Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Saka Tunggal, Masjid di Desa Cikakak yang Tertua di Indonesia Melebihi Demak
9 November 2021 10:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zaghrotunnisa Nurul Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wisata Religi Masjid Saka Tunggal merupakan objek wisata yang memilik dukungan penuh baik dari masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga mengakibatkan sumber manajemen wisata yang komparatif.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut terlihat dengan pemanfaatan potensi alamnya yang baik, serta pemanfaatan potensi kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai religi keislaman juga terkelola dengan baik.
Wisata religi adalah wisata alam yang meyakini adanya yang gaib dan memiliki kekuatan yang lebih dari manusia dan mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib.
Masjid Saka Tunggal Cikakak selain menjadi tempat ibadah juga memiliki potensi lain di antaranya sebagai tempat wisata alam dan wisata religi, wisata budaya dan sekaligus tempat edukasi untuk mengenalkan situs peninggalan sejarah.
Masjid Saka Tunggal Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas adalah salah satu cagar budaya, sebagai cagar budaya dan sekaligus Masjid tertua di Indonesia mengalahkan Masjid Demak. Masjid Saka Tunggal dibangun pada Tahun 1288, hal tersebut tertera pada tiang saka utama masjid yang bertuliskan dengan angka arab 1288, namun banyak para ahli yang berbeda pendapat tentang hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Cikakak pada zaman dahulu adalah sebuah alas mertani (hutan mertani) yang lama kelamaan berkembang menjadi perdukunan, perkampungan dan menjadi desa seperti saat ini. Berdasarkan kitab Turki yang dipahami dan dimengerti oleh para sesepuh. Konon, daerah Cikakak ini merupakan hutan belantara yang sangat angker.
Saking angkernya, tidak ada satu pun manusia yang bisa kembali jika masuk ke dalam hutan tersebut, terkecuali orang-orang yang terpilih karena di dalam hutan tersebut terdapat banyak sekali mahluk halus seperti jin, siluman, kuntilanak, dayang-dayang, genderuwo dan mahluk gaib lainnya.
Masjid Saka Tunggal Cikakak kini menjadi situs peninggalan sejarah yang masih memiliki fungsi pokok untuk beribadah bagi masyarakat Cikakak. Desa Cikakak memiliki luas wilayah 595.400 hektar. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 5000 jiwa dan dibagi menjadi 5 Kadus, 10 RW dan 37 RT dan 11 Wilayah Grumbul.
ADVERTISEMENT
Alam yang masih asri dan juga satwa liar monyet yang banyak menambah keindahan tersendiri Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Cikakak. Meskipun monyet itu liar, namun tidak galak kepada pengunjung.
Konon cerita monyet-monyet tersebut takut akan ban sepeda, karena ban sepeda tersebut dianggap mirip ular oleh para monyet, sehingga pengunjung yang berwisata di Wisata Religi Masjid Saka Tunggal memerlukan ban sepeda. Namun jangan khawatir, pengunjung tak perlu membawa ban sepeda dari rumah, melainkan sudah disiapkan oleh pengelola.
Selain itu, masyarakat yang ramah dan adat istiadat masyarakat yang masih kental menambah daya tarik wisatawan yang ingin berkunjung untuk melepas penat di lingkungan Masjid. Potensi wisata religi juga sangat memiliki daya tarik yang tinggi. Hal tersebut didukung karena adanya Masjid Saka Tunggal dan makam Mbah Tolih selaku pendiri masjid yang tidak jauh dari lingkungan masjid. Sehingga banyak orang yang datang ke sana untuk berziarah, serta ada juga yang ingin salat di Masjid dan menikmati keindahan bangunan klasik masjid.