Konten dari Pengguna

Bunga dan Kekuatan: Kisah Kakek yang Minyirami Ketenangan

Zahra Nur Rahma
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9 Juni 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Nur Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah berpagar yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau. (Sumber: https://www.pexels.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah berpagar yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau. (Sumber: https://www.pexels.com/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" karya Kuntowijoyo, yang diterbitkan pada tahun 1992, menawarkan sebuah narasi yang kaya dengan deskripsi dan emosi. Dalam cerpen ini, Kuntowijoyo menggunakan pendekatan mimetik dan ekspresif untuk menggambarkan setting dan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat. Melalui kombinasi ini, pembaca dibawa masuk ke dalam dunia yang dihadirkan oleh pengarang, sekaligus merasakan perjalanan emosional karakter utama.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Mimetik dalam Cerpen
Pendekatan mimetik berfokus pada pencerminan realitas, menghadirkan dunia yang terasa nyata dan dapat dibayangkan dengan jelas oleh pembaca. Dalam cerpen ini, Kuntowijoyo dengan cermat mendeskripsikan setting dan karakter, memperkuat kesan realisme yang dihadirkan.
"Kabarnya yang tinggal di rumah tua berpagar tembok tinggi ialah seorang kakek yang hidup sendiri. Rumah itu terletak di samping rumahku. Pagar tinggi menutup rumahnya dari pandangan luar. Hanya ada satu pintu masuk dari muka, ditutup dengan anyaman bambu yang rapat."
Deskripsi ini memberikan gambaran visual yang detail tentang rumah kakek, menciptakan suasana misterius dan tertutup. Pagar tinggi dan pintu yang tertutup dengan anyaman bambu menggambarkan rumah yang terisolasi dari dunia luar, memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik tembok tersebut.
ADVERTISEMENT
"Aku mencari-cari kesempatan untuk bertemu dengan Kakek. Pulang sekolah aku memanjat tembok pagar dari sebuah pohon kates. Berjalan mondar-mandir di atasnya. Mengintai rumah tua itu."
Kutipan ini menunjukkan keinginan karakter utama untuk mengenal kakek lebih dekat. Usaha karakter untuk memanjat tembok pagar dan mengintai rumah tua menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam, sekaligus menciptakan gambaran visual tentang upaya tersebut. Penggambaran ini memperkuat nuansa penasaran dan antusiasme karakter.
"Aku merasa telah bersahabat baik dengan kakek itu. Aku ingat betul: tangan kurus dengan otot menonjol, rambut putih, suara serak."
Deskripsi tentang penampilan fisik kakek dengan tangan kurus, rambut putih, dan suara serak memberikan gambaran yang mendalam tentang karakter tersebut. Penggambaran ini tidak hanya membantu pembaca membayangkan sosok kakek, tetapi juga memperkuat kesan tentang kebijaksanaan dan pengalaman hidup yang dimiliki oleh kakek.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Ekspresif dalam Cerpen
Pendekatan ekspresif berfokus pada pengungkapan emosi yang mendalam dan kompleks, menciptakan keterhubungan emosional antara karakter dan pembaca. Dalam cerpen ini, Kuntowijoyo dengan lihai menggambarkan perasaan dan pengalaman emosional karakter utama, memperkuat narasi dan menggugah empati pembaca.
"Tiba-tiba pundakku terasa dipegang. Aku terkejut. Seorang laki-laki tua dengan rambut putih dan piama. Dia tersenyum kepadaku."
Kutipan ini menggambarkan momen ketika karakter utama terkejut saat merasakan sentuhan di pundaknya dari kakek. Ekspresi keterkejutan dan deskripsi tentang kakek yang tersenyum menciptakan suasana emosional yang intens dalam interaksi tersebut. Ini memperkuat hubungan antara karakter utama dan kakek, serta menggambarkan kehangatan yang muncul dalam pertemuan tersebut.
"Dia menjangkau tangan kananku. Membungkuk. Dan, tanganku dicium. Aku tidak berdaya. Bunga itu dipindahkannya ke tanganku. Aku menggenggamnya. Seolah dalam mimpi."
ADVERTISEMENT
Kutipan ini menggambarkan momen ketika karakter utama merasa seperti berada dalam mimpi saat menerima bunga dari kakek. Ekspresi perasaan tidak berdaya dan deskripsi tentang bunga yang diberikan menciptakan suasana yang penuh dengan keajaiban dan emosi. Ini menekankan makna simbolis dari bunga tersebut dan menguatkan ikatan emosional antara kedua karakter.
"Dia menarik tanganku. Dan, aku mengikutinya. Di tangan kananku setangkai bunga. Ketika aku sempat menyadari, kulihat pintu pagar rumah tua itu. Pasti dialah kakek itu! Ya Allah! Aku menjerit sekerasnya. Teriakan itu tersumbat di kerongkongan."
Kutipan ini menggambarkan momen ketika karakter utama merasa ketakutan dan terkejut saat menyadari identitas sebenarnya dari kakek tersebut. Ekspresi ketakutan dan teriakan yang tersumbat menunjukkan intensitas emosi yang dialami oleh karakter dalam situasi tersebut. Ini menggambarkan konflik batin yang dialami oleh karakter dan memperkuat drama dalam cerita.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" karya Kuntowijoyo adalah sebuah mahakarya yang berhasil menyatukan deskripsi realistis dan pengungkapan emosi yang mendalam. Melalui pendekatan mimetik, Kuntowijoyo menciptakan setting yang kaya akan detail dan nuansa, membawa pembaca langsung ke dalam dunia cerita. Sementara itu, pendekatan ekspresifnya menggali kedalaman emosi karakter utama, membuat pembaca merasakan setiap momen kejutan, keajaiban, dan ketakutan yang dialami oleh karakter.
Kombinasi dari kedua pendekatan ini menjadikan cerpen ini sebagai karya yang tidak hanya menarik tetapi juga menggugah perasaan dan pikiran pembaca. "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" layak mendapat tempat terhormat dalam khazanah sastra Indonesia, sebagai karya yang mampu menghubungkan pembaca dengan esensi kemanusiaan yang universal, mengajak mereka merenungkan kehidupan, makna eksistensi, dan perjalanan emosional manusia dalam mencari kedamaian dan jawaban di tengah kegelisahan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, melalui cerpen ini, Kuntowijoyo tidak hanya menghadirkan sebuah cerita yang memikat, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kompleksitas kehidupan dan hubungan antar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo. (1992). Dilarang Mencintai Bunga-bunga. Jakarta: Noura Books.