Konten dari Pengguna

Gen vs Lingkungan: Menjelajahi Perkembangan Manusia

Zahra Nur Rahma
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
27 September 2024 15:01 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Nur Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi DNA. (Sumber: https://www.pexels.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi DNA. (Sumber: https://www.pexels.com/)
Perkembangan manusia adalah sebuah perjalanan yang rumit dan penuh keajaiban, dibentuk oleh berbagai faktor yang saling terkait. Dua faktor utama yang selalu menjadi pusat perdebatan adalah hereditas (keturunan) dan lingkungan. Pertanyaan klasik "Apakah sifat kita ditentukan oleh gen atau pengalaman?" telah memicu perdebatan sengit di antara para ilmuwan dan pemikir selama berabad-abad. Artikel ini akan menjelajahi kedua sisi, mengungkap kompleksitas interaksi mereka, dan bagaimana keduanya berperan dalam membentuk siapa kita.
ADVERTISEMENT
Memahami Hereditas: Warisan Genetik Kita
Hereditas, atau keturunan, merujuk pada faktor bawaan yang diwariskan dari orang tua melalui gen. Gen-gen ini membawa cetak biru untuk berbagai karakteristik fisik, mental, dan emosional kita. Dari warna mata hingga kecenderungan terhadap penyakit tertentu, hereditas membentuk pondasi perkembangan kita.
Prinsip Pewarisan Sifat:
1. Reproduksi: Pewarisan sifat hanya terjadi melalui sel benih, yaitu sperma dan sel telur.
2. Konformitas: Pewarisan sifat mengikuti pola generasi sebelumnya. Misalnya, manusia mewariskan sifat manusia.
3. Variasi: Kombinasi gen yang beragam menghasilkan variasi sifat antar saudara, meskipun mereka memiliki orang tua yang sama.
4. Regresi Filial: Sifat cenderung kembali ke rata-rata dalam generasi berikutnya. Artinya, anak-anak cenderung memiliki sifat yang lebih mirip dengan rata-rata populasi daripada orang tua mereka.
ADVERTISEMENT
Lingkungan: Faktor Eksternal yang Membentuk Kita
Lingkungan, dalam konteks psikologi, mencakup semua faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sifat, perilaku, atau perkembangan individu. Ini termasuk:
1. Objek alam: Alam sekitar, seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam.
2. Orang-orang: Keluarga, teman, guru, dan komunitas.
3. Karya-karya: Seni, budaya, literatur, dan teknologi.
4. Fakta-fakta objektif: Sistem politik, ekonomi, dan sosial.
Menurut Sigelman dan Shaffer Lingkungan perkembangan merujuk pada berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi di luar organisme yang dianggap mempengaruhi atau di pengaruhi oleh perkembangan individu.
Aliran Pemikiran dalam Perkembangan Manusia:
Perdebatan tentang peran hereditas dan lingkungan telah melahirkan tiga aliran pemikiran utama:
1. Aliran Nativisme: Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir. Faktor bawaan inilah yang membentuk hasil akhir dari perkembangan seseorang. Menurut pandangan ini sifat-sifat dan kemampuan manusia sudah ditentukan sejak lahir, jadi di dalam aliran nativisme ini beranggapan bahwa pengaruh lingkungan itu berperan penting, tokoh utamanya adalah Schopenhauer, ia percaya bahwa perkembangan individu itu lebih banyak ditentukan oleh potensi yang dibawa sejak lahir. Kalau dilihat dari konteks pendidikan, pandangan ini menjelaskan bahwa upaya pendidikan itu tidak banyak mengubah potensi bawaan seseorang. Gen yang diturunkan dari bibit ibu dan ayah pada saat sebelum ketika melahirkan.
ADVERTISEMENT
Jika calon ayah dan calon ibu terbiasa menerapkan pola hidup yang tidak baik, misalnya pemarah. Tetapi apabila kondisi sperma dan sel telur itu memiliki kualitas yang tidak bagus, memungkinkan menurunkan genetik yang kurang bagus, diantaranya bisa karena sperma yang dihasilkan ayahnya dalam kondisi penuh dengan tekanan, saat psikologis atau secara fisik ayahnya tidak banyak mengkonsumsi makanan yang baik, maka menghasilkan embrio yang juga mengalami hambatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, apalagi perkembangan psikis dan psikologis. Setelah lahir pandangan ini tidak berlaku, karena begitu lahir peran orang tua bukan lagi sebagai pewaris genetik, tetapi sudah masuk kedalam kategori lingkungan terdekat, bagaimana orang tua mendidiknya. Orangtua adalah bagian daripada lingkungan yang membentuk anak.
