Konten dari Pengguna

Jurnalis Perempuan : Menghadapi Perspektif Gender

zahra shakila
Mahasiswi semester 5 Universitas Paramadina
11 Desember 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zahra shakila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Mengupas perjuangan dan kontribusi jurnalis perempuan dengan melawan stereotip untuk membangun kesetaraan di Era Modern.

ADVERTISEMENT
https://www.freepik.com/free-ai-image/halftone-monochrome-collage_94954814.htm#fromView=search&page=1&position=26&uuid=0217ba81-607a-4548-9d5d-692c2e84a9fa
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-ai-image/halftone-monochrome-collage_94954814.htm#fromView=search&page=1&position=26&uuid=0217ba81-607a-4548-9d5d-692c2e84a9fa
Dalam dunia jurnalistik, perempuan semakin menunjukkan eksistensi mereka sebagai agen perubahan yang tangguh. Namun, di balik prestasi dan kontribusi mereka, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Perjuangan jurnalis perempuan untuk diakui bukan hanya soal profesionalisme, tetapi juga bagaimana mereka menghadapi bias gender yang masih kerap mewarnai industri media.
ADVERTISEMENT
Realitas Bias Gender dalam Dunia Jurnalistik
Meskipun telah banyak kemajuan dalam hal representasi gender di media, bias gender masih menjadi masalah signifikan. Studi menunjukkan bahwa posisi strategis seperti pemimpin redaksi atau editor senior masih didominasi oleh laki-laki. Di banyak negara, jurnalis perempuan sering kali ditugaskan pada liputan "ringan" seperti gaya hidup atau hiburan, sementara liputan politik, ekonomi, atau investigasi yang lebih berat masih dianggap "teritori laki-laki".
Selain itu, perempuan jurnalis sering kali menghadapi stereotip yang merugikan. Mereka mungkin dianggap kurang kompeten atau emosional untuk menangani situasi sulit, seperti konflik atau bencana. Dalam beberapa kasus, keberadaan mereka di lapangan justru dipertanyakan, bukan karena kemampuan mereka, tetapi karena persepsi gender yang tidak adil.
ADVERTISEMENT
Tantangan di Lapangan: Keselamatan dan Diskriminasi
Keselamatan menjadi isu utama bagi jurnalis perempuan, terutama saat meliput di wilayah konflik atau daerah dengan budaya patriarkal yang kuat. Mereka tidak hanya menghadapi risiko fisik yang sama seperti jurnalis laki-laki, tetapi juga ancaman spesifik berbasis gender, seperti pelecehan seksual atau serangan verbal.
Dalam survei yang dilakukan oleh International Women’s Media Foundation (IWMF), banyak jurnalis perempuan melaporkan bahwa mereka mengalami intimidasi, pelecehan, atau ancaman, baik di lapangan maupun di ruang redaksi. Media sosial juga menjadi platform yang sering digunakan untuk menyerang jurnalis perempuan, dengan komentar bernada misoginis atau ancaman kekerasan yang mengarah pada gender mereka.
Di ruang redaksi, diskriminasi sering kali muncul dalam bentuk yang lebih halus, seperti kurangnya pengakuan terhadap ide-ide mereka, penundaan promosi, atau perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan dengan posisi yang sama. Dalam situasi ini, perempuan harus berjuang dua kali lebih keras untuk membuktikan kompetensi mereka.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Perspektif Gender dalam Liputan Media
Keberadaan jurnalis perempuan bukan hanya soal representasi, tetapi juga bagaimana perspektif mereka memperkaya konten media. Perempuan sering kali membawa sudut pandang berbeda yang lebih inklusif, terutama dalam liputan isu-isu sosial seperti kekerasan berbasis gender, hak asasi manusia, atau kesehatan reproduksi.
Namun, kurangnya jurnalis perempuan dalam posisi strategis membuat banyak isu penting ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Penelitian menunjukkan bahwa media yang dipimpin oleh perempuan cenderung lebih sensitif terhadap isu gender, memberikan ruang lebih besar untuk narasi yang beragam dan representasi yang adil.
Langkah Menuju Kesetaraan
Perubahan menuju kesetaraan gender dalam dunia jurnalistik membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk organisasi media, pemerintah, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendukung perjuangan jurnalis perempuan:
ADVERTISEMENT
1. Meningkatkan Kesadaran tentang Bias Gender
Organisasi media perlu menyadari adanya bias gender dalam proses rekrutmen, penugasan, hingga promosi. Pelatihan tentang kesetaraan gender dan inklusi dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil.
2. Menyediakan Kebijakan Perlindungan
Kebijakan yang jelas tentang pelecehan seksual, baik di lapangan maupun di ruang redaksi, harus ditegakkan. Media juga perlu menyediakan mekanisme pengaduan yang aman dan transparan bagi karyawan mereka.
3. Meningkatkan Representasi Perempuan dalam Kepemimpinan
Mendorong lebih banyak perempuan untuk menduduki posisi strategis akan membantu menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif dan sensitif terhadap isu gender.
4. Mengembangkan Program Mentoring
Program mentoring yang mempertemukan jurnalis perempuan dengan pemimpin media dapat membantu mereka mengembangkan karier dan membangun jaringan yang kuat.
ADVERTISEMENT
5. Mengadopsi Perspektif Gender dalam Liputan
Media perlu lebih banyak melibatkan jurnalis perempuan dalam peliputan isu-isu strategis, sekaligus memastikan bahwa narasi yang diangkat tidak bias terhadap gender tertentu.
Inspirasi dari Jurnalis Perempuan yang Sukses
Meskipun tantangan yang dihadapi jurnalis perempuan tidak ringan, banyak dari mereka yang telah membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi hambatan tersebut. Sosok seperti Christiane Amanpour, Malala Maiwand, dan Najwa Shihab adalah contoh bagaimana perempuan dapat membawa perubahan besar dalam dunia jurnalistik.
Christianne Amanpour, misalnya, dikenal sebagai reporter perang yang telah meliput konflik di berbagai belahan dunia. Keberaniannya di medan perang membuktikan bahwa perempuan mampu mengatasi stigma dan membuktikan profesionalisme mereka.
Perjuangan jurnalis perempuan untuk diakui adalah perjalanan panjang yang masih terus berlangsung. Dunia media harus bergerak ke arah yang lebih inklusif, di mana kompetensi menjadi ukuran utama, bukan gender. Dengan menghapus bias dan diskriminasi, kita tidak hanya menciptakan industri media yang lebih adil, tetapi juga memastikan bahwa narasi yang disampaikan benar-benar mencerminkan keberagaman masyarakat.
ADVERTISEMENT
Perempuan di dunia jurnalistik bukan sekadar pelengkap. Mereka adalah pelopor perubahan yang, dengan dukungan yang tepat, dapat membawa dunia media menuju masa depan yang lebih baik.