Tidak Ada Keadilan dalam Sejarah?

Zahra Mutiara Muhammad
Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
11 Maret 2024 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Mutiara Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Keadilan. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keadilan. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Sejak zaman dulu hingga era modern, hierarki sosial telah menjadi sejarah manusia. Meskipun dalam tingkatan biologis tidak ada alasan pasti untuk membenarkan pembentukan struktur sosial semacam itu, namun manusia, dengan pikirannya, telah menciptakan dan memperkuat tatanan sosial yang membenarkannya.
ADVERTISEMENT
Namun, sejalan dengan perkembangannya, hierarki ini sering kali menjadi sumber utama ketidakadilan dan diskriminasi. Di Amerika Serikat, contohnya, hierarki rasial yang menyatakan superioritas orang kulit putih atas orang kulit hitam. Hal ini telah menciptakan ketidaksetaraan dalam hak dan kesempatan, menghasilkan sebuah realitas di mana orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.
Ilustrasi Kesetaraan. Foto: iStock
Meskipun mungkin ada anggapan bahwa perbedaan ini adalah sesuatu yang alami, sebenarnya hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan keberuntungan. Di India, kita menyaksikan sistem kasta yang mengatur dan membentuk struktur sosial masyarakatnya. Sistem ini membagi masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang berbeda, menempatkan sebagian di atas dan sebagian di bawah, tanpa mempedulikan potensi atau bakat individu.
Pada dasarnya, kasta ini menjadi dasar bagi hukum, agama, dan praktik sosial di sana. Namun, hierarki sosial ini tidak hanya menjadi alat kontrol sosial, namun juga menjadi pembatas bagi kesempatan individu. Meskipun kemampuan seseorang mungkin sama, namun kesempatannya untuk meraih kesuksesan dapat sangat berbeda karena hambatan sosial yang ada.
ADVERTISEMENT
Seorang petani dan seorang pedagang di Tiongkok mungkin memiliki keahlian yang sama, tetapi perbedaan sosial mereka akan mempengaruhi peluang mereka untuk sukses. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa hierarki semacam ini tidak tumbuh begitu saja.
Mereka muncul dari peristiwa sejarah yang mungkin tidak disengaja, seperti invasi atau penjajahan, dan kemudian dipertahankan oleh penguasa atau kelompok dominan dalam masyarakat. Sebagai contoh, sistem kasta di India berawal dari masa penaklukan bangsa Indo-Arya ribuan tahun yang lalu. Mereka mengatur masyarakat mereka dalam struktur kasta, dengan klaim atas keistimewaan tertentu yang tidak dapat dipertanyakan.
Walaupun telah ada usaha untuk memperbaiki ketidakadilan ini, namun praktik diskriminatif masih bertahan di berbagai belahan dunia, termasuk India modern. Hal ini menegaskan bahwa hierarki sosial tidak hanya diakui sebagai bagian dari agama atau keyakinan kultural, namun juga dipertahankan oleh kepentingan kelompok dominan dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, menjadi tugas kita untuk tidak hanya mengidentifikasi, tetapi juga mengkritisi hierarki sosial yang ada, dan berusaha menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu. Karena sistem hierarki sosial ini didasarkan pada hal-hal yang tidak realistis, seperti fiksi dan ideologi, bukan pada kemampuan atau usaha individu.
Walaupun membuat struktur dalam masyarakat, tetapi juga sering membuat ketidaksetaraan dan diskriminasi yang tidak adil. Hanya dengan tindakan nyata kita dapat membawa perubahan positif yang sesungguhnya, kita perlu terus menghargai dan mempertanyakan sistem yang ada, serta berusaha untuk membuat masyarakat lebih adil, terbuka, dan setara bagi semua orang.
Ilustrasi Fikiran Menghargai. Foto: iStock
Referensi
Harari, Y. N. (2015). Sapiens: A Brief History of Humankind. New York, NY: HarperCollins.
ADVERTISEMENT