ADVERTISEMENT
2. Aliran Empirisme: Aliran ini menentang pandangan Nativisme, berargumen bahwa perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan, pendidikan, dan pengalaman yang diperoleh sejak dini. Dalam pandangan ini, manusia dapat dibentuk ke arah positif atau negatif tergantung pada pengaruh lingkungannya. Di dunia pendidikan, pandangan ini dikenal sebagai optimisme paedagogis. Di pandangan empirisme ini merupakan sebuah kebalikan dari aliran nativisme yang mana dikatakan di aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh factor-faktor yang sudah ada sejak lahir. Tokoh penting dalam aliran ini adalah John locke ia menggambarkan bahwa pikiran manusia itu seperti kertas kosong yang akan diisi oleh pengalaman, ia menuntut aliran ini pendidikan dan lingkungan memainkan peran krusial dalam membentuk individu, faktor keturunan dianggap tidak terlalu penting, karena perkembangan sepenuhnya bergantung pada apa yang dipelajari dan alami.
ADVERTISEMENT
3. Hukum Konvergensi: Hukum ini diperkenalkan oleh psikolog Jerman William Stern, menyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan hasil dari interaksi pembawaan dan lingkungan. Namun, meskipun hukum ini mengakui peran keduanya, masih ada ketidaksepakatan mengenai nama yang lebih dominan, dengan beberapa berfokus lebih pada pengaruh bawaan dan yang lain pada pengaruh lingkungan. Pada hukum konvergensi ini menggabungkan kedua aliran sebelumnya, William Stern berpendapat bahwa, perkembangan manusia merupakan hasil liberasi antara faktor keturunan dan lingkungan. Faktor bawaan memberikan dasar bagi perkembangan, tapi pengaruh lingkungan dan pengalaman tetap penting untuk mengoptimalkan potensi bawaan tersebut. Dalam hukum ini Pendidikan dan pembelajaran harus disesuaikan dengan kompetensi individu, lingkungan yang kondusif juga mendukung perkembangan yang optimal. Perkembangan tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, baik itu dari bawaan dari lahir saja maupun yang dipengaruhi dari lingkungan saja. Keduanya punya andil, masing-masing dengan porsinya. Cikal bakal genetiknya bagus, tidak akan bertumbuh dengan baik kalau dia tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pola didik yang bagus, tidak mendapatkan pengalaman hidup yang bagus.
ADVERTISEMENT
Hubungan Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan
1. Hereditas
Hereditas merujuk pada karakteristik genetik yang diwariskan dari orang tua, yang dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan individu, seperti fisik, kecerdasan, dan kepribadian. Individu yang memiliki latar belakang keluarga dengan kecerdasan tinggi, misalnya, cenderung memiliki potensi intelektual yang lebih besar. Menurut Bimo Walgito, faktor genetik berfungsi sebagai fondasi dalam pembentukan kepribadian, namun potensi tersebut hanya dapat diwujudkan secara optimal melalui dukungan positif dari lingkungan.
2. Lingkungan Perkembangan
Lingkungan perkembangan mengacu pada segala faktor eksternal yang mempengaruhi individu, mulai dari keluarga, pendidikan, teman sebaya, hingga budaya. Kondisi lingkungan yang mendukung, seperti keluarga yang hangat dan sekolah yang berkualitas, dapat memberikan stimulus yang optimal bagi perkembangan anak. Kartini Kartono menyatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan moral, sosial, dan intelektual anak. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang harmonis dan suportif cenderung memiliki perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hidup dalam situasi keluarga yang penuh konflik. Lebih lanjut, faktor-faktor seperti gizi selama masa prenatal dan pengasuhan pada tahun-tahun pertama kehidupan dapat berdampak besar terhadap perkembangan otak. Lingkungan yang buruk, seperti kurangnya nutrisi atau stress berkepanjangan, dapat menghambat perkembangan kognitif dan emosional anak.
ADVERTISEMENT
3. Hubungan Hereditas dan Lingkungan
Interaksi antara faktor genetik dan lingkungan adalah kunci dalam memahami perkembangan manusia. Keduanya bekerja bersama-sama dalam mempengaruhi hasil akhir perkembangan individu. Genetik dapat memberikan potensi tertentu, tetapi realisasi potensi tersebut sangat bergantung pada dukungan lingkungan. Sebagai contoh, seorang anak yang mewarisi bakat musik secara genetik mungkin tidak dapat mengembangkan potensi ini sepenuhnya tanpa adanya lingkungan yang mendukung, seperti tersedianya alat musik atau pelatihan yang memadai.
Interaksi Hereditas dan Lingkungan Perkembangan
Gen tidak hanya mencetak tiruan dari perkembangan individu, melainkan gen juga memberikan efek besar dengan menentukan jenis lingkungan yang akan dihadapi keturunannya. Dalam lingkungan pendidikan, gen-gen mungkin dapat dilihat sebagai suatu zat yang penting dalam dunia nyata anak-anak atau remaja. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat menentukan tentang perkembangan individu dalam proses belajar. Lingkungan dan dukungan keluarga yang positif akan membuat individu menjalankan aktivitas dengan optimis. Sebaliknya, jika lingkungan dan dukungan keluarga yang negatif atau tidak harmonis, akan membuat individu menjadi pesimis dalam menjalankan aktivitas, serta mengganggu kelancaran dalam belajar.
