Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Saat Hak Istimewa Masih Bermain pada Kualifikasi Pekerjaan yang Setinggi Langit
11 Juni 2024 14:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zahra Haaniyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang hak istimewa nampaknya masih menjadi permasalahan sosial yang terjadi kapanpun dan di manapun kejanggalan dalam suatu peristiwa itu timbul, khususnya konteks industri kerja. Dunia saat ini semakin kompleks di mana hak istimewa tampak menjadi poin penting, terutama pada stereotip tampilan atau rekomendasi insider.
ADVERTISEMENT
Penekanan terhadap kualifikasi formal tidak menutup timbulnya eksklusivitas keragaman pada aspek-aspek inovatif lainnya. Kemudian timbul justifikasi terkait beauty privilege yang mendapatkan keunggulan atas pencapaian karier. Padahal, apabila ingin dibandingkan terhadap produktivitas dan kinerja, wajah yang menarik memiliki kesempatan yang sama dengan yang kurang menarik.
Hanya saja, dengan penampilan yang enak dipandang mereka menjadi lebih terlihat unggul dan percaya diri karena peluang penerimaan sosial cenderung tinggi. Meskipun demikian, mereka mendapat ekspektasi yang lebih besar di lingkungan sekitar.
Di beberapa isu sosial lainnya, pada konteks tertentu banyak yang tidak seberuntung mereka yang memiliki cakupan koneksi ataupun kedekatan terkait hak istimewa dalam perekrutan. Asumsinya bahwa pendidikan formal bergengsi merupakan jembatan menuju koneksi di lingkungan yang lebih prestisius.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan formal yang eksis mengeluarkan lebih banyak biaya. Hal ini menimbulkan keterbatasan dari latar belakang yang kurang mapan, terlepas dari jalur prestasi akademis. Lantas, bagaimana para pelajar otodidak yang memiliki kompetensi mumpuni tetapi tidak memiliki tiket menuju pintu masuk karier tersebut?
Firma Ernst & Yound (2015) di Inggris bahkan menghapus persyaratan terkait gelar dalam kriteria kualifikasinya yang menyatakan “tidak ada bukti” bahwa kesuksesan di universitas berkorelasi dengan kinerja dan prestasi di kemudian hari. Meskipun pemetaan terhadap kebutuhan kualifikasi formal kerja diperlukan, standar yang tinggi tidak menjamin output yang selaras.
Diperlukan identifikasi kualitas pelamar yang menjadi acuan kinerja agar tidak menghilangkan esensi kompetensi yang dimiliki. Feedback yang diterima pun harus sebanding dengan apa yang telah diberikan untuk perusahaan.
ADVERTISEMENT
Namun, selama supply pelamar masih melimpah perusahaan akan lebih selektif yang mana membuat demand terhadap kriteria kualifikasi pekerjaan akan semakin naik. Pengaruh hak istimewa pun menjadi luas, tetapi tidak mempengaruhi kemajuan karier secara berkelanjutan. Memiliki free pass tidak menjamin seseorang dapat bertahan dan mengikuti permintaan tuntutan zaman. Adaptabilitas menjadi salah satu acuan kualifikasi pekerjaan dalam menempatkan dirinya di perusahaan.
Seperti mencari angin segar, keberagaman terhadap potensi dapat membawa kesegaran dalam dunia kerja terlepas dari isu standar kualifikasi pekerjaan yang terlalu tinggi. Individu yang dianggap menarik secara tampilan memang lebih sering dipromosikan dan diberi kesempatan atas proyek yang prestisius. Akan tetapi, persepsi kompetensi dan produktivitas kepada mereka akan lebih tinggi juga.
ADVERTISEMENT
Kasusnya sama dengan bagaimana seseorang memanfaatkan peluang terlepas dari hak istimewa yang dimilikinya, bagaimana orang tersebut mau menemukan jalannya atau berusaha mencari relasi seluas-luasnya. Pada akhirnya, kandidat ideal harus mencakup kombinasi antara pengetahuan, pemahaman praktis, dan penempatan relasi yang baik.