Konten dari Pengguna

Satu Pesan dalam Tiga Bagian: Analisis Puisi 'Tiga Lembar Kartu Pos'

Zahra Maulida
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Juli 2024 18:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Profil Penulis: Sapardi Djoko Damono atau SDD, adalah sosok yang hangat dalam dunia sastra Indonesia. Lahir sebagai anak pertama, ia tumbuh menjadi penulis yang mampu menyentuh hati banyak orang. Keistimewaannya terletak pada caranya mengubah hal-hal sederhana menjadi puisi yang mendalam. Meski bergelar profesor dan dihormati sebagai sastrawan besar, Sapardi tetap dikenal sebagai pribadi yang ramah dan sederhana. Ia suka berbagi ilmu dengan cara yang mudah dipahami, menginspirasi banyak orang untuk mencintai sastra. Puisi-puisinya, yang sering berbicara tentang kehidupan sehari-hari, masih dibaca dan dicintai hingga kini. Sapardi meninggalkan warisan berharga dalam sastra Indonesia, ia kerap dikenal sebagai sastrawan angkatan 1970-an. Salah satu karyanya itu ialah puisi yang berjudul “Tiga Lembar Kartu Pos” yang ditulis pada tahun 1975. Puisi ini menjadi karya yang fenomenal pada masanya hingga sekarang. Karena puisi ini menceritakan hubungan spiritual yang merupakan serangkaian pesan yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan keagamaannya dalam konteks ini yaitu dengan Tuhan.
ADVERTISEMENT
TIGA LEMBAR KARTU POS karya SAPARDI DJOKO DAMONO
Lembar Kartu Pos (1)
soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu,
tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan
perkaramu dengan-Ku, suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara bintang-bintang,
tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat,
masih Kuingat benar: alamat-Ku kau tulis dengan sangat tergesa,
Kubayangkan tanganmu gemetar tanda bahwa ada
yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku
Lembar Kartu Pos (2)
kau dimana kini? sebenarnya saja pernahkah kau tulis surat itu?
pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin
ketika kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal di kamarmu?
Mungkin aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku,
tak pernah ingat akan percakapan kita yang panjang perihal topeng yang tergantung di dinding itu
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun Aku ingin tahu dimana kau kini
Lembar Kartu Pos (3)
anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara
lain, " alamat-Mu kudapati di tong sampah,
di antara surat-surat yang dibuang Ayah; hanya sekali ia pernah menyebut-nyebut nama-Mu,
yakni ketika aku meraung
karena dihalanginya mengenakan topeng yang
"rupanya ia ingin mengajak-Ku bercakap tentang mengapa
aku sengaja memberimu hadiah topeng dihari ulang
tahunmu dulu itu
siasatnya pasti siasatmu juga menatap tajam
sambil menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka
Analisis: Puisi Tiga Lembar Kartu Pos karya Sapardi Djoko Damono, sesuai dengan judul penulis membuat puisi ini memiliki tiga bagian yang masih berkaitan satu sama lain. Puisi ini menceritakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Pada puisi ini jelasnya menceritakan kewajiban yang telah dilupakan oleh seorang hamba kepada sang Pencipta. Bagian pertama puisi ini menjelaskan bahwa sikap yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhannya yaitu berdo'a dengan digambarkan sebagai “surat” atau bisa dikatakan sebagai metode komunikasinya, sampai-sampai yang dilakukannya itu mencurahkan segala isi hatinya. Lalu pada bagian kedua, menjelaskan ketidak konsistenan seseorang sampai dipertanyakan apa kehadiran Tuhannya itu tidak dibutuhkan lagi sampai membuat hambanya tidak melakukan hal yang sama seperti sebelumnya-mencari petunjuk dan berdo'a kepada sang Pencipta dan menjadikan “topeng” sebagai simbol kepalsuan dan perasaan tidak tulus seseorang. Di bagian terakhir puisi ini penulis membuat seorang manusia bertanya-tanya mengapa manusia diciptakan memiliki perasaan palsu yang bisa dibilang dia berbohong kepada orang lain bahkan pada dirinya sendiri, sehingga seorang hamba ini bersikap meragukan terhadap kemahakuasaan Tuhannya itu.
ADVERTISEMENT
Review pribadi: Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” karya Sapardi Djoko Damono ini bisa disesuaikan untuk merefleksi diri, dan memberikan motivasi untuk kekonsistenan terhadap hubungan antara Tuhan dan hamba-Nya. Banyak tamparan di dalam puisi ini yang membuat pembaca sadar akan pentingnya selalu yakin terhadap kekuasaan sang Maha Kuasa.
Kelemahan dan Keunggulan: Pada karya Sapardi Djoko Damono ini mungkin terdapat beberapa simbol atau metafora yang akan sulit dipahami jika pembaca tidak benar-benar membaca dan memahami isi puisi tersebut. Keunggulannya yaitu bisa membuat pembaca introspeksi diri, sampai memperbaiki dan mempertahankan hubungan Tuhan dan hamba-Nya.