Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Diri: Tipologi dan Perbedaan Individual dalam Pendidikan
27 Oktober 2024 9:17 WIB
·
waktu baca 13 menitTulisan dari Zahra Nur Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pendidikan, memahami bagaimana setiap individu belajar merupakan kunci untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Setiap siswa memiliki cara belajar yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gaya belajar, kecerdasan majemuk, dan perbedaan individual. Ini akan membahas berbagai tipologi belajar dan perbedaan individual yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan materi yang dipelajari dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan, yang diampu oleh Bu Maolidah, M. Psi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang cara belajar yang berbeda, faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan individual, dan bagaimana guru dapat menangani dan mengatasi perbedaan tersebut untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan efektif.
ADVERTISEMENT
Tipologi Belajar: Memahami Cara Belajar yang Berbeda
Berbagai tipologi belajar, yaitu:
1. Gaya Belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik):
- Visual: Siswa dengan gaya belajar visual lebih mudah memahami informasi melalui gambar, grafik, diagram, dan representasi visual lainnya. Mereka cenderung lebih baik dalam mengingat apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar.
- Auditori: Siswa yang memiliki gaya belajar auditori cenderung belajar lebih efektif melalui pendengaran. Mereka lebih suka mendengarkan penjelasan verbal, diskusi, dan ceramah. Audio, musik, atau rekaman juga menjadi media yang efektif untuk mereka.
- Kinestetik: Siswa kinestetik lebih efektif belajar dengan cara melakukan. Mereka cenderung menyerap informasi dengan baik melalui aktivitas fisik seperti simulasi, eksperimen, atau pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan gerakan tubuh.
ADVERTISEMENT
2. Gaya Belajar VARK (Visual, AuditorI, Reading atau Writing, dan Kinesthetik): Model VARK merupakan pengembangan dari VAK dengan menambahkan satu kategori tambahan, yaitu Reading atau Writing. Gaya ini mengacu pada siswa yang belajar paling baik melalui teks tertulis, baik itu membaca buku, artikel, atau menulis catatan.
Teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) – Howard Gardner:Gardner mengemukakan 8 kecerdasan utama:
ADVERTISEMENT
Tipologi Belajar Kolb: Menekankan pada proses pengolahan informasi, dengan empat kecenderungan:
Tipologi Belajar Berdasarkan Modalitas Sensorik: Didasarkan pada modalitas sensorik yang dominan dalam memproses informasi:
Jenis-jenis Gaya Belajar Siswa: Mengidentifikasi Karakteristik
Mengidentifikasi ciri-ciri siswa dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik:
1. Visual:
- Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar.
- Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi.
- Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
ADVERTISEMENT
- Tidak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
- Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
- Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
- Dapat duduk tenang di tengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu.
2. Auditori:
- Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.
- Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan atau lagu di televisi atau radio.
- Cenderung banyak omong.
- Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena.
- Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
- Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis.
ADVERTISEMENT
- Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain.
- Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas.
3. Kinestetik:
- Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar.
- Sulit berdiam diri tahu duduk manis, selalu ingin bergerak.
- Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar.
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar.
- Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol dan lambang.
- Menyukai praktek atau percobaan.
- Menyukai permainan dan aktivitas fisik.
Jenis Belajar Menurut Bloom: Memahami Tiga Bidang Pembelajaran
Benyamin S. Bloom adalah seorang pakar pendidikan yang dikenal memperkenalkan konsep taksonomi. Taksonomi pembelajaran adalah pengelompokan tujuan berdasarkan bidang atau domain pembelajaran. Secara umum terbentuk tiga bidang pembelajaran:
ADVERTISEMENT
1. Cognitive domain (kawasan kognitif): Kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan, dan penilaian.
2. Affective domain (kawasan afektif): Kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari: penerimaan, sambutan, penilaian, pengorganisasian, karakterisasi.
3. Psychomotor domain (kawasan psikomotorik): Kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan, meniru, membiasakan, dan adaptasi.
Memodifikasi Jenis-jenis Belajar: Menyesuaikan Metode Pembelajaran
Setiap individu memiliki gaya belajar yang unik. Ada yang lebih mudah menyerap informasi melalui visual, auditori, atau kinestetik. Memodifikasi jenis belajar adalah tentang menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan gaya belajar tersebut, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
1. Visual:
- Ciri-ciri: Mudah belajar melalui penglihatan, seperti gambar, diagram, video, dan warna.
- Modifikasi:
a. Gunakan peta pikiran, diagram, dan grafik.
b. Sediakan materi visual yang menarik.
c. Gunakan warna untuk menandai poin penting.
d. Ajak siswa membuat catatan visual.
2. Auditori:
- Ciri-ciri: Mudah belajar melalui pendengaran, seperti penjelasan lisan, musik, dan diskusi.
- Modifikasi:
a. Gunakan diskusi kelompok dan debat.
b. Berikan instruksi secara lisan.
c. Gunakan musik dan rekaman audio.
d. Dorong siswa untuk membaca materi dengan keras.
