Konten dari Pengguna

Menjelajahi Kompleksitas Karakter Tokoh dalam Drama Satu Babak: Awal dan Mira

Zahra Salbiyah Aniqah Syach
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8 Mei 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Salbiyah Aniqah Syach tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konsep bentuk hati dari halaman buku. (Sumber: https://www.istockphoto.com)
Drama “Awal dan Mira” merupakan karya Utuy Tatang Sontani yang terbit pertama kali pada tahun 1951. Drama ini membahas kisah percintaan Awal dan Mira yang penuh dengan lika-liku kehidupannya. Melalui tulisan ini akan dibahas mengenai analisis karakter tokoh Awal dan Mira. Dapat kita ketahui bahwa karakter atau perwatakan merupakan unsur penting yang berfungsi untuk menjalankan alur (plot) dalam sebuah drama. Analisis karakter tokoh utama dalam drama Awal dan Mira dapat dilihat melalui dialog-dialog yang disampaikannya.
ADVERTISEMENT
Karakter Tokoh Awal
Awal adalah sosok laki-laki muda yang memiliki badan kurus dan rambut gondrong, serta digambarkan memiliki fisik yang lemah dan terlihat tidak bersemangat dalam hidupnya. Hal ini dapat ditemukan pada bagian isi cerpen, yakni: “Laki-laki yang bernama Awal itu berumur antara 27 dan 30 tahun. Badannya kurus, rambutnya gondrong tidak terpelihara. Tokoh itu datang ke depan dengan langkah lesu terhuyung-huyung”.
Dalam diri Awal banyak sekali rasa kekecewaan yang muncul akibat peperangan terjadi. Hal ini disebabkan dahulu sebelum peperangan, keluarga Awal adalah golongan atas yang sangat dihormati. Namun, setelah kemerdekaan ia hanya menjadi rakyat biasa. Saat peperangan, Awal juga telah kehilangan kedua orang tuanya. Dengan begitu, Awal menjadi pribadi yang selalu diselimuti dengan rasa kekecewaan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain. Awal telah mengalami banyak kehilangan, sejak itulah Awal tidak lagi memiliki semangat untuk menjalani hidupnya, kecuali untuk mencintai sosok Mira. Adanya rasa kekecewaan terhadap bangsanya sendiri, membuat Awal tidak lagi percaya terhadap orang lain yang mengutarakan perubahan-perubahan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Awal juga sering mencela dan mencaci orang lain. Maka, seringkali Awal mengatakan orang lain itu seperti badut.
ADVERTISEMENT
Awal adalah sosok yang memiliki emosional tinggi. Ia tidak dapat mengelola emosinya sendiri, sehingga terkadang tidak terkontrol ketika berbicara dengan orang lain. Awal sangat mudah sekali marah dan tersinggung pada ucapan orang lain. Awal juga digambarkan sebagai sosok yang sering melakukan kekerasan fisik ketika emosinya sudah meluap. Dalam cerita, dijelaskan bahwa Awal mengalami keributan dengan pengunjung di kedai kopi Mira hingga terjadi pukul-pukulan. Bahkan, Awal juga sempat mencekik leher Mira dan merusakkan kedai kopi milik Mira hingga hancur.
Awal memiliki sifat yang keras kepala. Sifat keras kepalanya ini menjadikan ia tidak mau mendengarkan dan menghargai perkataan orang lain. Awal selalu menganggap perkataan orang lain hanyalah omong kosong belaka. Ia juga sering menganggap orang lain sebagai pengganggu dalam hidupnya bersama Mira. Awal juga tidak peduli terhadap apa yang dikatakan oleh ibu Mira bahwa anaknya hanyalah penjual kopi dan bukan berasal dari golongan atas, sehingga Mira tidak pantas untuk bersanding dengan orang yang berasal dari golongan atas seperti Awal. Namun, hal itu membuat Awal kesal dan tetap teguh terhadap keinginannya untuk bisa hidup bersama Mira.
ADVERTISEMENT
Awal memang sosok yang memiliki sifat negatif, tetapi dibalik itu semua ada hal positif yang terlihat dalam diri Awal, yakni sosoknya yang memiliki keteguhan hati dan kegigihan dalam memperjuangkan perasaannya kepada Mira. Awal adalah sosok yang tidak mudah menyerah dalam meraih apa yang ia inginkan. Segala cara akan ia lakukan untuk mendapatkan hati Mira.
