Konten dari Pengguna

Memahami Teori Behavioristik dan Humanistik untuk Mencapai Pembelajaran Optimal

Zahra Salbiyah Aniqah Syach
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28 September 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Salbiyah Aniqah Syach tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak-anak sedang belajar bersama di kelas. (Sumber: https://www.istockphoto.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak-anak sedang belajar bersama di kelas. (Sumber: https://www.istockphoto.com).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam ruang lingkup pendidikan, pemahaman terhadap kematangan individu memiliki peranan penting dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif. Kematangan dalam hal ini mengacu pada perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang dapat membantu individu untuk menjalani kehidupannya dengan lebih baik. Kematangan ini tidak hanya berkaitan dengan usia, tetapi terkait pula dengan cara seseorang untuk mengambil keputusan, tanggung jawab, dan berinteraksi antarsesama. Terdapat dua teori yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa, yaitu teori behavioristik dan teori humanistik. Berikut ini penjelasannya.
ADVERTISEMENT
1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah pendekatan yang berfokus pada perubahan perilaku individu melalui berbagai cara. Dalam ruang lingkup pendidikan, teori ini sering kali diimplementasikan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti halnya untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa. Di Indonesia, banyak guru yang menggunakan pendekatan ini karena memudahkan dalam menetapkan target dan tujuan yang terarah.
Menurut teori behavioristik, hakikat mengajar adalah transformasi ilmu pengetahuan. Banyak guru yang mengaplikasikan teori ini dengan memberikan arahan dan aturan yang harus ditaati oleh seluruh siswa. Namun, sering kali guru hanya melarang tindakan tertentu tanpa memberikan penjelasan terkait alasan melarangnya. Pemahaman yang jelas terkait alasan peraturan itu berlaku sangatlah penting bagi siswa. Melalui pemahaman tersebut, dapat meningkatkan kepatuhan siswa terhadap aturan yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Teori behavioristik mengedepankan konsep reward dan punishment. Ketika seorang siswa menjawab pertanyaan dan mendapat apresiasi, baik dari gurunya maupun teman sekelasnya, mereka akan merasa dihargai. Melalui hal itu, siswa lain pun akan termotivasi untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas. Keselarasan antara reward dan punishment sangatlah penting. Penghargaan terhadap hal-hal positif yang dilakukan dapat mendorong siswa untuk mampu meningkatkan motivasi belajarnya, sementara hukuman yang diberikan kepada siswa juga tetap diperlukan untuk mengurangi perilaku yang tidak sesuai aturan atau norma yang berlaku. Melalui hal ini, perilaku siswa dapat diarahkan dengan baik. Namun, perlu diingat bahwa teori behavioristik ini cenderung berfokus pada pengajaran semata, tanpa memperhatikan elemen-elemen, seperti aspek emosional dan sosial siswa.
ADVERTISEMENT
2. Teori Humanistik
Teori humanistik menekankan pada memanusiakan manusia dalam proses belajar. Teori ini berusaha untuk memahami individu secara menyeluruh, sehingga siswa dapat merasakan manfaat dari adanya pembelajaran yang dilakukannya. Dalam teori ini juga dikatakan bahwa penting bagi seorang siswa untuk merasa apa yang dipelajari di dalam kelas memiliki makna dan relevansi bagi kehidupan sehari-harinya.
Pembelajaran yang berhasil tidak hanya ditentukan oleh penguasaan materi saja. Akan tetapi, pengalaman positif yang dirasakan siswa selama proses belajar juga sangatlah penting. Saat siswa merasa terhubung dan mendapatkan manfaat dari pembelajaran, maka hal itu akan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan efektivitas belajarnya. Dalam perihal ini, pengajaran yang efektif dapat membangun strategi pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi siswa.
ADVERTISEMENT
Teori humanistik mendorong guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, seperti halnya siswa dapat mengeksplorasi ide-ide kreatifnya, mampu berkolaborasi dengan teman-temannya, serta mampu berkontribusi secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya perihal transfer ilmu semata, tetapi juga bagian dari proses yang mendukung perkembangan pribadi dan sosial siswa.
Perbandingan antara Teori Behavioristik dan Teori Humanistik
Teori behavioristik dan humanistik memiliki perbedaan mendasar dalam hal fokus dan tujuan pembelajaran. Teori behavioristik berfokus pada perubahan perilaku yang dapat dilihat dan diukur. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mengembangkan perilaku tertentu melalui adanya reward dan punishment. Dalam teori behavioristik ini, hasil belajar lebih penting daripada proses yang dilakukannya. Sebaliknya, teori humanistik menitikberatkan pada pencapaian potensi individu secara menyeluruh yang di dalamnya mencakup aspek emosional, kognitif, dan sosial. Pembelajaran dalam perspektif humanistik bertujuan untuk membantu siswa memahami makna dan relevansi dari pelajaran di kelas dengan kehidupan sehari-harinya.
ADVERTISEMENT
Dalam teori behavioristik, guru berperan sebagai pengendali utama dalam proses belajar. Guru memberikan stimulus yang diharapkan mampu memicu tanggapan yang sesuai dari siswa. Peran guru adalah untuk membimbing, mengatur, dan mengarahkan pola perilaku siswa. Di lain sisi, dalam teori humanistik, peran guru lebih berfungsi sebagai fasilitator atau pendamping dalam proses belajar di kelas. Guru mendorong siswa untuk meningkatkan kemandirian dan kreativitasnya. Guru berperan memberikan dukungan emosional dan membangun lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Dalam teori behavioristik, motivasi belajar siswa bersifat eksternal. Siswa didorong untuk belajar karena adanya reward dan punishment. Dengan kata lain, motivasi belajar muncul dari adanya harapan untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari hukuman. Sebaliknya, teori humanistik berfokus pada motivasi belajar siswa secara intrinsik. Dalam hal ini, siswa memiliki motivasi untuk belajar karena termotivasi dari dalam dirinya sendiri. Siswa tertarik untuk belajar karena menganggap bahwa materi yang dipelajari dapat bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari, serta didukung pula dengan lingkungan belajar yang menyenangkan. Teori humanistik berupaya merealisasikan rasa tanggung jawab dan keinginan belajar tumbuh dari kebutuhan dan minat pribadi siswa.
ADVERTISEMENT