Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tebing Ciampea, Ajang Penaklukan Diri
11 Juli 2021 11:43 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:00 WIB
Tulisan dari Zahrah Muthmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemandangan dari dinding vertikal setinggi 11 meter itu sungguh menyeramkan dilihat. Hamparan hijau pepohonan, monyet-monyet yang asyik berlompatan dan kemah kecil di kaki Tebing Ciampea seharusnya jadi pemandangan yang indah jika situasi nya tidak menegangkan seperti ini. Orang-orang di bawah terlihat mendongak memantau pergerakan ku. Mereka memberi semangat, arahan dan motivasi agar aku tidak diam saja.
ADVERTISEMENT
Keringat yang bercucuran, helaan napas yang ritme nya terdengar cepat, serta jari tangan yang bengkak karena terkena palu sudah tidak ada rasanya. Semua pikiran terfokus untuk menjawab pertanyaan.
“Bagaimana caranya Aku bisa melewati empat meter lagi dinding tebing hingga mencapai puncak”
Sebelum bercerita lebih jauh mengenai pemanjatan di Tebing Ciampea pada bulan Mei silam, ada baiknya kita mulai dari awal, kenapa Aku bisa sampai ada di posisi ini.
Sebagai anggota muda Korps Pencinta Alam Politeknik Negeri Jakarta divisi Rock Climbing, aku harus mengikuti serangkaian agenda pendidikan untuk memenuhi persyaratan sehingga bisa dilantik menjadi anggota penuh. Untuk menjadi anggota penuh divisi rock climbing, latihan medan menjadi salah satu persyaratan sebelum mengikuti ekspedisi untuk mendapat emblem divisi.
ADVERTISEMENT
Latihan medan pertama divisi rock climbing tahun ini dilaksanakan di Tebing Ciampea, salah satu tebing kapur yang terletak di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Tebing Ciampea memiliki ketinggian jalur mulai dari 15 hingga 50 meter dengan lima variasi jalur yang tersedia. Dengan tingkat kesulitan yang cukup mudah, kawasan ini cocok dijadikan sebagai tempat latihan bagi para pemula.
Untuk melakukan pemanjatan di tebing ini, kami tidak dikenai biaya administrasi. Cukup melakukan perizinan dengan Pak Isak penjaga tebing, Koramil Cibungbulang, Kapolsek Cibungbulang, Kopasus, serta Kepala Desa Ciaruten Ilir.
Untuk akses transportasi umum dari Depok menuju tebing, kalian bisa menumpang KRL sampai Stasiun Bogor, dilanjut menaiki angkot 02 lalu turun di Bubulak, menyambung naik angkot 05 turun di Ciampea, setelah itu dilanjut naik ojek motor sampai ke jalan lapangan tembak 300. Dari situ kalian harus berjalan kaki mengikuti jalan setapak sampai di dinding tebing.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan perjalanan, tim rock climbing yang terdiri dari dua orang, aku dan teman ku 'Kora' melakukan berbagai macam persiapan. Persiapan itu meliputi latihan fisik dengan porsi yang telah ditentukan pendamping, latihan panjat, serta pemantapan materi-materi pemanjatan. Persiapan dilakukan berkala selama dua minggu supaya otak, nyali dan otot kami nantinya mampu menghadapi berbagai kondisi dan rintangan yang muncul saat pemanjatan.
Selain persiapan diri, kami juga mempersiapkan perlengkapan berupa alat camp dan alat pemanjatan yang antara lain berisi tali statis, tali dinamis, perusik, carabiner, sling runner, phyton, pengaman sisip, dan alat pelindung diri berupa helm dan sepatu pemanjatan.
Perasaan antusias tapi takut terus membayangi pikiran ku selama mempersiapkan perjalanan, apalagi di Tebing Ciampea inilah aku pertama kali akan mencoba artificial climbing.
ADVERTISEMENT
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, setelah berangkat pada malam hari dan bermalam di bawah tebing, pagi ini kami siap melakukan pemanjatan. Beruntung hari cerah sehingga mendukung dilakukannya kegiatan.
Artificial climbing merupakan jenis pemanjatan yang menggunakan alat sebagai pengaman dan penambah ketinggian. Artificial climbing inilah yang materinya kami implementasikan di Tebing Ciampea. Kora dengan khidmat memimpin doa sebelum pemanjatan dimulai, semoga pemanjat beserta belayer sama-sama selamat sampai akhir pemanjatan.
Kora mulai melakukan pemanjatan dengan cekatan. Dia mahir mencari celah, menjaga keseimbangan, serta memasang pengaman pada permukaan tebing. Tidak butuh satu jam, lintasan setinggi kurang lebih 15 meter itu telah selesai dia rampungkan.
Sebagai belayer pada hari pertama, aku bertugas cleaning sambil mendokumentasikan pengaman yang leader pasang. Setelah turun dengan cara rappelling, pemanjatan hari itu tuntas dan sukses dilaksanakan.
Hari kedua, hari dimana aku bertugas sebagai leader terasa tiga kali jauh lebih menegangkan.
ADVERTISEMENT
Pagi itu setelah melakukan pemanasan dan berdoa, pemanjatan segera dimulai. Tidak seperti Kora yang mulus memanjat tanpa hambatan, pemanjatan hari itu dimulai dengan drama tangan ku yang terkena palu sendiri. Jari yang nyut-nyutan dan bengkak, serta darah yang mengalir sempat membuat tekad ciut. Mampukah puncak Ciampea aku taklukkan?. Tapi tidak ada pilihan lain selain terus memanjat.
Dengan hati-hati aku terus mencari pegangan, menjejakkan kaki di permukaan tebing sambil menjaga keseimbangan. Setelah sekitar enam meter memanjat, aku menemukan titik buntu. Energi yang mulai habis, serta tangan yang tidak menemukan pegangan membuat ku pesimis.
Pendamping, teman, beserta senior yang menyaksikan dari bawah memberi semangat beserta arahan untuk terus fokus dan jangan menyerah. Setiap menengok ke belakang hamparan pohon dan lapangan dari ketinggian membuat mental ciut. Indah, tapi sungguh menakutkan.
Berdiam diri di satu titik semakin lama akan memakan energi semakin banyak. Aku harus terus bergerak daripada buang-buang energi di satu tempat. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya pukul 13.32 puncak Ciampea berhasil aku taklukkan.
ADVERTISEMENT
Sungguh sebenarnya bukan puncak yang berhasil aku taklukkan, melainkan diri sendiri beserta segala emosi dan ego yang aku bawa selama pemanjatan. Melainkan rasa sakit, khawatir, dan takut yang menahan langkah kaki menanjak ke jenjang selanjutnya. Melainkan perasaan ragu bahwa aku bisa berdiri sampai di titik itu.