Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Budaya untuk Meningkatkan Perekonomian Negara, Mampukah Indonesia?
26 Januari 2025 10:27 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Zahrah Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Westernisasi menjadi akibat bergeraknya pembudayaan di dunia, dan sering dianggap tidak baik oleh suatu negara. Poros dunia terhadap budaya barat maupun asia timur telah membentuk berbagai variasi masyarakat. Sebagai negara multikultural, Indonesia memiliki peluang untuk mendapatkan atensi dunia. Namun, bisakah Indonesia untuk memanfaatkan budayanya?
Masyarakat saat ini sedang mengalami globalisasi dimana setiap manusia dapat terhubung tanpa memperhitungkan waktu dan jarak, sehingga suatu budaya dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat secara digital. Penggunaan budaya-budaya artistik dalam masyarakat menjadi pendorong untuk meningkatkan ekonomi negara. Namun, hal ini menjadi pedang bermata dua bagi suatu negara. Pengelolaan dan dukungan untuk memanfaatkan peluang yang ada menjadi hal yang penting untuk membangun atensi dunia. Di satu sisi, masyarakat dalam negara dapat mudah terpengaruh oleh budaya negara lain yang mendominasi budaya dunia.
Saat ini Indonesia memiliki banyak sekali potensi yang dimiliki. Indonesia telah mengenalkan berbagai bentuk budaya lokalnya dalam event-event besar yang berlangsung di Indonesia, seperti G20 di Bali, KTT ASEAN, dan lain-lain. Namun, budaya yang ditampilkan tidak dapat menarik banyak masyarakat. Masyarakat lebih menerima budaya yang bersifat universal dibandingkan budaya lokal, seperti budaya yang dikemas dalam perfilman, musik, fashion, dan lain-lain, seperti halnya yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan drama korea yang dimilikinya dapat membuat negara Korea Selatan dikenal dunia, bahkan bahasa Korea dipelajari oleh banyak penonton.
Perfilman Indonesia menunjukan suatu branding yang baik di kalangan masyarakat, terutama genre horor dan action. Film-film Indonesia mulai dikenal oleh dunia seperti The Raid, Impetigore, Marlina the Murderer in Four Acts, dan lain-lain. Meskipun begitu, Indonesia belum menunjukan suatu ciri khas yang dapat diikuti masyarakat secara intens. Hal ini menunjukan bahwa perfilman Indonesia hanya mempengaruhi sebagian masyarakat saja. Hingga saat ini, Indonesia belum mampu memanfaatkan multikultural yang dimiliki, masyarakat masih cenderung untuk mengikuti budaya negara luar seperti Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.
Pada dasarnya, masyarakat Indonesia lebih cenderung menyukai budaya asing dibandingkan budaya dalam negeri. Partisipasi masyarakat Indonesia dalam mengenalkan budaya Indonesia sebagai ciri khas tertentu tentunya sangat penting di era digital sekarang ini. Masyarakat perlu lebih menghargai budaya yang ada di Indonesia sebagai awal mendukung budaya Indonesia agar lebih dikenal masyarakat dunia.
ADVERTISEMENT