Konten dari Pengguna

Dari Kegagalan Menuju Keberhasilan: Konsep Diri Siswa SMK

Zahra Nur Rahma
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
23 Desember 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Nur Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kedua Laki-Laki sedang Membahas Sesuatu. (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kedua Laki-Laki sedang Membahas Sesuatu. (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/)
ADVERTISEMENT
Pengertian Konsep Diri Menurut Hurlock
Konsep diri menurut Elizabeth Hurlock adalah pandangan atau persepsi yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri. Konsep ini tidak hanya mencakup aspek fisik seperti penampilan, tetapi juga kemampuan, sikap, dan bagaimana seseorang memandang dirinya dalam hubungan sosial dengan orang lain. Hurlock mengemukakan bahwa konsep diri terbentuk melalui pengalaman hidup, interaksi sosial, dan umpan balik yang diterima dari orang lain. Oleh karena itu, konsep diri seseorang adalah hasil dari proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga, teman, maupun masyarakat secara luas. Konsep diri yang positif dapat mendorong individu untuk lebih percaya diri, berkembang, dan menghadapi tantangan hidup dengan optimisme. Sebaliknya, konsep diri yang negatif dapat menurunkan rasa percaya diri dan menghambat potensi seseorang dalam mencapai tujuan hidup. Untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana konsep diri terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dilakukan wawancara dengan dua siswa SMK Negeri 8 Jakarta, yaitu Dzakira Zaafarani Sujadi dan Muhammad Rafi Baharudinsyah. Wawancara ini dilakukan dengan menggali sepuluh aspek penting yang berkaitan dengan konsep diri, yakni keberhasilan dan kegagalan, dukungan lingkungan, cara menjaga pandangan positif, penyelesaian konflik, kekuatan dan kelemahan diri, cara menghadapi tekanan atau stres, harapan diri sendiri, pengaruh kritik, serta pengaruh harapan orang lain terhadap konsep diri.
ADVERTISEMENT
1. Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dzakira melihat keberhasilan sebagai motivasi untuk terus berkembang dan bukan sebagai titik akhir dari perjuangan. Bagi Dzakira, keberhasilan yang diraih tidak membuatnya merasa puas atau terlena. Ia selalu berpikir bahwa kesuksesan yang didapatkan saat ini hanyalah langkah kecil menuju tujuan yang lebih besar. Namun, kegagalan tidak membuatnya merasa putus asa. Sebaliknya, ia percaya bahwa kegagalan adalah cara terbaik untuk belajar dan memahami hal-hal yang perlu diperbaiki. Ketika menghadapi kegagalan dalam ujian atau pekerjaan sekolah, Dzakira tidak merasa gagal secara total, melainkan lebih fokus pada apa yang bisa diperbaiki untuk menjadi lebih baik di masa depan.
ADVERTISEMENT
Rafi juga memiliki pandangan yang serupa mengenai kegagalan. Ia melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Rafi tidak membiarkan kegagalan membuatnya terpuruk, melainkan menganggapnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Misalnya, ketika mengalami kesalahan dalam presentasi kelompok, Rafi merasa kecewa tetapi berusaha untuk memahami kesalahan tersebut dan belajar untuk tidak mengulanginya di kesempatan berikutnya. Ia meyakini bahwa kegagalan adalah langkah awal menuju kesuksesan, asalkan ia dapat terus belajar dan berusaha.
2. Dukungan Lingkungan
Dukungan dari orang-orang di sekitar sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Dzakira merasa bahwa keluarga dan teman-temannya memberikan pengaruh yang besar dalam memperkuat rasa percaya dirinya. Ketika mendapatkan validasi dan dukungan dari orang-orang terdekat, ia merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk berusaha lebih keras. Misalnya, ia selalu mendapat dorongan dari orang tuanya untuk tetap fokus pada tujuan dan belajar dengan giat, bahkan saat ia merasa kesulitan dalam beberapa hal. Dukungan ini memberikan rasa aman dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Rafi, yang merasa bahwa teman-teman dan guru-gurunya memberikan dukungan yang sangat berarti. Ketika ia merasa ragu dengan kemampuannya, dukungan teman-temannya memberinya keberanian untuk berbicara di depan umum atau tampil dalam acara tertentu. Dukungan sosial sangat penting bagi Rafi dalam menjaga keseimbangan emosi dan membangun konsep diri yang positif. Ia merasa lebih percaya diri setelah mendapat dorongan positif, baik dari teman, keluarga, maupun guru yang mengarahkan dan memberikan masukan yang membangun.
3. Menjaga Pandangan Positif
Pandangan positif terhadap diri sendiri sangat penting untuk menjaga konsep diri yang sehat. Dzakira mengatakan bahwa ia berusaha untuk tidak membiarkan kritik atau pandangan negatif merusak dirinya. Ia mengakui bahwa kadang-kadang kritik datang dari berbagai pihak, tetapi ia memilih untuk fokus pada aspek-aspek yang membangun dan mengabaikan kritik yang tidak berguna. Ketika mendapatkan kritik negatif, Dzakira memilih untuk menjadikannya sebagai motivasi untuk perbaikan, bukan sebagai sesuatu yang merendahkan dirinya.
