Konten dari Pengguna

Teori Behavioristik, Humanistik, dan Konsep Kematangan dalam Pembelajaran

Zahra Maulida
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27 Oktober 2024 2:54 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Teori behavioristik, yang dikembangkan oleh Pavlov, Watson, Skinner, dan Thorndike, memandang pembelajaran sebagai proses perubahan perilaku yang dapat diamati melalui hubungan stimulus-respons. Pendekatan ini menekankan pentingnya penguatan (reinforcement) dan pengondisian dalam membentuk perilaku belajar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, teori humanistik yang dikembangkan oleh Combs, Maslow, dan Rogers lebih menekankan aspek perkembangan kepribadian dan aktualisasi diri peserta didik. Maslow dikenal dengan hierarki kebutuhannya yang dimulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Rogers menekankan pentingnya kebebasan dalam belajar dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Teori humanistik memandang peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan menekankan pentingnya penciptaan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan tersebut.
Konsep kematangan dalam pembelajaran mengacu pada kesiapan fisik dan mental seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan ini meliputi berbagai aspek, seperti sosial, emosional, dan intelektual yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kematangan tidak hanya berkaitan dengan usia kronologis, tetapi juga dengan kesiapan sistem saraf dan pengalaman individu. Pemahaman tentang konsep kematangan ini penting bagi pendidik agar dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kesiapan peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan bermakna.
ADVERTISEMENT