Konten dari Pengguna

Vaksin Booster Merajalela, Masih Ingatkah Vaksin Merah Putih Karya Anak Bangsa?

Zafirah Delia Novandahsari
Mahasiswa Universitas Airlangga yang masih sibuk kuliah
21 Juni 2022 21:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zafirah Delia Novandahsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Didesain dari canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Didesain dari canva.com
ADVERTISEMENT
Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin COVID-19. Hingga saat ini, jumlah dosis yang wajib dipenuhi telah mencapai dosis ketiga yang bertujuan untuk memperpanjang masa perlindungan atau yang disebut dengan booster. Berbagai merek vaksin telah beredar. Ada yang namanya Sinovac, Astra Zaneca, Moderna, Pfizer, dan lain sebagainya. Namun, tahukah kalian bahwa vaksin - vaksin tersebut merupakan buatan luar negeri? Ya, Indonesia hanyalah mengimpor berbagai vaksin tersebut dengan harga triliunan rupiah untuk masyarakat dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Ya meskipun sebagai orang awam tidak peduli dengan itu karena menganggap Indonesia memang sedikit "tertinggal" dengan kemajuan negara-negara lain, tetapi pasti ada di antara kalian yang menyadari bahwa seharusnya ada peneliti dari Indonesia. Setidaknya satu saja di antara ratusan juta penduduk Indonesia yang bisa dijadikan sebagai pengembang vaksin agar tidak mengeluarkan dana yang begitu besar. Jawabannya ada. Salah satu vaksin nasional yang telah berprogres dalam mengembangkan vaksin nasional ialah vaksin Merah Putih.
Pembuatan vaksin ini merupakan upaya kemandirian Indonesia membuat vaksin yang berkualitas, legal dan pastinya layak dikonsumsi serta mampu bersaing dengan vaksin yang lain. Vaksin ini sudah digagas sejak awal tahun 2021, tetapi hingga saat ini belum diproduksi secara massal. Hal itu karena adanya beberapa kendala yang dialami Indonesia sehingga mengalami keterlambatan produksi jika dibandingkan dengan negara lain.
ADVERTISEMENT
Salah satu kendala yang terbesar adalah tentang kecepatan produksi. Karena ini adalah kondisi darurat, maka tidak heran banyak pihak yang menanyakan kapan vaksin ini bisa diproduksi dan dengan segera dibagikan secara massal kepada rakyat Indonesia. Kendalanya adalah karena seringnya muncul varian baru yang bermutasi dalam virus COVID-19 seperti varian alfa, delta, omicron dan lainnya. Karena hal itu, maka penelitian harus ditinjau ulang. Selain itu, para peneliti sedang berusaha membuat vaksin yang bisa juga digunakan untuk anak usia dibawah 18 tahun karena vaksin dengan jenis tersebut masih terbatas.
Kembali ke topik. Pandemi di Indonesia hampir usai, ditandai dengan pemerintah yang telah memberikan kebijakan baru yaitu tidak mewajibkan memakai masker di tempat terbuka. Sebagian besar masyarakat Indonesia juga sudah mendapatkan vaksin sampai dosis ketiga/booster. Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa akan ada vaksin keempat. Update terakhir yang dilansir dari m.antaranews.com mengatakan bahwa penduduk penerima vaksin dosis kesatu dan kedua dengan total 167.997.799 orang dan dosis ketiga telah mencapai 47.459.352 orang per 10 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang telah diketahui vaksin nasional Merah Putih tak kunjung diproduksi. Saya sendiri berani mengatakan bahwa memang Indonesia "terlambat" dalam pengembangan vaksin dibanding negara-negara lain. Seperti yang sudah dikatakan tadi, terdapat lebih dari separuh jumlah total penduduk Indonesia telah mendapat vaksin dosis kesatu dan kedua. Dan jika memang benar sesuai rencana peneliti vaksin tersebut yang mengatakan bahwa vaksin Merah Putih ini akan dijadikan sebagai vaksin primer maupun booster, bukankah hal itu termasuk hal yang sedikit "sia-sia" jika tetap meneruskannya? Apalagi jika digunakan sebagai vaksin booster, apakah bisa? Bukankah ada yang mengatakan bahwa jika telah mendapat vaksin kesatu dan kedua dengan merek tertentu harus menerima booster dengan merek tertentu juga? Sayangnya belum ada penjelasan detail dari pengembang vaksin terkait hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dana yang dikeluarkan untuk produksi vaksin ini pun tak sedikit yakni butuh triliunan rupiah. Hampir sama seperti mengimpor vaksin luar negeri. Ya jika vaksin tersebut akhirnya dijual, tidak masalah. Tetapi jika memang digratiskan untuk masyarakat, dananya ya tidak kembali.
Akan tetapi, kita sebagai masyarakat Indonesia ya harusnya mendukung pengembangan vaksin tersebut. Masalah varian COVID-19 yang terus menerus bermutasi, mengharuskan tinjauan ulang yang menyebabkan produksi vaksin melambat. Kita sebagai generasi muda dan termasuk bagian dari masyarakat haruslah sadar dan memahami mengapa produksi vaksin lokal tersebut butuh waktu yang cukup lama untuk diproduksi. Para pihak yang terlibat pembuatan vaksin ini telah berusaha keras untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sangat disayangkan karya anak bangsa yang seharusnya dibanggakan, dihargai, dan diapresiasikan malah tidak mendapat dukungan penuh. Bahkan perlahan terlupakan dari ingatan masyarakat karena telah tertutupi oleh banyaknya vaksin luar negeri yang beredar dan terkenal.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, menurut saya peran sebagai generasi muda sangatlah penting dibutuhkan. Yaitu dengan mendukung penuh dengan cara ikut serta dalam mempromosikan vaksin karya anak bangsa dengan bangga atau bahkan bisa terlibat secara langsung yaitu dengan menjadikan diri kita sebagai relawan uji klinisnya. Dengan begitulah, generasi muda bisa menunjukkan rasa nasionalisme yang sesungguhnya.