Konten dari Pengguna

Memahami Teori Kognitif dan Implementasinya dalam Dunia Pendidikan

Zahra Maulida
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27 Oktober 2024 3:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Kognitif berkaitan dengan proses mental dalam memahami dan merespons situasi. Teori kognitif berlandaskan tiga prinsip: pembelajaran aktif, interaksi sosial, dan pengalaman pribadi. Field Lewin dalam buku "A Dynamic Theory of Personality"(1935) mengembangkan konsep medan kognitif, menekankan aspek kepribadian dan sosial, serta ide "ruang hidup"/ “life space” psikologis. Dalam buku "Biology and Knowledge"(1971), Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai proses biologis terkait perkembangan sistem saraf. Teori kognitif memiliki implikasi dalam pendidikan, khususnya untuk peserta didik pada tahap pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Perkembangan kognitif mencakup proses mental kompleks dalam memahami dan berinteraksi dengan lingkungan. Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahap: sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11-Dewasa).
ADVERTISEMENT
Metakognitif, menurut Anderson dan Krathwohl, adalah tingkat tertinggi dalam taksonomi pengetahuan. Ini melibatkan kesadaran dan kontrol atas proses berpikir sendiri. Anak-anak sering mengembangkan strategi pemecahan masalah sendiri, bahkan sebelum pembelajaran formal, seperti dalam kasus aritmetika sederhana.
Konstruktivisme, sebagai pendekatan modern, menekankan pembangunan pengetahuan oleh siswa. Vygotsky menyebut teorinya sebagai pembelajaran kognisi sosial. Prinsip konstruktivisme meliputi: (1) siswa membangun pengetahuan sendiri, (2) pengetahuan tidak dapat ditransfer langsung, (3) siswa terus mengonstruksi dan merevisi konsep, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.