Konten dari Pengguna

Kebanggaan atau kehancuran? Tekanan Para Atlet di balik Penggunaan Narkoba

Zahira Yudist Tiara
Mahasiswi Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
10 November 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahira Yudist Tiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kemenangan atlet tanpa narkoba. Kredit foto: Dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemenangan atlet tanpa narkoba. Kredit foto: Dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia olahraga, ketenaran berkaitan erat dengan prestasi. Melakukan aktivitas fisik bermanfaat bagi kesehatan mental, karena tubuh melepaskan hormon seperti serotonin, endorfin, dan dopamin selama berolahraga. Selain itu, olahraga berfokus pada pendidikan, prestasi, dan rekreasi.
ADVERTISEMENT
Indonesia mendorong kaum mudanya untuk terlibat dalam dunia olahraga. Namun, di balik kemewahan perhatian media dan tepuk tangan pendukung, para atlet menghadapi tekanan yang signifikan. Seiring bertambahnya usia atlet, tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi menjadi semakin rumit.
Apa Faktor yang Dapat Menyebabkan Atlet Menggunakan Obat-obatan Terlarang?
Bagi seorang atlet, mengamankan kemenangan di setiap pertandingan merupakan tantangan yang signifikan. Tantangan ini dapat bermanifestasi sebagai tekanan untuk berhasil, harapan dari pelatih atau orang tua, ketidakpastian mengenai kemampuan mereka, dan kekhawatiran tentang pesaing mereka, yang semuanya pada akhirnya dapat menurunkan kinerja atlet selama kompetisi. Beberapa atlet juga mengalami cedera berkepanjangan, yang menyebabkan mereka menderita rasa sakit yang konstan. Di bawah tekanan dan rasa sakit yang berkepanjangan, mental dan fisik mereka sering kali terganggu. Faktor-faktor seperti ini turut menyebabkan penggunaan obat-obatan untuk doping di kalangan atlet.
ADVERTISEMENT
Doping umumnya dipandang sebagai zat yang meningkatkan stamina. Dalam ranah olahraga yang kompetitif, tekanan untuk menang dapat menyebabkan atlet merasionalisasi berbagai metode untuk mengamankan kemenangan. Pelatih tertentu mungkin menggunakan jalan pintas, termasuk memberikan zat doping untuk meningkatkan daya tahan atlet mereka.
Istilah "doping" dirujuk dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, khususnya dalam Pasal 1 angka 22, yang menyatakan bahwa “doping adalah penggunaan zat dan metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.” Doping dalam berbagai bentuknya secara tegas dilarang untuk mencapai keberhasilan. Dalam ranah olahraga, doping dipandang sebagai kecurangan dan berpotensi merusak reputasi atlet dan integritas olahraga.
Apa Pengaruh yang Dirasakan Jika Menggunakan Zat Terlarang?
Doping dapat memberikan sensasi keberanian, kekuatan, dan kelegaan dari rasa sakit kepada atlet. Selain itu, zat ini berpotensi meningkatkan stamina, menurunkan detak jantung untuk rasa tenang, dan meningkatkan konsentrasi. Di sisi lain, doping dapat menyebabkan efek samping seperti kejang, mual, dan sakit kepala. Penggunaan zat ini secara terus-menerus dapat mengakibatkan masalah ginjal dan jantung yang serius.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Pencegahan yang Dapat Dilakukan?
Untuk mengatasi masalah ini, sangat penting untuk memberikan dukungan mental dan fisik yang memadai. Jika ada pemahaman dan komitmen yang tulus untuk memandang olahraga dan kompetisi melalui sudut pandang sportivitas, pencegahan dini dapat dicapai. Pendekatan pencegahan ini tidak hanya membutuhkan kesadaran atlet itu sendiri tetapi juga harus mencakup:
ADVERTISEMENT
Atlet yang terbukti menggunakan doping untuk meningkatkan daya tahan tubuh akan dikenaidenda berat dan diskualifikasi.