Konten dari Pengguna

Mengungkap Faktor Perkembangan Manusia

Zahra Salbiyah Aniqah Syach
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27 September 2024 15:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Salbiyah Aniqah Syach tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang anak laki-laki sedang bermain dan tersenyum. (Sumber: https://www.istockphoto.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang anak laki-laki sedang bermain dan tersenyum. (Sumber: https://www.istockphoto.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan manusia adalah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, terdapat dua faktor utama yang sering kali dibicarakan dalam ranah psikologi pendidikan, yaitu hereditas dan lingkungan. Kedua faktor ini tidak hanya berperan dalam membentuk fisik seseorang, tetapi berpengaruh pula pada perkembangan mental, emosional, dan sosial. Terdapat tiga teori yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi. Selain itu, terdapat pula aspek spiritualitas yang dapat mempengaruhi perkembangan individu.
ADVERTISEMENT
Teori nativisme menegaskan bahwa kualitas seseorang dipengaruhi oleh gen yang diwariskan orang tua. Sebelum adanya proses pembuahan, kualitas sel telur dan sel sperma telah memainkan peran yang signifikan. Gen yang unggul berpotensi untuk menghasilkan individu dengan potensi pertumbuhan yang baik. Melalui teori ini, bibit yang unggul menjadi aspek utama dalam pertumbuhan individu. Dapat dikatakan bahwa apabila bibitnya memiliki kualitas yang baik, maka hasilnya pun akan memiliki kualitas yang baik pula. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa seseorang yang terlahir dari gen berkualitas akan memiliki peluang untuk tumbuh secara optimal.
Nativisme ini mengandung kelemahan saat dihadapkan pada individu yang memiliki gen kurang baik. Teori ini seolah menyiratkan bahwa kualitas gen dapat menentukan nasib perkembangan seseorang, sehingga mengurangi kesempatan bagi faktor lainnya, seperti pendidikan dan pola asuh. Selain itu, teori nativisme ini kurang memperhatikan perubahan lingkungan yang terjadi selama masa perkembangan seseorang. Pandangan dari teori nativisme cenderung statis karena menitikberatkan pada faktor genetiknya saja, sehingga mengabaikan kemampuan individu untuk beradaptasi dan belajar dari lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Teori empirisme menegaskan bahwa individu sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut teori ini, seorang individu dapat tumbuh menjadi pribadi berkualitas karena adanya faktor lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang baik dapat membentuk karakter dan potensi seseorang. Empirisme memberi pandangan bahwa setiap individu dapat tumbuh, dengan tidak mengandalkan genetiknya. Setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dengan didukung oleh faktor lingkungan. Seorang anak yang mendapatkan nutrisi yang baik, seperti ASI, perhatian dari orang tua, pola asuh yang baik, serta penghargaan dan dukungan dari lingkungannya, dapat tumbuh menjadi individu yang berkualitas, walaupun dari genetiknya tidak memiliki keunggulan tertentu.
Teori empirisme juga menekankan pentingnya pengalaman belajar yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam hal ini, pendidikan, hubungan sosial, dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungan sekitar menjadi elemen utama dalam membentuk potensi seseorang. Individu yang berada pada lingkungan yang mendukung dalam segi intelektual, emosional, dan sosial yang baik akan memiliki peluang dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuannya. Teori empirisme ini memberikan keyakinan bahwa perubahan positif dapat terus berlangsung selama individu tersebut mendapatkan lingkungan yang mendukung, tanpa adanya pengaruh genetik secara signifikan. Dengan demikian, kesuksesan seseorang lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungannya daripada faktor bawaan dari lahir. Teori empirisme membuka peluang bagi individu untuk mampu mencapai keberhasilan melalui pembelajaran dan adaptasi yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Teori konvergensi merupakan teori yang menggabungkan antara faktor gen (hereditas) dan lingkungan. Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu faktor, baik genetik maupun lingkungannya, tetapi dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yang saling berkesinambungan. Nativisme dan empirisme memiliki peran penting, hanya saja persentase pengaruh keduanya dapat berbeda pada setiap individu, tergantung pada kondisi dan keadaan yang dialami oleh individu tersebut. Seorang individu mungkin memiliki gen yang biasa saja. Namun, dengan adanya faktor lingkungan yang mendukung, ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Begitu pula sebaliknya, jika dihadapkan pada individu dengan gen yang berkualitas, tetapi berada pada lingkungan yang kurang baik, maka hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan individu tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
Poin utama dari teori konvergensi ini adalah keseimbangan antara faktor bawaan dari lahir dan pengaruh lingkungan. Dengan memahami keduanya saling berkaitan, maka dapat dilihat bahwa perkembangan manusia merupakan hasil dari penggabungan antara kedua faktor tersebut. Oleh karena itu, strategi pengembangan individu perlu mempertimbangkan kedua aspek ini secara menyeluruh. Misalnya, dalam perihal pendidikan, bagi seorang pendidik penting untuk tidak hanya berfokus pada kemampuan akademis yang mungkin dipengaruhi oleh faktor genetiknya. Akan tetapi, penting pula untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, aman, dan stimulasi yang tepat. Dengan demikian, keseimbangan antara faktor genetik dan lingkungan dapat dioptimalkan secara menyeluruh, memungkinkan bagi individu untuk tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya.
ADVERTISEMENT
Aspek spiritualitas juga memiliki peran penting dalam perkembangan seseorang. Aspek spiritualitas berkaitan antara hubungan individu dengan tuhannya. Melalui aspek spiritualitas, seseorang dapat membangun kesadaran terhadap nilai-nilai moral dan etika, serta memahami makna dan tujuan hidupnya. Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan psikologis seseorang karena melalui spiritualitas dapat memberikan ketenangan batin, serta membantu individu dalam menghadapi tantangan hidup dengan cara yang lebih positif dan penuh harapan.
Melalui spiritualitas, seseorang juga dapat belajar untuk menyerahkan segala sesuatu kepada tuhannya, terutama ketika menghadapi berbagai situasi yang sulit atau tidak menentu. Dengan memiliki keyakinan pada tuhannya, individu akan merasa lebih tenang dan termotivasi. Penyerahan diri ini bukan berarti menyerah tanpa usaha, tetapi lebih kepada rasa ikhlas dan percaya bahwa setiap usaha yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang terbaik sesuai kehendak tuhan. Hal ini dapat memberikan rasa aman dan kedamaian batin yang pada akhirnya turut mendukung keseimbangan emosional dan mental seseorang dalam proses perkembangannya.
ADVERTISEMENT