Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Belajar Bersyukur dengan Media Sosial
28 Juni 2022 18:43 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zahra Nur Fadhila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Masalah dan rintangan pasti selalu hadir dalam hidup tiap individu. Tak jarang juga kita membandingkan perjalanan hidup yang kita lalui dengan apa yang kita lihat. Baik di dunia nyata maupun di media sosial, tanpa memandang siapapun yang kita lihat. Sayangnya, belum semua pengguna media sosial menyadari bahwa media sosial hanyalah sebuah kebutuhan konten yang selalu menampilkan segala sesuatu yang terlihat menarik atau positif, dengan tujuan untuk menarik pengikut. Selain itu, media sosial memungkinkan siapapun untuk membagikan kehidupan pribadinya kepada khalayak umum. Baik itu kebahagiaan, hobi yang mereka tekuni, atau sesuatu yang mereka sukai. Jarang sekali pengguna media sosial menunjukkan kesedihan hingga kekecewaannya di platform yang ia gunakan.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini, media sosial digunakan sebagai ajang untuk menunjukkan sisi terbaik dalam hidup penggunanya, layaknya pemeran utama dalam sebuah drama. Hal ini kerap dijadikan sebagai ajang untuk membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Seolah-olah kita lupa bahwa apa yang ditampilkan di media sosial bukan realita sesungguhnya. Contohnya, traveling mewah, berkuliah di luar negeri, rumah bagus, karier sukses, dan masih banyak lagi. Ketika melihat orang lain memiliki hidup yang jauh lebih bahagia, kita merasa seakan-akan telah jauh tertinggal, dengan mengatakan bahwa diri kita tidak memiliki kelebihan apapun atau mungkin saja merasa kesal dengan diri sendiri yang tidak bisa berkembang ke arah yang positif. Pencapaian-pencapaian yang didapatkan orang lain terkadang membuat kita berpikir hidup mereka jauh lebih enak dan lebih bahagia. Padahal belum tentu hal tersebut benar-benar mereka rasakan.
Untuk menyiasati perasaan tersebut, kamu dapat meningkatkan gratitude feelings atau perasaan bersyukur. Meski terlihat sederhana, bersyukur mengajarkan individu untuk selalu melihat dan menghargai kebaikan yang diterima. Perasaan bersyukur tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui pembiasaan keadaan emosi dalam situasi apapun. Menurut psikologi positif, bersyukur mengacu pada rasa kebaikan hati, kedermawanan, dan keindahan dalam memberi dan menerima. Bersyukur memiliki banyak manfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain. Selain itu, bersyukur akan memperkaya diri kita untuk terus berprasangka baik dalan menjalani hari, bagi keadaan emosi dan pikiran, bahkan kekayaan diri kita. Karena dengan bersyukur, kita bisa menjalani hidup dengan bahagia dan selalu optimis.
ADVERTISEMENT
Rasa syukur yang dimiliki individu memiliki empat aspek yang saling bergantung, seperti pada penjelasan Emmons, McCullough & Tsang (2002) bahwa individu dengan rasa syukur yang tinggi, cenderung akan lebih sering memiliki rasa terima kasih yang tinggi (frequency) dan kuat (intensity). Selain itu, individu dengan rasa syukur yang tinggi lebih sensitif mengenali pengalaman hidup yang mereka jalani (span) dan mengenali banyak individu yang telah berkontribusi pada pencapaian mereka (density).
Lalu, bagaimana cara agar kita tidak mudah membandingkan diri sendiri dengan orang lain saat bermedia sosial?
1. Mengurangi intensitas bermain media sosial
Membuka media sosial terlalu sering dapat berdampak pada kecemasan individu. Saat membuka media sosial, hal yang pertama dilihat tak lain adalah postingan orang lain. Meski kamu sekarang hidup di dunia yang serba digital dan cara ini terkesan sulit untuk dilakukan, pada akhirnya kamu akan merasakan manfaat dari cara ini. Cara ini membantumu untuk tidak terus menerus melakukan stalking yang mengakibatkan pada perbandingan sosial (social comparison).
ADVERTISEMENT
2. Fokus pada kehidupan nyata tentunya jauh lebih penting
Melihat orang lain tampak sukses dan bahagia terkadang membuat kita sedih atau tertinggal jauh. Daripada terus membandingkan hidupmu dengan orang lain, kamu dapat mencoba melakukan hobi yang kamu gemari di dunia nyata, seperti berolahraga, melukis, atau mengobrol dengan orang terdekatmu. Mengobrol dengan orang terdekat bisa meningkatkan rasa syukurmu terhadap hidup yang selama ini telah kamu jalani.
3. Sign out atau uninstall media sosial yang membuatmu lelah
Gambaran kehidupan indah di media sosial membuat individu dengan gratitude feelings yang rendah secara tidak sadar membandingkan kehidupannya yang pahit dengan hidup indah orang lain yang dilihat di dunia maya. Tidak jarang perbandingan ini berujung pada perasaan rendah diri. Berpikir jika dunia tidak berputar dan Tuhan tidak adil dengan hidupmu. Jika kamu sedang merasakan fase ini, lebih baik ambil waktu untuk beristirahat sejenak dari media sosial daripada mengganggu kondisi mental yang seharusnya menjadi prioritas utama kita.
ADVERTISEMENT
4. Mengingat apa yang ditampilkan di media sosial belum tentu sama dengan dunia nyata
Di media sosial, kita akan kesulitan menemukan apa yang nyata dengan apa yang tidak nyata. Individu terus berusaha menampilkan kehidupan yang indah dan positif, padahal kehidupan tersebut belum tentu nyata dengan apa yang mereka jalani. So, don’t take things seriously!
5. Bersyukur dengan apa yang kamu miliki sekarang
Di luar sana banyak orang yang menginginkan berada di posisimu. Selagi kamu masih memiliki kesempatan untuk berbuat baik, maka lakukanlah. Kebaikan yang kamu tanam tersebut kelak akan kembali kepadamu dan kamu akan bersyukur karena telah mendapatkan kesempatan itu.
Pencapaian orang lain bukan hanya semata-mata menjadi alasan untuk tidak meningkatkan kualitas diri. Merasa kesal, marah, sedih merupakan hal wajar saat kamu belum bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Namun, bukan berarti kamu harus terus-terusan merasa rendah diri. Cobalah untuk mengapresiasi hal kecil yang kamu dapatkan dan bersyukurlah lalu hidupmu akan menjadi lebih tenang dan bahagia.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Algoe, S. B. (2012). Find, remind, and bind: The functions of gratitude in everyday relationships. Social and personality psychology compass, 6(6), 455-469.
Christanto, S. A., Brenda, D., Assisiansi, C., Pangestu, M. J., Sarita, I., & Sulistiani, V. (2017). Gratitude letter: An effort to increase subjective well-being in college. Anima Indonesian Psychological Journal, 32(3), 158-168.
Cregg, D. R., & Cheavens, J. S. (2021). Gratitude interventions: Effective self-help? A meta-analysis of the impact on symptoms of depression and anxiety. Journal of Happiness Studies, 22(1), 413-445.
Emmons, R. A., Froh, J., & Rose, R. (2019). Gratitude.
Kardas, F., Zekeriya, C. A. M., Eskisu, M., & Gelibolu, S. (2019). Gratitude, hope, optimism and life satisfaction as predictors of psychological well-being. Eurasian Journal of Educational Research, 19(82), 81-100.
ADVERTISEMENT