ADVERTISEMENT
Menurut Wilson & Foster, terdapat sejumlah faktor lingkungan yang mempengaruhi ekspresi genetik, di antaranya: nutrisi, Kesehatan, peristiwa stressful, temperatur, pencahayaan, dan intensitas stimulasi. Misalnya, menunjukkan bahwa anak-anak Guatemala yang hidup di Amerika cenderung tumbuh lebih tinggi dibandingkan orangtua mereka yang hidup di Guatemala. Hal ini mungkin disebabkan di Amerika tersedia mengkonsumsi bermacam-macam makanan dan penuh gizi. Lingkungan juga dapat mempengaruhi hormon-hormon kesehatan mental dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami kelelahan atau stress, itu dapat menghambat pertumbuhan jaringan-jaringan yang ada di dalam tubuh. Sehingga dapat membuat seseorang mudah dijangkau berbagai infeksi dan penyakit.
Para ahli genetika menyebutkan tiga cara hereditas dan lingkungan dalam berinteraksi, di antaranya:
1. Passive genotype-environment interaction, yaitu interaksi genotipe dan lingkungan secara pasif terjadi ketika orangtua yang memiliki kesamaan genetik dengan anak menciptakan lingkungan pengasuhan tertentu untuk anak tersebut. Sebagai contoh orangtua yang secara genetik cerdas dan gemar membaca mungkin akan sering membawa anak-anak mereka ke perpustakaan atau toko buku, serta menyediakan banyak buku di rumah. Hal ini dapat membuat anak-anak mereka lebih cenderung menyukai membaca dan menikmati aktivitas tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Evocative genotype-environment interactions, yaitu interaksi genotipe dan lingkungan secara evokatif terjadi ketika genotipe seseorang anak memengaruhi jenis lingkungan fisik dan sosial yang diterimanya. Sebagai contoh, anak yang aktif dan mudah tersenyum cenderung mendapatkan lebih banyak stimulasi sosial dibandingkan dengan anak yang pendiam dan pasif. Demikian juga, siswa yang kooperatif, patuh, dan penuh perhatian akan mendapatkan lebih banyak respons positif dan perhatian dari guru di sekolah, dibandingkan dengan siswa yang sulit diajak bekerja sama dan memiliki kesulitan dalam fokus.
3. Active genotype-environment interactions, Interaksi genotipe dan lingkungan secara pasif terjadi ketika anak-anak secara aktif mencari tahu menjelajahi lingkungan yang mereka anggap menarik dan menantang. Dalam hal ini, anak-anak cenderung memberi tempat atau situasi yang sesuai dengan kemampuan mereka, menyeleksi aspek-aspek tertentu dari lingkungan sekitar untuk diberi perhatian, dipelajari, atau diabadikan. Pemilihan lingkungan yang mereka lakukan ini sangat terkait dengan genotipe yang mereka miliki. Beberapa anak, karena genotipenya, memiliki keterampilan sensorimotor yang baik sehingga berprestasi di bidang olahraga. Sementara, anak-anak lain mungkin lebih terampil di bidang musik karena genotipe mereka. Anak-anak yang cenderung atletis akan lebih sering mencari lingkungan olahraga di mana mereka dapat menunjukkan kemampuan terbaik mereka, sedangkan anak-anak yang berbakat music akan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan musikal yang memungkinkan mereka menampilkan keterampilan dengan optimal.
ADVERTISEMENT
Perjalanan perkembangan manusia adalah sebuah misteri yang terus diungkap. Dengan memahami kompleksitas interaksi hereditas dan lingkungan, kita dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi setiap individu.
- Kecerdasan: Meskipun kecerdasan memiliki komponen genetik, lingkungan yang kaya stimulasi, pendidikan yang berkualitas, dan dukungan keluarga dapat membantu memaksimalkan potensi intelektual.
- Kepribadian: Kepribadian dibentuk oleh kombinasi faktor genetik dan pengalaman hidup. Anak-anak yang mewarisi kecenderungan temperamen tertentu mungkin mengalami perkembangan kepribadian yang berbeda tergantung pada lingkungan pengasuhan mereka.
Kesimpulan:
Perdebatan tentang hereditas vs. lingkungan tidak memiliki jawaban yang sederhana. Perkembangan manusia adalah hasil interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Tidak ada satu faktor yang lebih dominan daripada yang lain. Penting untuk memahami peran keduanya dalam membentuk individu. Dengan memahami interaksi ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan optimal setiap individu.
ADVERTISEMENT
Dosen Pembimbing: Ibu Molidah, M. Psi.