Konten dari Pengguna

Ketika Anak Perempuan Disuruh Diam: Menghadapi Ketidakadilan Gender di Keluarga

Zahra Astuti
mahasiwa aktif pembangunan jaya jurusan informatika
16 Oktober 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Astuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Patriarki bukanlah takdir. Setiap langkah kecil menuju kesetaraan adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Mari bersama menciptakan dunia di mana suara setiap orang, tanpa memandang gender, memiliki tempat yang setara.(https://www.istockphoto.com/id/foto/patriarki-gm1411292369-461184419)
zoom-in-whitePerbesar
Patriarki bukanlah takdir. Setiap langkah kecil menuju kesetaraan adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Mari bersama menciptakan dunia di mana suara setiap orang, tanpa memandang gender, memiliki tempat yang setara.(https://www.istockphoto.com/id/foto/patriarki-gm1411292369-461184419)
ADVERTISEMENT
Patriarki adalah sistem yang bikin laki-laki jadi lebih dominan, dan ini sering kelihatan jelas banget dalam kehidupan keluarga, loh! Bahkan dalam hal komunikasi sehari-hari, patriarki masih sering muncul, baik di kota maupun di desa. Contohnya, anak laki-laki biasanya lebih bebas ngomong dan lebih didengar, sementara anak perempuan sering disuruh mendengarkan aja atau bersikap sopan. Masalah ini nggak bisa dianggep sepele, karena bikin komunikasi jadi nggak seimbang. Selain itu, hal ini juga bisa berdampak ke rasa percaya diri dan perkembangan sosial anak-anak seiring waktu.
ADVERTISEMENT
Masalah dan Kesenjangan dalam Komunikasi Keluarga
Salah satu masalah yang timbul dari ketidakadilan gender dalam keluarga adalah perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Patriarki yang masih ada di banyak keluarga membuat perkembangan emosional anak-anak menjadi tidak seimbang. Anak laki-laki didorong untuk tampil berani dan vokal, sementara anak perempuan diajarkan untuk sabar dan lembut. Akibatnya, anak perempuan mungkin merasa kurang percaya diri ketika harus mengungkapkan pendapat, sedangkan anak laki-laki bisa tumbuh tanpa kepekaan emosional yang memadai.
Kesenjangan ini tidak hanya memengaruhi hubungan keluarga, tetapi juga cara anak-anak berinteraksi dengan teman-teman dan lingkungan sosial mereka. Dalam jangka panjang, pola komunikasi yang tidak setara ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.
Contoh Kesenjangan yang Memperkuat Patriarki dalam Keluarga
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh gap yang mendukung terjadinya patriarki dalam sebuah hubungan keluarga:
Kesempatan Berbicara yang Tidak Seimbang
Anak laki-laki sering kali mendapatkan lebih banyak ruang untuk berbicara dan peran yang lebih dominan dalam percakapan keluarga, sementara anak perempuan cenderung diabaikan atau tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapat mereka.
Ekspresi Emosi yang Terbatas
Anak laki-laki didorong untuk menahan emosi dan tampil kuat, sementara anak perempuan lebih bebas mengekspresikan perasaan mereka. Pola ini membuat kedua belah pihak mengembangkan cara yang berbeda dalam mengekspresikan diri, yang bisa berdampak pada hubungan interpersonal mereka di kemudian hari.
Peran Sosial yang Berbeda
Anak laki-laki sering kali diarahkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan anak perempuan diminta untuk lebih patuh dan mendukung argumen yang ada. Hal ini membatasi potensi anak perempuan dalam mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan keberanian mereka untuk bersuara.
ADVERTISEMENT
Kebijakan untuk Mengatasi Ketidakadilan dalam Komunikasi Keluarga
Untuk mengatasi ketidakadilan gender dalam komunikasi di keluarga, beberapa langkah berikut bisa diterapkan kebijakan dan pendekatan :
Edukasi Orang Tua
Orang tua perlu diedukasi tentang pentingnya memberikan kesempatan yang setara dalam komunikasi antara anak laki-laki dan perempuan. Pemahaman ini penting agar mereka bisa mendukung perkembangan emosional anak secara adil tanpa bias gender.
Pembagian Peran di Rumah
Menerapkan kebijakan di keluarga yang menghilangkan peran gender tradisional dalam tugas rumah tangga. Semua anggota keluarga, tanpa memandang jenis kelamin, harus bertanggung jawab atas tugas-tugas rumah tangga dan memiliki kesempatan yang sama dalam mengungkapkan pendapat mereka.
Penggunaan Bahasa Inklusif
Penting untuk menggunakan bahasa yang setara dan inklusif dalam komunikasi sehari-hari di rumah. Hindari frasa yang memperkuat stereotip gender, seperti “anak laki-laki tidak boleh menangis” atau “anak perempuan harus sopan.”
ADVERTISEMENT
Mengatasi ketidakadilan gender dalam komunikasi keluarga memang membutuhkan usaha, tetapi hal ini sangat penting. Patriarki yang mendominasi pola komunikasi dalam keluarga dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional anak-anak.
Referensi:
• Novianti, Dwi, Muyasaroh, & Mustafiyanti. (2022). Persepsi Masyarakat terhadap Kesetaraan Gender dalam Keluarga. Journal of Innovation Research and Knowledge, 1(11), 1517–1522.
• Aziz, Abdul. (2022). Relasi Gender dalam Membentuk Keluarga Harmoni. Jurnal Harkat: Media Komunikasi Gender, 17(2), 1–15.