Konten dari Pengguna

Perkembangan Psikomotorik Anak pada Tahap Sensorik-Motorik dan Praoperasional

Zahra Salbiyah Aniqah Syach
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 September 2024 10:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Salbiyah Aniqah Syach tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak sedang menyusun balok. (Sumber: https://www.istockphoto.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sedang menyusun balok. (Sumber: https://www.istockphoto.com).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan psikomotorik pada anak meliputi kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh yang diikuti dengan keselarasan saraf dan otot. Perkembangan psikomotorik anak dibagi menjadi dua jenis, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar biasanya mencakup penggunaan otot-otot besar, seperti tangan dan kaki yang umumnya membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk menggerakkannya. Contohnya, melempar dan menangkap bola, melompat, naik turun tangga, dan mengendarai sepeda. Selain itu, terdapat motorik halus yang umumnya meliputi otot-otot kecil. Kemampuan motorik halus, seperti menulis, menggambar, mewarnai, mengarsir, menggunting, menempel kertas, dan menghapus tulisan.
ADVERTISEMENT
Orang tua umumnya kurang memperhatikan perkembangan psikomotorik anaknya. Padahal, perkembangan ini sangatlah penting untuk pertumbuhan anak yang nantinya akan berpengaruh pada kehidupannya di masa depan. Perkembangan psikomotorik ini tidak hanya mempengaruhi kemampuan fisik seorang anak, melainkan berperan penting dalam perkembangan aspek kognitif, sosial, dan emosional anak. Seorang anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi secara efektif dan meningkatkan kemampuan berpikirnya. Adanya dukungan dan stimulasi yang tepat dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya dapat membantu perkembangan psikomotorik anak secara signifikan.
Tahap Sensorik-Motorik (0-2 Tahun)
Pada anak usia 0-2 tahun perkembangan psikomotorik sangat berkaitan erat dengan sensor motoriknya. Pada tahap ini, seorang anak akan memahami melalui indera dan gerakan-gerakan fisik. Ia akan mulai mengenali lingkungan sekitarnya dengan cara memegang, meraba, menggenggam, ataupun melempar benda. Kegiatan yang dilakukan anak semacam ini merupakan bagian proses seorang anak untuk memahami lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara penting untuk menstimulasi perkembangan psikomotorik anak dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan sehari-hari secara aktif, seperti halnya saat makan. Dalam kehidupan sehari-hari ini banyak sekali orang tua yang terbiasa menyuapi anak sambil memberikan tontonan di handphone maupun televisi agar menjaga anaknya untuk tetap tenang dan tidak berantakan saat waktu makan. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang nantinya akan menghambat seorang anak dalam mengembangkan kemampuan psikomotoriknya.
Saat seorang anak disuapi ketika waktu makan, tanpa memberi kesempatan pada mereka untuk memegang sendoknya sendiri, hal itu membuat mereka telah kehilangan kesempatan untuk melatih keseimbangan dan konsentrasi antara mata dan tangan, serta kemampuan motorik halusnya. Seorang anak perlu belajar makan dan memegang sendoknya sendiri, meskipun pada akhirnya berantakan. Hal ini sangat penting bagi seorang anak dalam melatih kemandirian, serta perkembangan sensor motorik anak tersebut. Sebagai orang tua, cukup mendampingi dan memberi arahan yang baik agar anak tersebut merasa percaya diri dalam proses yang ia lakukan untuk meningkatkan kemampuan psikomotoriknya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada usia 0-2 tahun, anak sering kali memasukkan benda apa saja yang ia pegang ke dalam mulutnya. Hal ini adalah proses yang wajar bagi perkembangan anak. Tahap ini merupakan perkembangan sensor motorik seorang anak. Dalam hal ini anak berusaha mengenal benda-benda yang ada di sekitarnya melalui sentuhan maupun rasa. Sebagai orang tua, tidak perlu melarang mereka dengan keras ataupun marah-marah apabila hal tersebut terjadi. Akan tetapi, cukup mengarahkannya dengan baik dan jelaskan pada anak tersebut secara perlahan bahwa tidak semua benda itu aman apabila dimasukkan ke dalam mulut.
Pada fase ini juga anak seringkali melempar benda yang digenggamnya. Misalnya, ketika seorang anak memegang mangkuk lalu melemparkannya. Hal tersebut bukanlah tanda kenakalan anak, justru ini merupakan cara yang dilakukan oleh anak tersebut untuk belajar dan melatih motorik kasarnya. Pada tahap ini, penting pula bagi orang tua untuk tidak memarahi atau memberikan label negatif pada anak tersebut, seperti “Dasar anak nakal”.
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang dilakukan anak tersebut adalah bagian dari proses belajar mereka. Anak belajar mengenai berat, tekstur benda, dan gerakan-gerakan benda yang ada di sekitarnya. Sebagai orang tua, perlu mengarahkan perkembangan sensor motorik ini dengan memberikan stimulasi pada anak. Stimulasi yang tepat dapat membantu anak untuk memahami keselarasan antara mata dan tangan, serta kemampuan motorik halusnya.
Tahap Berpikir Praoperasional (2-7 Tahun)
Pada tahap ini, seorang anak mulai mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol, seperti kata-kata atau gambar. Di usia ini, anak-anak mengalami peningkatan dalam keterampilan motorik kasar dan motorik halusnya. Mereka mulai mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih kompleks, seperti berlari, melompat, melempar, memanjat, dan yang lainnya. Namun, pada tahap ini anak belum memahami bahwa jumlah benda tetap sama, meskipun bentuk atau ukurannya berubah. Contohnya, jika air dipindahkan dari gelas lebar ke gelas yang sempit, anak-anak mungkin berpikir bahwa jumlah airnya akan berubah karena terlihat berbeda.
ADVERTISEMENT
Motorik kasar meliputi otot-otot besar yang digunakan dalam kegiatannya, seperti berlari, melempar bola, dan yang lainnya. Pada usia 2-7 tahun anak-anak umumnya lebih aktif untuk bergerak, sehingga penting memberikan stimulasi untuk mendukung perkembangan motorik kasarnya. Di sisi lain, perkembangan motorik halus seorang anak pada fase ini juga sangatlah penting. Motorik halus meliputi otot-otot kecil, seperti menggambar, menulis, menyusun balok, dan sebagainya. Pada tahap praoperasional ini, anak mulai mampu memegang pensil dengan lebih baik, menggunting kertas ataupun menyusun puzzle. Melalui hal ini, dapat meningkatkan keterampilan motorik halus seorang anak dengan baik.
Untuk mendukung perkembangan anak pada tahap ini, penting bagi orang tua untuk memberikan stimulasi yang tepat. Stimulasi dapat dilakukan melalui kegiatan bermain yang beragam untuk merangsang motorik kasar dan motorik halusnya. Penting juga bagi orang tua untuk memberikan apresiasi dan dorongan agar anak merasa senang dan termotivasi. Stimulasi tepat dan lingkungan yang mendukung akan membantu seorang anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
ADVERTISEMENT