Konten dari Pengguna

Dilema TPS dan Toko Bunga: Antara Bau Tak Sedap Sampah dan Semerbak Bunga

Zahrani Febriana Putri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
24 Januari 2025 13:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahrani Febriana Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keadaan Sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Kotabaru Yogyakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Zahrani Febriana Putri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Keadaan Sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Kotabaru Yogyakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Zahrani Febriana Putri/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah kawasan di Kotabaru, Yogyakarta, terkenal dengan banyaknya toko bunga dan tumpukan sampah. Bau menyengat dari tempat tempat pembuangan akhir (TPS) sangat kontras dengan semerbak harum bunga mawar, sedap malam, krisan, dan bunga-bunga lainnya. Ironi yang yang besar menghantui setiap helaan napas.
ADVERTISEMENT
Lokasi tempat pembuangan sampah (TPS) Kotabaru terletak dua kilometer dari Tugu Yogyakarta, yang dapat dijangkau dalam waktu enam menit. Jangkauan aroma tidak sedap yang dihasilkan mencapai 1-2 kilometer. Jika dibandingkan dengan jarak Melati Florist, toko bunga tersebut berjarak kurang dari satu meter dan bahkan berbagi dinding dengan tempat pembuangan. Selain itu, pembatasan jumlah sampah yang dapat dibuang oleh masyarakat dan toko bunga menjadi sorotan. Hal ini menjadi pertimbangan bagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan pemerintah dalam mengatur serta membatasi pembuangan sampah, baik dari gerobak sampah maupun dari masyarakat luar yang kurang memiliki empati terhadap para pedagang dan warga yang beraktivitas di sekitar kawasan Kotabaru.
Jarak Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Melati Florist, Kotabaru Yogyakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Zahrani Febriana Putri/Kumparan
Dulu, tempat ini hanyalah sebuah bangunan kecil yang berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah masyarakat. Namun kini, tempat ini telah berkembang menjadi lokasi yang mampu menampung lebih dari 20 ton sampah. Ketidakpastian dalam kedatangan armada pengangkut sampah menjadi hambatan serius, ditambah dengan pengelolaan sampah yang minim, yang semakin memperburuk kondisi lingkungan sekitar. Tidak hanya kontaminasi udara, tetapi limbah cair yang dihasilkan juga sering dikeluhkan oleh masyarakat setempat dan pelaku usaha yang terdampak.
ADVERTISEMENT
Wahyu, pemilik Melati Florist merasakan banyak dampak akibat dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). “Pasti mengeluh kalau ada customer datang, terjadi penurunan jumlah pembeli waktu sampah sedang menumpuk,” kata Wahyu. Tentu berita ini telah dimuat di media dan berita manapun. Toko bunga yang indah ini berdampingan dengan tumpukan sampah yang menggunung. Tak banyak yang bisa dilakukan, karena TPS Kotabaru menjadi bagian dari mereka.
Keluhan lain datang dari penjual bunga yang jaraknya delapan kali lipat lebih jauh dari Melati Florist, Kios Bunga Pak Yadi yang sudah berdiri sejak 2006 lalu itu juga mengutarakan keresahannya akan tumpukan sampah. Mulai dari keluhan kebanyakan yaitu bau yang tidak sedap, lalat, dan genangan air limbah yang mengganggu aktivitasnya ketika berdagang. Roviatun, Istri dari Pak Yadi menuturkan bahwa toko bunganya tidak membuang limbah bunga di TPA, melainkan memanggil armada dengan tarif Rp. 300,000 untuk setiap truk dan seali angkutan guna menitipkan limbah bunga di tokonya. Armada yang datang, cukup untuk menampung sampah satu toko, Roviatun juga memberikan penjelasan jika tokonya cukup untuk mengisi penuh bak terbuka itu.
ADVERTISEMENT
Tantangan besar untuk pengelolaan sampah terutama yang ada di Kota Yogyakarta adalah buntut dari ditutupnya TPA Piyungan, selain itu kesadaran Masyarakat yang minim juga memperparah keadaan ini. Kasus penumpukan yang ada di TPA Kotabaru juga melebar karena faktanya banyak sekali masyarakat yang bukan bagian dari warga maupun penjual bunga yang turut membuang sampahnya disana. Wahyu menyaksikan, walaupun sudah ada larangan, masyarakat yang tidak bertanggung jawab itu membuang sampahnya pada jam tengah malam atau pagi-pagi buta.
Atas kejadian ini, Gun, seorang pengelola sampah aktif yang mengurus tempat pembuangan warga Kadipiro Selatan juga salah satu bagian dari masyarakat, berpendapat bahwasannya penanganan TPS dan sampah rumah tangga yang ada di setiap rumah, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan polusi. Berasal dari limbah organik hingga potensi ekonomi yang ikut hilang kesempatannya. Namun Gun juga menuturkan, “Kalau kita hanya mengeluhkan hal yang sudah terjadi di depan mata, tidak ada artinya. Lebih baik pikirkan apa yang bisa kita lakukan setelahnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Limbah organik dapat dijadikan sebagai pupuk kompos yang kaya akan nutrisi untuk tanah, sampah rumah tangga juga menjadi salah satu makanan yang lezat bagi para budidaya maggot. Pemanfaatan lainnya adalah limbah non organik yang dapat menjadi barang-barang siap pakai lagi. Tentunya potensi ekonomi yang akan terbentuk bagi masyarakat setempat atau pedagang bunga yang mengelola sampah dengan bijak.
Namun ada juga yang melihat pada sisi positifnya, Ufo adalah salah satu pedagang yang menyampaikan kebermanfaatan TPS Kotabaru, sekaligus penjaga Bunga Kita Florist berdiri sejak 2010 yang hanya berjarak dua kios dari Melati Florist. “Toko ini membuang semua limbahnya ke TPA, terbantu karena jarak tempuh yang dekat, ditambah setiap hari bunga harus diganti,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Banyak solusi yang dapat ditawarkan dalam fenomena permasalahan ini, diantaranya:
● Pengelolaan TPA yang baik dan efektif. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang terjun langsung di TPA, untuk meningkatkan sampah dengan teknologi yang lebih maju. Sehingga dapat mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dengan kualitas yang tinggi.
● Berkolaborasi dengan pedagang bunga. Terlibatnya pedagang bunga dalam program pengelolaan sampah, untuk meningkatkan ekosistem baik secara sosial maupun lingkungan dengan baik dan tentunya saling menguntungkan.
● Edukasi dengan warga setempat. Tak hanya pedagang, warga yang ada disekitar TPA perlu tahu dan paham tentang bagaimana cara pengelolaan maupun potensi-potensi yang muncul dari sampah. Mengubah mindset warga yang tadinya memandang sampah sebagai hama, dapat menjadi sesuatu yang berharga.
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk hidup yang menghasilkan sampah sekitar 0,7 kg, tentu perlu menimang lagi dalam menggunakan produk-produk yang kurang atau tidak ramah lingkungan. Harapan teruslah ada, pengelolaan TPS yang efektif dapat membantu bahkan bermanfaat bagi masyarakat dan pelaku usaha. Sampah bagaikan koin yang mempunyai sisi baik maupun sisi buruknya, hanya bagaimana cara untuk mengelola dan memberdayakannya menjadi barang yang siap guna dan kembali bermanfaat untuk alam dan bumi.