berbagai bidang seperti pendidikan, sosiologi, dan gerakan sosial.
Prinsip Pendidikan Paulo Freire
Kesadaran Kritis
Kesadaran kritis adalah konsep utama dalam pemikiran pendidikan Paulo Freire. Menurutnya, pendidikan harus mendorong peserta didik untuk kritis terhadap realitas mereka, memahami struktur sosial, dan menyadari bagaimana kekuasaan dan ketidakadilan beroperasi dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran kritis ini dicapai melalui proses dialogis dan refleksi, bukan sekadar penghafalan materi. Freire membedakan tiga tingkatan kesadaran:
Kesadaran Naif
Pada tahap ini, individu melihat masalah dalam kehidupan mereka sebagai sesuatu yang alami atau tak terhindarkan, tanpa mempertanyakan sumber atau akar masalah. Mereka cenderung menerima status quo dan tidak kritis terhadap lingkungan sosial atau politik mereka.
ADVERTISEMENT
Kesadaran Magis
Di tahap ini, individu mulai menyadari adanya masalah dalam realitas mereka, tetapi menganggapnya sebagai nasib atau takdir yang tidak dapat diubah. Kesadaran ini lebih maju daripada kesadaran naif, namun masih kurang kritis untuk mendorong tindakan nyata.
Kesadaran Kritis
Individu menyadari bahwa ketidakadilan sosial dan struktur kekuasaan adalah konstruksi sosial yang dapat diubah. Kesadaran kritis ini mendorong tindakan nyata melalui upaya kolektif, sering kali dalam bentuk advokasi sosial atau pemberdayaan komunitas.
Dalam pandangan Freire, pendidikan tidak seharusnya menjadi proses "banking," di mana guru hanya mengisi "pengetahuan" ke dalam murid yang dianggap pasif. Sebaliknya, pendidikan harus menjadi proses dialogis yang memungkinkan peserta didik untuk berpikir kritis dan mandiri, menyadari kondisi mereka, dan berani bertindak untuk mengubah keadaan yang tidak adil.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Anti-Banking
Konsep "pendidikan anti-banking" dari Freire adalah kritik terhadap metode pendidikan tradisional yang bersifat perbankan. Dalam pendekatan perbankan, siswa dianggap sebagai "tabungan kosong" yang diisi oleh guru dengan pengetahuan tanpa melibatkan mereka secara aktif. Siswa menjadi penerima pasif, sementara guru adalah satu-satunya sumber kebenaran dan pengetahuan.
Pendidikan anti-banking menekankan pentingnya dialog dua arah antara guru dan siswa. Freire percaya bahwa dialog memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, saling belajar sebagai subjek yang setara, bukan hanya sebagai pemberi dan penerima informasi. Melalui pendekatan ini, siswa dapat mengaitkan pengetahuan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang nyata.
Dengan pendidikan anti-banking, siswa didorong untuk mengembangkan kesadaran kritis, mempertanyakan informasi, dan menganalisis struktur sosial yang ada. Menurut Freire, pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis sekaligus untuk bertindak. Tujuan akhir dari pendidikan anti-banking adalah emansipasi sosial—mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam perubahan masyarakat yang lebih adil dan bebas dari penindasan.
ADVERTISEMENT
Humanisasi
Humanisasi pendidikan menurut Freire menempatkan manusia sebagai inti dan tujuan utama dari proses pendidikan. Ia menentang model pendidikan yang menindas dan tidak menghargai martabat manusia, serta memperlakukan siswa hanya sebagai objek pasif. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang memungkinkan individu untuk lebih sadar akan diri mereka dan lingkungannya, serta mampu berpartisipasi aktif dalam perubahan sosial.
Humanisasi pendidikan menghargai martabat setiap individu dan mengakui potensi mereka untuk berpikir, berkreasi, dan bertindak mandiri. Freire percaya bahwa pendidikan harus menciptakan lingkungan di mana siswa merasa dihormati sebagai manusia berpikir, yang mampu memahami dan membentuk dunia mereka.
Transformasi Sosial
Freire memandang transformasi sosial sebagai tujuan utama dari pendidikan pembebasan. Pendidikan, menurutnya, bukan hanya alat untuk menyampaikan pengetahuan, tetapi juga sarana untuk mengubah masyarakat agar lebih adil. Pendidikan harus mengembangkan kesadaran kritis peserta didik, agar mereka dapat memahami dan menentang struktur sosial yang tidak adil serta mendorong perubahan yang humanis.
ADVERTISEMENT
Ia mengkritik invasi budaya, di mana sistem pendidikan atau kekuatan eksternal menanamkan nilai-nilai tertentu tanpa mempertimbangkan konteks budaya dan sosial siswa. Pendidikan, menurutnya, harus menghormati identitas sosial peserta didik dan membantu mereka memahami realitas sosial mereka.
Transformasi sosial ala Freire menekankan bahwa pendidikan harus relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan perlu mencerminkan pengalaman nyata siswa, sehingga memberikan solusi bagi permasalahan sosial spesifik di setiap lingkungan. Kesadaran kritis yang tumbuh di tingkat individu harus disertai upaya kolektif, melalui pendidikan yang membangun solidaritas dan mendorong kerja sama dalam komunitas untuk menciptakan perubahan sosial yang signifikan.