3. Kinestetik:
- Ciri-ciri: Mudah belajar melalui gerakan dan pengalaman langsung, seperti praktik, eksperimen, dan permainan.
- Modifikasi:
a. Gunakan permainan peran dan simulasi.
b. Sediakan aktivitas langsung dan praktik.
ADVERTISEMENT
c. Izinkan siswa untuk bergerak dan berinteraksi.
d. Gunakan alat peraga dan model.
Perbedaan Individual: Mengakui Keunikan Setiap Siswa
Perbedaan individual menurut Sarlito Wirawan (1991), kepribadian adalah kumpulan sifat biologis dalam bentuk dorongan, kecenderungan, rasa dan naluri diperoleh melalui pengalaman yang ditemukan seseorang. Sebagai makhluk sosial manusia dipastikan akan saling berinteraksi dan dalam proses interaksi itu akan terjadi proses saling mempengaruhi dan juga saling menerima pengaruh. Merujuk pada teori kepribadian yang mengakui setiap orang memiliki karakteristik khusus dan unik maka dalam interaksi sosial itu juga akan muncul perbedaan individual sebagai aktualisasi dari ke aneka ragaman latar belakang setiap individu. Menurut Bisri (2020).
1. Perbedaan kognitif: Perbedaan kemampuan yang terkait dengan penguasaan sains dan teknologi yang dapat melihat pada hasil belajar anak. Faktor dasar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan kognitif adalah lingkungan, baik itu lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan.
ADVERTISEMENT
2. Perbedaan kecakapan Bahasa: Perbedaan kemampuan masing-masing individu dalam berbahasa untuk mengekspresikan pemikirannya dalam bentuk kata-kata dan frase yang bermakna dengan cara yang berbeda. Selain faktor lingkungan, faktor fisik, terutama organ suara, sangat berpengaruh dalam kecakapan berbahasa.
3. Perbedaan kecakapan motorik: Perbedaan dalam keterampilan untuk mengkoordinasikan kerja saraf motorik oleh saraf pusat untuk melakukan sesuatu aktivitas.
4. Perbedaan Latar Belakang: Perbedaan pengalaman yang memfasilitasi atau menghambat hasil belajar mereka, terlepas dari potensi individu untuk menguasai materi pembelajaran.
5. Perbedaan Bakat: Perbedaan kemampuan khusus yang dimiliki sejak lahir. Kemampuan ini akan berkembang dengan baik pada stimulasi dan pemupukan yang tepat.
6. Perbedaan kesepian Belajar: Perbedaan terkait usia siswa dan stimulus pra sekolah dasar di taman kanak-kanak. Jadi, perbedaan ini membicarakan bagaimana ia belajar secara mandiri untuk menstimulasi sistem kerja otak.
ADVERTISEMENT
Selain perbedaan yang telah disebut di atas, faktor orang tua/keluarga juga merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang termasuk dalam hal prestasi belajar anak.9 Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah. Kebiasaan belajar inilah yang menyebabkan sebuah pola gaya belajar. Faktor lain yang juga sering dihubungkan dengan gaya belajar adalah gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Konsep gender berbeda dengan dengan jenis kelamin yang lebih menekankan pada perbedaan fisik yang merupakan bawaan sejak lahir seperti organ reproduksi. Sifat-sifat gender merupakan sifat yang masih bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individual dalam Belajar
1. Faktor Keturunan atau bawaan: Sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor bawaan ini dibawa oleh gen yang terkandung dalam kromosom di dalam sel sperma dan sel telur. Gen adalah unit hereditas pembawa sifat yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Masing-masing orang tua memberikan 50% gen kepada keturunannya.
2. Faktor Lingkungan:
- Status Sosial Ekonomi: Tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan dan penghasilan orang tua, fasilitas khusus dan barang-barang yang berharga yang ada di rumah seperti radio, televisi, mesin cuci, lemari es, mebel dan sebagainya. Menurut hasil penelitian, murid-murid yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi menunjukkan prestasi belajar lebih tinggi dan dapat bersekolah lebih lama daripada murid-murid yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang rendah (Aiwin & Thornton, 1984).
ADVERTISEMENT
- Budaya: Setiap kelompok budaya mengajarkan “pelajaran-pelajaran” tertentu tentang hidup dan kehidupan. Budaya itu berbeda-beda dalam hal berikut:
- Praktik Mendidik Anak: Menurut penelitian White dan kawan-kawan (1978), praktik-praktik tertentu dalam mendidik anak cenderung mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial dan kecakapan kognitif pada anak-anak. Praktik tersebut meliputi menciptakan lingkungan keluarga yang longgar dan ramah, tanggap terhadap kebutuhan dan minat anak, menyambut dan menghargai prestasi, mendorong rasa ingin tahu dan dorongan bersaing, serta berbicara dengan anak-anak tentang hal yang menarik minat dan perhatiannya.