ADVERTISEMENT
Rafi juga memiliki cara tersendiri untuk menjaga pandangan positif. Ia belajar untuk menerima kritik dan menggunakan itu sebagai kesempatan untuk belajar. Sebagai contoh, ketika ia dikritik karena terlalu tergantung pada teks dalam presentasi, ia berusaha mengatasi masalah tersebut dengan lebih banyak berlatih dan mempersiapkan diri secara matang. Ia percaya bahwa setiap kritik yang diberikan adalah kesempatan untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih baik.
4. Penyelesaian Konflik
Dalam menyelesaikan konflik, Dzakira berpendapat bahwa pengelolaan emosi adalah hal yang sangat penting. Ia lebih memilih untuk memberi waktu bagi dirinya sendiri untuk menenangkan diri sebelum menghadapi masalah secara langsung. Dengan cara ini, ia bisa berpikir jernih dan mencari solusi terbaik tanpa melibatkan emosi negatif. Dzakira percaya bahwa diskusi yang tenang dan saling mendengarkan adalah cara yang paling efektif untuk menyelesaikan konflik.
ADVERTISEMENT
Rafi, yang cenderung lebih emosional, juga mengakui bahwa ia perlu belajar untuk mengelola emosinya. Rafi merasa bahwa kadang-kadang, ketika ia terlalu emosi, ia bisa kehilangan fokus dalam menyelesaikan masalah. Ia kini berusaha untuk mengenali batas kesabarannya dan memberi ruang untuk menenangkan diri sebelum berkomunikasi lebih lanjut. Dengan cara ini, ia merasa lebih mampu untuk menghadapi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih konstruktif.
5. Kekuatan dan Kelemahan Diri
Dzakira merasa bahwa kekuatannya terletak pada kemampuannya untuk menjaga keteraturan dalam hidup, termasuk menjaga pola makan yang sehat, tidur yang cukup, dan melakukan olahraga secara rutin. Meskipun demikian, ia juga menyadari kelemahannya, yaitu kemalasan yang kadang menghambatnya dalam mengikuti rutinitas yang telah direncanakan. Namun, ia tidak menyerah begitu saja dengan kelemahan tersebut. Ia terus berusaha untuk melawan kemalasan dan memperbaiki diri agar bisa lebih konsisten dalam menjaga keseimbangan hidup.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rafi merasa bahwa kekuatannya terletak pada keterampilan teknologi, terutama dalam menggunakan perangkat komputer yang mempermudah proses belajar dan membantu dalam pengerjaan tugas. Namun, ia juga mengakui kelemahannya dalam mengelola emosi dan kadang-kadang merasa kurang disiplin dalam mengikuti rutinitas yang telah dibuatnya. Meski begitu, ia bertekad untuk mengatasi kelemahan ini dengan lebih banyak berlatih mengelola emosi dan meningkatkan kedisiplinan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
6. Cara Menghadapi Tekanan
Stres adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menghadapi stres, Dzakira lebih suka mencari cara untuk menenangkan diri, seperti mendengarkan musik atau berolahraga. Ia juga merasa bahwa berbicara dengan teman atau keluarga dapat membantu meredakan tekanan yang dialaminya. Melalui percakapan dengan orang-orang yang ia percayai, Dzakira merasa mendapatkan perspektif yang lebih luas dan solusi yang lebih baik dalam menghadapi masalah.
ADVERTISEMENT
Rafi juga mengandalkan cara-cara yang serupa untuk menghadapi stres. Ia merasa bahwa mengambil waktu sejenak untuk beristirahat dan melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu mengurangi ketegangan. Rafi juga merasa bahwa penting untuk memisahkan masalah sekolah atau pekerjaan dari kehidupan pribadinya, agar tidak terbebani oleh stres yang berlebihan.
Kesimpulan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Dzakira dan Rafi, dapat disimpulkan bahwa konsep diri mereka dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti keberhasilan dan kegagalan yang mereka alami, dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, serta cara mereka dalam menjaga pandangan positif, mengelola emosi, dan menghadapi tantangan hidup. Kedua responden menunjukkan bahwa konsep diri yang positif dapat dibentuk melalui refleksi diri yang mendalam, penerimaan terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, serta kemampuan untuk belajar dari setiap pengalaman hidup. Konsep diri yang sehat dan kuat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri, yang pada gilirannya akan membantu mereka dalam menghadapi segala tantangan yang ada, baik dalam kehidupan sekolah maupun di luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Beberapa Dokumentasi dari Kegiatan
Saudara Dzikra Zaafarani Sujadi. (Sumber: dokumen pribadi).
Saudara Muhammad Rafi Baharudinsyah. (Sumber: dokumen pribadi).
Dosen Pengampu: Maolidah, M. Psi.