Konten dari Pengguna

Antara Manifesto Politik dengan Ikrar Sumpah Pemuda

Zahra Nabila Fatin
Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang
18 November 2022 21:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Nabila Fatin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi persatuan Indonesia (Sumber : pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi persatuan Indonesia (Sumber : pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Manifesto Politik tahun 1925 diyakini sebagai suatu hasil pemikiran tokoh bangsa yang tertulis dalam Majalah Perhimpunan Indonesia (Hindia Poetra) sebagai langkah awal semboyan semangat nasionalisme itu digelorakan di tengah penjajahan kolonial. Manifesto politik sendiri diartikan sebagai suatu cara pandang dan tujuan seseorang atau komunitas terhadap organisasi hukum negara. Manifesto politik lahir dari kalangan intelektual yang memberikan konsentrasi penuh atas kelanjutan nasib suatu bangsa dan negara. Sejalan dengan konsep tersebut, Manifesto Politik tahun 1925 lahir dari perkumpulan intelektual masyarakat terjajah Hindia Belanda yang tergabung dalam satu organisasi nafas politik Perhimpunan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rupanya arah dan pandangan mengenai kebangsaan Indonesia ke depan dalam prespektif organisasi Perhimpunan Indonesia sekiranya sudah terlihat sejak organisasi itu berdiri hingga Manifesto Politik digelorakan.
Dibuktikan dengan istilah “Indonesia” yang lahir dan diperkenalkan secara luas baik lokal maupun internasional oleh Perhimpunan Indonesia. Tidak terlepas dari perjalanan awal organisasi pada tahun 1908 bernama “Indische Vereniging” hingga perubahan nama organisasi tersebut di angka tahun 1922 menjadi “Indonesische Vereniging” yang memberikan konsentrasi penuh atas perjuangan rakyat untuk merdeka, sejalan dengan dirubahnya nama surat kabar “Hindia Poetra” menjadi “Indonesia Merdeka”.
Kembali pada Manifesto Politik, sebenarnya telah terdapat dalam surat kabar “Hindia Poetra” pada 1923, tetapi baru ditegaskan pada tahun 1925 seiring dengan pergantian nama organisasi menjadi “Perhimpunan Indonesia”. Manifesto politik menghadirkan penegasan atas empat ideologi yang syarat akan masalah sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan dengan konsentrasi utama pada kemerdekaan sebagai arah tujuan politiknya.
ADVERTISEMENT
Manifesto Politik setidaknya mengajarkan empat poin utama yakni
Manifesto Politik tahun 1925 kemudian dilanjutkan dengan semboyan persatuan kebangsaan yang kelak disebut sebagai sumpah pemuda dengan menegaskan kesatuan tanah air, kesatuan bangsa, dan kesatuan bahasa. Sumpah pemuda beranggotakan masa dalam jumlah besar dan di dalamnya kaum intelektual dari berbagai wilayah di Indonesia bersumpah, seperti Jong Java, Jong Sumantren Bond, Jong Bataks, Jong Celebes, hingga Sunda Roekoen. Sumpah pemuda dinilai sebagai awal dari persatuan dan nasionalisme yang mencoba dilahirkan secara terbuka karena dari sumpah pemuda inilah perjuangan kedaerahan mencoba melebur dalam suatu wadah kebersamaan di bawah naungan nasionalisme Indonesia. Sumpah pemuda memiliki arti sebagai puncak pergerakan nasional yang di dalamnya terkandung nilai-nilai patriotisme, demokrasi, dan persatuan.
ADVERTISEMENT
Tanggal 28 Oktober bertepatan dengan lahirnya Sumpah Pemuda 1928 kemudian dijadikan sebagai hari persatuan nasional yang kental akan eksistensi trilogi nilai sumpah pemuda. Sepertinya memperingati sumpah pemuda dari tahun ke tahun adalah suatu dorongan dalam upaya meningkatkan kalangan pemuda akan keberanian, kepeloporan, dan semangat untuk hidup berbangsa.
Tujuan dari sumpah pemuda adalah mewujudkan cita-cita semua perkumpulan pemuda Indonesia untuk bersatu demi Indonesia merdeka. Sebelum momentum sumpah pemuda, kalangan angkatan muda masih terpecah dalam berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan. Organisasi-organisasi yang dimaksud antara lain Tri Koro Darmo (Jong Java), Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Bataks, Jong Ambon, dan sebagainya. Banyak di antara anggota organisasi tersebut yang bergaul dalam satu ranah diskusi hingga kemudian menemukan berbagai persamaan.
ADVERTISEMENT
Dari situlah tumbul cita-cita untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan dalam satu wadah yang bersifat nasional. Untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda, diadakan Kongres Pemuda I pada 1926, yang kemudian disusul dengan Kongres Pemuda II pada 1928.
Tujuan lain dari Sumpah Pemuda adalah memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh semangat persatuan Indonesia. Dengan adanya Sumpah Pemuda, masyarakat mengenal istilah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni Bahasa Indonesia.
Perdebatan Konsep Sumpah Pemuda dan Manifesto Politik
Namun apakah nilai Manifesto Politik 1925 telah terlahirkan dalam suatu Sumpah Pemuda? Dan apakah dapat dipercaya bahwa Sumpah Pemuda sebagai awal tonggak seruan persatuan dan nasionalisme tidak layak diperdebatkan? Rupanya jika kita melihat konsep Manifesto Politik 1925 ternyata Sumpah Pemuda hanya mengimplementasikan nafas persatuan-nya saja.
ADVERTISEMENT
Sementara nafas lain seperti swadaya, non-kooperasi, dan solidaritas masih jauh dan belum tersentuh oleh Sumpah Pemuda secara langsung. Lebih jauh Sumpah Pemuda hanya mengikrarkan diri pentingnya konsep persatuan dan kesatuan dalam menuju tujuan rakyat kala itu yakni merdeka.
Jika kita berfikir lebih jauh, sampailah kita pada sebuah pertanyaan tentang mengapa Manifesto Politik 1925 tidak diperingati sebagai hari tonggak pencetusan nasionalisme. Bukankah Manifesto Politik-lah yang telah lebih dahulu menyerukan persatuan dibanding Sumpah Pemuda 1928? Ini menjadi penting, mengingat pemahaman kesejarahan nasionalisme dan agar kita generasi muda tidak melupakan peran Manifesto Politik sebagai tonggak persatuan dan kesatuan karena konsepnya yang lebih dahulu dan lebih luas daripada Sumpah Pemuda itu sendiri.
Sumpah Pemuda merupakan suatu pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan oleh para pemuda-pemudi Indonesia dengan menyatakan janji satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
ADVERTISEMENT
Pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya nilai kegotongroyongan, patriotisme, musyawarah, cinta tanah air, kekeluargaan, persatuan, cinta damai, dan tanggung jawab.
Lahirnya sumpah pemuda menjadi titik awal perjuangan anak muda. Kala itu, pemuda-pemudi rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, moral bahkan harta benda demi menyatukan bangsa Indonesia.
Tanpa Sumpah Pemuda dan perjuangan mereka, Indonesia dimungkinkan tidak akan mencapai kesatuan dan tidak akan berhasil melawan penjajahan. Oleh karenanya, pengamalan semangat juang dan keberlanjutkan energi positif mereka perlu diterukan pada generasi kini dan seterusnya dalam mengambil langkah pergerakan demi kemajuan dan kebersatuan bangsa Indonesia.