Karakter Tokoh Mira
Mira adalah sosok wanita penjual kopi yang berasal dari rakyat biasa. Mira digambarkan sebagai seorang yang pekerja keras. Ia berjualan kopi di kedai miliknya untuk mendapatkan penghasilan. Hasil penjualan dari kedai kopi miliknya memang tidak begitu besar, namun Mira tidak berputus asa. Ia tetap terus bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak pasrah terhadap keadaan yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Mira digambarkan sebagai wanita yang cantik. Hal ini dapat ditemukan pada saat Mira mengobrol bersama juru potret, yakni: “Belum kau sadar, Mira, bahwa kau cantik?”. Melalui dialog yang disampaikan dalam cerita, memperkuat pandangan pembaca mengenai sosok Mira yang sangat cantik. Siapapun yang melihat Mira akan terpesona akan kecantikan Mira.
Dibalik kecantikan wajah Mira, ia memiliki kekurangan, yakni kakinya yang mengalami kecacatan secara fisik. Kekurangan yang Mira miliki ini membuatnya sadar bahwa ia tidak pantas untuk Awal dan berusaha menjauhinya. Sikap Mira yang selalu menjauhi Awal, membuat Awal ingin mengetahui alasan dibalik Mira yang menjauhi dirinya. Dalam bagian dialog ini, Mira terlihat sangat keras kepala. Ia enggan untuk menjelaskan alasan mengenai dirinya yang menjauhi Awal. Hal ini dapat ditemukan dalam dialog berikut:
ADVERTISEMENT
Dan lantaran Mira yang duduk di belakang dagangan tidak menjawab, berkata lagi ia dengan suara mengeras
“Mira! Kau senang melihat aku dipukuli orang? Melihat aku dihina sambil tetap duduk di tempatmu?”
Dan lantaran Mira yang duduk di belakang dagangan tetap tidak menjawab, Awal kian dekat menghampiri
“Mira! Untuk itukah kau menyuruh aku datang di sini? Untuk merusakkan kepercayaanku?” Tetapi Mira tidak pula bersuara. “Mira!” teriak Awal lagi.
Melalui hal ini dapat terlihat bahwa Mira sangat keras kepala dan mengabaikan apa yang dikatakan oleh Awal. Mira tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Mira sangat mencintai Awal. Namun, terhalang oleh fisiknya yang cacat membuat ia menjadi pribadi yang tertutup dan enggan untuk menyampaikan perasaannya. Selain status sosial yang berbeda, Mira juga takut ketika Awal melihat dirinya yang sesungguhnya membuat Awal tidak dapat menerima kekurangan Mira apa adanya, sehingga membuat Mira sadar dan berusaha menjauhi Awal.
ADVERTISEMENT
Mira digambarkan pula sebagai sosok yang pintar. Hal ini dapat dilihat dari dialog Mira bersama juru potret dan wartawan. Dalam hal ini Mira tidak mudah untuk dibohongi oleh kedua orang tersebut. Mira meminta upah yang tinggi untuk potret dirinya yang akan diterbitkan di majalah. Mira melakukan seperti itu sebagai bentuk penolakan secara halus yang dilakukannya.
“Apa Tuan sanggup membayar seribu rupiah?”
Si Kacamata tertawa. “Nona,” katanya, “dimana dunia ini ada majalah yang pernah membayar seribu rupiah untuk pemasangan sebuah potret? Bahkan bintang-bintang film yang sudah masyhur, banyak yang menyerahkan potretnya kepada majalah begitu saja.”
“Tetapi saya bukan bintang film. Dan tidak sudi disamakan dengan bintang film.”
DAFTAR PUSTAKA
Hudhana, Windah Dwi dan Mulasih. (2019). Metode Penelitian Sastra: Teori dan Aplikasi. Temanggung: Desa Pustaka Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sari, Raras Hafiidha. (2022). Apresiasi Sastra Indonesia: Puisi, Prosa, dan Drama. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Sontani, Utuy Tatang. (2011). Awal dan Mira. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumaryanto. (2019). Karya Sastra Bentuk Drama. Semarang: Mutiara Aksara.