Konten dari Pengguna

Depresi, Haruskah Berakhir dengan Bunuh Diri?

ZAHRA ADE FITRIANI 2020
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Jakarta
22 Desember 2021 18:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ZAHRA ADE FITRIANI 2020 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir setiap hari kita mendengar kasus bunuh diri, baik itu di televisi, koran ataupun di media sosial. WHO menyatakan bahwa setiap 40 detik terdapat satu orang atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun yang meninggal karena bunuh diri. Menurut data Kepolisian Indonesia, pada tahun 2020 dilaporkan terdapat 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri. Sedangkan, BPS tahun 2020 mencatat, terdapat total 2.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Ternyata kasus bunuh diri semakin banyak ya. Tingginya kasus bunuh diri ini menunjukkan bahwa adanya ketidakmampuan untuk mencari solusi saat mengalami depresi. Lalu apakah depresi itu? Mengapa depresi bisa terjadi?
sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/putus-asa-sedih-murung-kaki-tangan-2293377/
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/putus-asa-sedih-murung-kaki-tangan-2293377/
Depresi adalah suatu kondisi di mana seseorang biasanya merasa rendah diri, marah, sedih, menutup diri dan bahkan merasa tidak berharga. Ini merupakan gangguan pada emosi yang tentunya dipicu oleh banyak hal. Nah, segala hal yang dapat memicu terjadinya depresi disebut stressor. Depresi bisa terjadi apabila tubuh tidak mampu beradaptasi dengan stresor yang berlebihan loh. Stresor seperti apa sih yang dimaksud? Stresor tersebut dapat berupa suatu peristiwa kehilangan sesuatu objek yang dicintai, misalnya orang tersayang, harta benda, pekerjaan, jabatan, kejadian tragis/trauma, bencana alam bahkan masalah keuangan. Besarnya stresor yang dihadapi menimbulkan efek yang berbeda pada diri seseorang loh.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi tertentu, depresi dapat kita katakan sebagai suatu reaksi normal ketika menghadapi suatu permasalahan. Tapi ada waktu-waktu tertentu, di mana depresi itu mulai mengacaukan kehidupan seseorang. Sebagai contoh, setiap orang pasti pernah merasakan sedih, tetapi hampir sebagian besar mampu melaluinya dalam hidup lalu kembali beraktivitas secara normal. Adapula orang yang berlarut-larut dalam nuansa kesedihan sehingga bersedih dalam waktu yang cukup lama, bahkan ada yang lebih dari satu bulan loh. Nah, keadaan ini biasanya berhubungan dengan gejala-gejala ketidakmampuan seperti kelelahan dan sulit berkonsentrasi yang nantinya akan memengaruhi kehidupan sehari-hari dan mengganggu pekerjaan kita. Jika kondisi ini mulai mengganggu kehidupan dan baru hilang dalam waktu yang cukup lama, maka dapat dipastikan bahwa seseorang menderita gangguan depresi. Pertanyaannya, apa saja sih tanda-tanda yang muncul saat seseorang mengalami depresi ?
ADVERTISEMENT
Depresi itu ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti berikut,
1) Fisik: merasa lelah dan tidak bertenaga, sakit dan nyeri di seluruh tubuh yang tidak jelas sebabnya, mengalami gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan.
2) Perasaan: perasaan sedih dan menderita, rasa bersalah, hilangnya rasa ketertarikan pada hidup, seperti terhadap interaksi sosial dan pekerjaan.
3) Pikiran: tidak punya harapan akan masa depan, sulit konsentrasi dan mengambil keputusan, merasa diri tidak sebaik orang lain (tidak percaya diri), merasa bahwa mungkin lebih baik jika ia tidak hidup, sehingga muncul keinginan dan rencana untuk bunuh diri
Lalu, mengapa ya bisa timbul keinginan untuk bunuh diri ?
Saat seseorang mengalami rasa takut, sedih, cemas dan hal-hal lain yang berhubungan dengan emosi. Stimulus atau rangsangan sensorik nantinya akan diantarkan menuju thalamus untuk diproses. Ketika sudah diproses di thalamus, kemudian stimulus tersebut akan dibawa menuju korteks serebri yang akhirnya akan dipersepsikan sebagai respon emosi. Pada korteks serebri, terdapat bagian prefrontal korteks yang nantinya akan mengontrol perilaku bawaan dan tindakan sesuai dengan pikiran. Kemudian stimulus tersebut akan dibawa menuju amigdala sebagai pusat emosi dan akan dibawa terus menuju hipothalamus dan batang otak yang akhirnya akan dibawa menuju efektor sebagai respon fisik. Nah, hal inilah yang menggerakkan tubuh dan langkah seseorang ketika hendak melakukan tindakan bunuh diri yang sebenarnya hal itu bersumber dari pikirannya sendiri. Mengerikan sekali bukan? oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga pikiran agar tetap berada dalam pikiran yang positif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan komponen penyebabnya, depresi dapat terjadi karena adanya penurunan kadar neurotransmitter monoamin yang ada di otak yaitu norepinefrin, serotonin, dan dopamin
Jika ketiga neurotransmitter tersebut mengalami penurunan maka terjadi ketidakseimbangan respon imun dan metabolisme monoamin yang akan menyebabkan perilaku mood negatif. Secara sederhananya seperti ini, dalam kondisi normal, ketiga hormon di atas berfungsi untuk mengatur kebahagiaan, kesenangan, mood, perhatian, namun ketika terjadi penurunan atau gangguan pada regulasinya berarti kadar kesenangan dan kebahagiaan juga akan berkurang, sehingga merasa hilang minat pada apapun, kesedihan mendalam, suram dan bahkan melakukan tindakan di luar nalar seperti bunuh diri.
Padahal kenyataannya, melakukan bunuh diri bukanlah solusi terbaik ketika mengalami depresi. Bunuh diri hanyalah tindakan pelarian diri untuk menghindari masalah duniawi. Nyawa terlalu berharga untuk dihilangkan secara sengaja dengan tangan sendiri, mengingat di luar sana masih banyak yang berjuang keras agar tetap hidup, lihatlah perjuangan para tenaga medis yang bersusah payah mengerahkan tenaga untuk menyelamatkan nyawa seseorang, sedangkan tindakan bunuh diri justru melepas nyawa dengan begitu mudahnya. Maka sudah sepatutnya kita mensyukuri kesempatan hidup yang diberikan dengan berubah menjadi lebih baik lagi. Tetaplah hidup dan cintai diri sendiri ya.
ADVERTISEMENT