Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kpopfication Warnai Pilpres 2024, Benarkah Pengaruh Kpopers Sekuat Itu?
6 Februari 2024 10:53 WIB
Tulisan dari Zahrah Muthmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buat saya yang merupakan pencinta musik pop korea, kemunculan akun aniesbubble di platform x merupakan salah satu hal yang menyenangkan untuk dibahas di antara banyaknya fenomena yang bermunculan pada kontestasi pilpres kali ini.
Akun yang mengaku tidak terafiliasi dengan salah satu parpol atau tim resmi pemenangan paslon ini tiba-tiba hadir di tengah-tengah kita dan memberikan dukungan kepada salah satu calon presiden dengan mengadopsi prilaku fans kpop dalam mendukung karya serta idola mereka. Hal inilah yang kemudian saat ini kita sebut-sebut sebagai kpopfication alias fenomena melekatnya kultur kpop yang suka disangkutpautkan dalam berbagai aspek kehidupan, kali ini ranah politik.
ADVERTISEMENT
Fenomena Kpopfication pada pemilu 2024 ini secara langsung memberikan bantahan atas stereotype buruk yakni apatis terhadap permasalahan negeri sendiri yang kadangkala dilabeli kepada fans Kpop.
Awal Debut Kpopfication di Pilpres 2024
Akun aniesbuble ‘debut’ dengan postingan perdananya berupa cuplikan video live tiktok Anies Baswedan ketika tengah melakukan perjalanan. Beberapa orang melihat momen Anies ‘nge-live’ ini serupa dengan kebiasaan idol mereka yang suka melakukan live Instagram ketika sedang dalam perjalanan disela-sela aktivitas promosi, konser, atau kegiatan reguler mereka.
Berawal dari momen inilah kemudian gelombang dukungan dengan cara serupa mulai dilakukan. Muncul akun @olpproject yang mengepalai fan project (proyek dari fans kepada idolnya) untuk paslon nomor urut 1 tersebut. Diantaranya adalah mereka melakukan ‘urunan’ untuk melakukan penayangan videotron dukungan kepada Anies Baswedan di beberapa titik. Project videotron biasanya lumrah dilakukan para fans untuk idol mereka yang berulang tahun atau tengah melakukan comaback.
ADVERTISEMENT
Fenomena Kpopfication ini juga meliputi pembuatan photocard, banner, lightstick, event cupsleeve, pengiriman foodtruck, serta munculnya emoji burung hantu sebagai representasi dari sosok Anies.
Barisan pendukung ini kemudian menamakan diri mereka sebagai Humanies untuk membedakan dan memperjelas posisi mereka yang tidak terafiliasi dengan Kpop fandom manapun.
Bukan Movement Pertama Kalinya
Sebelumnya seorang peneliti di Pusat Studi Korea Chile tepatnya di University of Santiago, Constanza Jorquera, merasa resah akan masa depan dirinya dan negaranya. Jorquera yang juga merupakan seorang Kpopers merasa perlu melakukan sesuatu saat melihat Jose Antonio, seorang mantan anggota kongres yang terkenal dengan gagasan-gagasan yang dinilai konservatif berhasil memenangkan pemilihan putaran pertama pada pilpres Chile 2021 (dari pemilihan 2 putaran).
ADVERTISEMENT
Berawal dari hal ini, Jorquera mengumpulkan teman-teman kpopersnya untuk mendukung kandidat pemilihan lainnya, Gabriel Boric, dikarenakan gagasan kesetaraan serta kesejahteraan sosial yang diusung Boric dirasa sejalan dengan nilai yang mereka pegang.
Untuk membantu Boric meraih lebih banyak suara, mereka melaksanakan campaign digital sebagaimana pengalaman mereka mengelola campaign untuk idol mereka.
Dalam budaya kpop, karya-karya yang dinikmati oleh fans biasanya kemudian dilombakan di berbagai saluran televisi. Masing-masing fandom berusaha memberikan jumlah streams music video, spotify, atau memenangkan vote supaya karya idol mereka menduduki posisi pertama tangga musik dan memenangkan penghargaan. Sebagai dukungan, fans kemudian akan menjalankan campaign digital untuk memenangkan idol mereka
ADVERTISEMENT
Di Amerika serikat kita tahu bahwa fans Kpop pernah mengganggu jalannya kampanye Donald Trump di tahun 2020 lalu. Mereka memborong tiket kampanye Trump yang bisa di-book via tiktok namun memilih untuk tidak menghadiri kampanye tersebut. Meninggalkan Donald Trump berkampanye di sebuah auditorium yang lengang.
Kpopers Indonesia Rajin Lakukan Aksi Kolektif Positif
Tidak bisa disangkal, Indonesia merupakan salah satu pasar Kpop yang cukup besar saat ini. Negara kita bahkan pernah menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah Kpopers terbanyak pada tahun 2021 . Dengan jumlah sebanyak ini, bukan hal mustahil jika komunitas ini memiliki kekuatan dan mampu dengan mudah mendorong suatu isu untuk muncul ke permukaan.
ADVERTISEMENT
Stereotype buruk Kpopers sebagai personal yang apatis dengan urusan negara, lebih mencintai produk Korea dibanding produk lokal, serta suka menghabiskan uang untuk seseorang yang tidak dikenal sepertinya sudah sangat tidak relevan.
Di Indonesia, movement Kpopers merespon isu sosial juga bukan yang pertama kalinya dilakukan. Mereka bukan hanya satu dua kali melakukan aksi koletif entah berupa petisi, donasi, atau projek sosial sebagai respon dari berbagai isu yang tengah terjadi di masyarakat.
Yang baru-baru ini terjadi, salah satu fandom dari boy group BTS, yaitu ARMY, berhasil mengumpulkan dana donasi untuk palestina sebesar Rp1 miliar hanya dalam kurun waktu 4 hari saja.
Sebelumnya juga, kpopers ikut ambil peran dalam menyuarakan isu-isu politik diantaranya adalah mengkritisi UU Omnimbus Law. Mereka ngetweet soal penolakan mereka terhadap undang-undang tersebut dan memutuskan untuk menaikkan tagar terkait pembahasan Omnimbus Law. Beberapa akun bahkan melakukan translate tweet ke bahasa asing dengan harapan fans luar negeri juga mengetahui apa yang tengah terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lewat berbagai fenomena yang terjadi, kita bisa saksikan bahwa Kpopers bukan hanya jadi wadah untuk sharing terkait minat musik atau tokoh idola, lebih dari itu, fans Kpop kini bisa dilihat sebagai salah satu komunitas yang paham bagaimana mereka harus menggunakan massa, suara, serta keterampilan mereka untuk bergerak dan merespon isu sosial atau mencapai tujuan tertentu.