ADVERTISEMENT
- Urutan Kelahiran: Menurut hasil penelitian, perbedaan individual antara lain disebabkan oleh urutan kelahiran. Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, mudah menyesuaikan diri, cemas, takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan adik-adiknya (Hetherington & Parke, 1979). Mengenai anak tunggal, menurut Polit, Nuttall & Nuttal (1980) pada umumnya anak tunggal itu menunjukkan sifat lebih pasti, lebih dapat bergaul dan menyesuaikan diri dengan baik, serta prestasi akademiknya di sekolah lebih tinggi daripada anak-anak yang mempunyai saudara-saudara sekandung dan anak sulung. Mengenai anak yang lahir lebih kemudian (adik) belum tersedia informasi yang cukup. Dari data yang ada dapat dikemukakan bahwa pada umumnya pengalaman pengalaman mereka ini sangat berbeda-beda. Tergantung pada banyaknya kakak atau adik dan situasi keluarga. Anak tengah biasanya menunjukkan sifat lebih ekstrover dan kurang mempunyai dorongan berprestasi daripada anak sulung. Anak yang dimanjakan tidak banyak menghadapi masalah, golongan ini bahkan menunjukkan prestasi akademik yang tinggi, populer, dan lebih optimistis, lebih mantap, dan lebih percaya diri dibandingkan dengan anak sulung (Hetherington & Parke, 1979).
ADVERTISEMENT
- Perceraian Orang Tua: Anak mesti berhadapan dengan orang tuanya yang menjadi mudah marah, lesu, dan pencemas sehingga dari hal itu sang anak dapat merasakan kurangnya rasa kasih sayang dari orang tuanya. Dengan perceraian itu terjadilah berbagai perubahan yang tidak menguntungkan bagi anak-anak. Terkadang ada anak-anak yang menganggap bahwa dirinyalah biang keladi perceraian itu dan berharap-harap cemas semoga orang tuanya rujuk kembali. Pada umumnya anak-anak menjadi menderita karena perceraian.
Cara Guru Menangani dalam Perbedaan Individual dalam Belajar
Menurut Djamarah (2005: 165) pendidik harus melakukan hal berikut ini:
1. Mendengarkan secara empati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya.
2. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan nonverbal.
ADVERTISEMENT
3. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
5. Menangani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Cara Mengatasi Perbedaan Individual
Setiap orang memiliki cara atau metode belajarnya sendiri. Siswa dengan tipe visual lebih banyak menyerap atau menangkap informasi melalui indera penglihatan atau mata, hal yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:
1. Posisikan tempat duduk di bangku paling depan, agar mereka dapat langsung melihat yang dituliskan atau digambarkan atau diterangkan guru di papan tulis.
2. Perbanyak diagram, peta konsep, flow-chart dalam menjelaskan bahan atau materi.
ADVERTISEMENT
3. Putarkan film atau video. Ajak siswa untuk mencatat poin-poin penting di ilustrasi dan sketsa atau gambar dalam pembelajaran.
Siswa dengan tipe auditori lebih banyak menyerap atau menangkap informasi lewat indera pendengaran, hal yang bisa dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:
1. Maksimalkan penggunaan audio (musik, radio, dan sebagainya).
2. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
3. Sering buat atau lemparkan pertanyaan-pertanyaan sederhana.
4. Gunakan rekaman.
5. Bimbing mereka dalam menjelaskan dan mendeskripsikan dengan kata-kata.
6. Biarkan mereka mencatat hal yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
7. Belajar dalam kelompok.
Siswa dengan tipe kinestetik lebih banyak memperoleh/menyerap informasi melalui gerakan, hal yang bisa dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:
ADVERTISEMENT
1. Belajar melalui praktek lapangan (field trip).
2. Melakukan pertunjukkan.
3. Membuat figuran atau model.
4. Kegiatan praktikum di laboratorium.
5. Perbanyak simulasi serta role playing.
Implikasi Perbedaan Individual terhadap Pembelajaran
Abdurrahman (2009:91) menyatakan ada beberapa implikasi teori behavioral dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung merupakan pembelajaran yang efektif.
2. Bagi anak berkesulitan belajar merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh pembelajaran langsung dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.
3. Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai pendekatan lain. Jika pendidik memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar dan kesulitan belajar anak, perkembangan langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan pendekatan yang didasarkan atas gaya belajar anak.
4. Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
5. Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh pendidik.
Kesimpulan
Memahami tipologi belajar dan perbedaan individual merupakan kunci dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Setiap siswa memiliki cara belajar unik, dipengaruhi oleh gaya belajar seperti VAK, VARK, teori kecerdasan majemuk Gardner, dan tipologi belajar Kolb, serta perbedaan individual yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Penting untuk mengakui dan menangani perbedaan individual dalam proses pembelajaran dengan memodifikasi metode pembelajaran agar sesuai dengan gaya belajar siswa, seperti menggunakan materi visual, audio, atau aktivitas langsung. Dengan memahami keragaman cara belajar dan faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan individual, para pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, responsif, dan menantang bagi setiap siswa.
ADVERTISEMENT
Perbedaan bukan penghalang, melainkan peluang untuk menciptakan pembelajaran yang lebih kaya dan bermakna. Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang beragam, mengakui keunikan setiap siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, para pendidik dapat membantu setiap siswa meraih potensi terbaiknya.