Konten dari Pengguna

Kesulitan Air Bersih di Gunungkidul Hampir Setiap Tahunnya, Apa Penyebabnya?

Zahrah Aulia
Saya adalah pelajar SMA Citra Berkat
29 Januari 2025 14:56 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahrah Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Gambar Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Gambar Pribadi
ADVERTISEMENT
Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Air menjadi masalah krusial yang terjadi di daerah gunung kidul. Berdasarkan data BPBD Gunungkidul, sebanyak 55.437 jiwa terdampak bencana kekeringan. Potensi air yang dimiliki di daerah Gunungkidul cenderung besar. Namun, mengapa Gunungkidul mengalami kekeringan hampir setiap tahunnya? Daerah Gunungkidul adalah salah satu daerah karst di Indonesia. Bentang alam karst adalah yang terdiri dari larutan kapur dan dolomit. Kapur dan dolomit sendiri merupakan bentuk tanah yang memiliki kepadatan pori yang rendah. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air yang jatuh di atas permukaan tanah, sehingga daerah karst akan mudah untuk menyerap air, akibat pori-pori yang rendah. Pasalnya, daerah karst memiliki identik dengan gua bawah tanah yang di dalamnya terdapat sungai. Hal tersebut nyata adanya, gua bawah tanah disertai sungai bawah tanah dapat terbentuk. Stalaktit dan stalagmit juga dapat terbentuk di goa bawah tanah karst. Hal tersebut merupakan akibat dari pelarutan dari kapur dan air yang terjadi secara terus menerus. Air yang jatuh atau air hujan akan mudah terserap oleh karst ini dan air tersebut tersimpan di sungai bawah tanah. Nyatanya, di daerah Gunungkidul memiliki banyak air. Namun, sulitmya mendapatkan air karena kurangnya akses terhadap air sungai bawah tanah membuat masyarakat mengalami kekeringan setiap tahunnya. Saat ini, daerah Gunungkidul belum mampu untuk mengkoservasi air yang dimilikinya baik di penampungan air maupun di bawah tanah. Hal ini terjadi karena tingkat kesulitan pengambilannya dan biaya ekplosrasi air sungai bawah tanah yang mahal. Begitu juga dengan teknologi yang dimiliki untuk eksplorasi air tanah yang kurang. Teknologi seperti sumur bor tidak mampu untuk diterapkan di daerah karst, karena air yang berada di bawah permukaan batuan gamping, sehingga sulit untuk diterapkan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi-teknologi yang dilakukan untuk memanfaatkan air juga penting, seperti Pompa Air Tenaga Surya(PATS) agar dapat mendapatkan air dengan efisien. Hal ini menjadi pendorong inovasi dan masyarakat untuk mendapatkan air dengan bantuan sinar matahari. Terlebih lagi, penyinaran matahari di Gunungkidul mencapai 5,6 jam perhari setiap tahunnya, sehingga penggunaan pompa air ini dapat berjalan secara efektif dan efisien.