Stunting Ancam Mimpi Indonesia pada Tahun Emas, Perhatikan Hal-Hal Ini!

Zahra Dwi Maharani
Saya merupakan mahasiswa semester 3 Sastra Inggris UIN sunan Gunung Djati yang mempunyai minat dan bakat dalam menulis.
Konten dari Pengguna
27 November 2022 19:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Dwi Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi stunting, sumber: https://www.canva.com/design/DAFTD9lJ6jo/IPJgN354N8cGqRKQKKxDRA/edit
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stunting, sumber: https://www.canva.com/design/DAFTD9lJ6jo/IPJgN354N8cGqRKQKKxDRA/edit
ADVERTISEMENT
Negara Indonesia harus menguburkan dalam-dalam mimpi untuk menjadi negara maju pada tahun Indonesia emas apabila masalah ini tidak segera diatasi. Pasalnya stunting merupakan ancaman besar bagi kualitas penduduk Indonesia dan kemampuan daya saing negara. Hal ini dikarenakan anak yang mengalami stunting tidak hanya terhambat oleh pertumbuhan fisik yang pendek atau kerdil, tetapi juga terganggunya perkembangan otak yang tentu akan berdampak serius pada proses belajar dan perkembangan kognitif anak.
ADVERTISEMENT
Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak di mana kondisi anak bertubuh lebih pendek daripada tinggi standar anak seusianya karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4 persen. Angka ini masih di atas standar WHO yakni 20 persen. Tentu ini adalah angka yang memprihatinkan bagi negara Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan untuk menekan angka stunting di Indonesia. Berikut hal-hal yang perlu kita perhatikan:
1. Stunting bukan karena faktor keturunan
Banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa faktor utama penyebab stunting pada anak adalah faktor genetik atau keturunan. Ini sebenarnya adalah pemahaman keliru yang sulit dihilangkan dari masyarakat Indonesia. Faktanya menurut dokter spesialis anak, nutrisi dan penyakit metabolik dari RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), mengatakan bahwa stunting bukan genetik, melainkan karena lingkungan. Lingkungan yang dimaksud meliputi pola asuh, asupan gizi, dan lingkungan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Dengan terus berkeliarannya pemahaman keliru semacam itu di masyarakat Indonesia, tentu akan sulit untuk menekan angka stunting di Indonesia. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia harus secepatnya sadar bahwa terjadinya stunting bukan karena keturunan.
2. Cegah pernikahan dini
Pernikahan dini juga ikut terseret dalam salah satu faktor terjadinya stunting. Lantaran kurang siapnya pasangan suami istri di bawah umur mengenai asupan gizi yang cukup semasa kehamilan, kematangan psikologis dan organ reproduksi, serta pengetahuan tentang pola asuh yang benar akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tak berhenti di situ, tak jarang pasangan yang nikah muda belum siap secara finansial. Kematangan finansial orang tua berperan penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memberikan asupan yang bergizi serta tempat tinggal yang layak.
ADVERTISEMENT
3. Jaga asupan gizi calon ibu
Stunting juga merupakan sebuah siklus di mana ketika si ibu selama remaja mempunyai asupan gizi kurang baik maka akan berpengaruh pada keturunan nantinya dan berisiko memiliki anak kurang gizi. Si anak akan mencontoh pola makan ibunya dan menjadikan itu sebagai siklus lagi. Maka dari itu, para calon ibu (dimulai dari usia remaja) harus sudah memiliki kesadaran diri terhadap hal ini dengan memperhatikan pola makan, kebersihan, perilaku hidup sehat, dan tidak lupa olahraga secara teratur. Tak hanya itu, terkait dengan siklus menstruasi wanita yang menyebabkan remaja putri rentan terkena anemia. Ini juga bisa meningkatkan risiko stunting pada anak. Apabila anemia ini tidak segera diatasi, maka kelak akan mengganggu janin dari calon ibu si bayi. Sehingga dianjurkan untuk wanita mengonsumsi tablet tambah darah (TTD).
ADVERTISEMENT
4. Sebarkan edukasi tentang stunting
Salah satu upaya yang perlu kita perhatikan untuk menekan angka stunting adalah dengan menyebarkan edukasi tentang stunting kepada masyarakat. Dengan tersebarnya pengetahuan tentang stunting, masyarakat akan mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting. Selain itu, teredukasinya masyarakat mengenai stunting akan menghilangkan pemahaman keliru bahwa faktor keturunan bukan penyebab terjadinya stunting. Sehingga masyarakat akan berpikir perlu adanya upaya yang harus dilakukan karena menyadari bahwa stunting adalah suatu masalah yang bisa dicegah.
Stunting menjadi persoalan bagi semua masyarakat Indonesia. Sebab itu, perlu adanya campur tangan dari semua pihak dalam mengatasi masalah ini. Kita bisa membantu mengatasi masalah stunting dengan menyebarkan edukasi tentang stunting baik secara langsung maupun lewat media sosial.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Dengan berkurangnya angka stunting di Indonesia, maka mewujudkan mimpi Indonesia menjadi negara maju pada tahun Indonesia emas kini bukan fiktif belaka.
Zahra Dwi Maharani, mahasiswa Sastra Inggris UIN Sunan Gunung Djati.