Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Hati-Hati dengan katanya: Menjaga Kebenaran di Era Informasi
7 Januari 2025 10:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari zahrotul kamilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hati-hati dalam menyebar informasi!
Di era digital saat ini, begitu mudah bagi informasi untuk tersebar luas ke telinga masyarakat, baik melalui media sosial maupun platform berita daring. Sayangnya, dengan semakin mudahnya berita tersebar, sangat memungkinkan bahwa tidak semua informasi yang kita terima adalah benar.
ADVERTISEMENT
Misalnya, beberapa waktu lalu, viral sebuah berita palsu tentang seorang tokoh masyarakat yang dituduh melakukan tindakan tercela. Berita tersebut ternyata tidak berdasar dan hanya merupakan hoax yang disebarkan oleh pihak tak bertanggung jawab. Kasus ini tidak hanya mencemarkan nama baik sang tokoh, tetapi juga memecah belah masyarakat. Inilah contoh nyata bahaya dari fenomena 'katanya' yang diingatkan dalam Al-Qur’an
Dalam kehidupan sehari-hari tentu sering kita temui orang-orang disekitar kita yang mudah mengatakan apa yang ia dengar. Kebanyakan mereka dengan mudahnya mengatakan dan menceritakan semua yang ia dengar tanpa memikirkan akibatnya. Bahkan seringkali hal tersebut mengakibatkan munculnya berita yang tidak benar, atau bahkan menimbulkan fitnah yang dapat merugikan orang lain.
Sebagai seorang muslim tentu sangat penting untuk bisa memahami fenomena yang terjadi, bukan malah ikut terhanyut ke dalam arus yang masih bersifat “Katanya”. Dalam Islam juga sudah dijelaskan tentang perilaku taklid yang dilarang oleh agama, yakni perbuatan yang dilakukan tanpa adanya dalil yang menguatkan.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah lingkup pertemanan, tak jarang juga kita temui beberapa teman yang dengan mudahnya berbicara tentang suatu hal yang masih belum diketahui pasti kebenarannya. Dan seringkali kita juga mengiyakan perkataannya. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka tentu akan memberikan dampak buruk dalam keberlangsungan hidup kita.
Beredarnya berita hoax, bertebarnya fitnah dan berseliweran omongan yang masih katanya dan katanya, merupakan akibat dari perbuatan seseorang yang tidak berpikir dengan matang serta merenungkan dengan baik apa yang ia dengar. Dimana seharusnya setiap orang perlu mencerna segala hal yang ia tangkap dari orang lain, dan mencari kebenaran atas apa yang telah ia ketahui.
Disebutkan dalam Q.S. Al-Isra Ayat 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
ADVERTISEMENT
Arab-Latin: Wa lā taqfu mā laisa laka bihī 'ilm, innas-sam'a wal-baṣara wal-fu`āda kullu ulā`ika kāna 'an-hu mas`ụlā
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, seorang pakar tafsir pada abad 14 H, pernah menjelaskan penafsiran dari ayat diatas dalam kitabnya yang berjudul Tafsir As-Sa’di, menurutnya, janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Namun, telitilah setiap apa yang hendak kamu katakan dan kerjakan. Janganlah pernah sekali-kali menyangka semua itu akan pergi tanpa memberi manfaat bagimu dan (bahkan) mencelakakanmu.
“Sesungguhnya pendengaran,penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” Sudah sepantasnya seorang hamba yang mengetahui bahwasanya dia akan diminta pertanggung jawaban tentang segala yang telah dia katakan dan perbuat serta (cara) pemanfaatan anggota badan yang telah Allah ciptakan untuk beribadah kepadaNya, untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (yang akan diajukan). Hal itu tidak bisa terlaksana kecuali dengan menggunakannya (hanya) dalam rangka pengabdian diri (beribadah) kepada Allah, mengikhlaskan agama ini (hanya) untukNya dan mengekangnya dari setiap yang dibenci Allah.
ADVERTISEMENT
Selain itu dijelaskan juga dalam tafsir Al-Muyassar yakni, “Dan janganlah engkau (wahai manusia), mengikuti apa yang tidak engkau ketahui. Akan tetapi pastikan dan verifikasi (akan kebenarannya) dahulu. Sesungguhnya manusia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai bagaimana ia menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hatinya. Apabila dia mempergunakannya dalam perkara-perkara baik, niscaya akan memperoleh pahala, dan jika ia mempergunakannya dalam hal-hal buruk, maka dia akan memperoleh hukuman”.
Dari berbagai uraian diatas, tentu dapat dijadikan sebagai dasar hukum betapa pentingnya berhati-hati dalam segala hal yang didengar, dilihat maupun yang dirasakan, karena setiap langkah yang kita lakukan pasti akan ada pertanggung jawabannya.
Pesan penting dari ayat diatas ialah, jangan mudah percaya pada apa yang dikatakan, didengar, dilihat, dan jangan pula serta merta membagikan apa yang kita dapat sebelum memastikan kebenarannya. Seperti yang dikatakan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib “Barangsiapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya.”
ADVERTISEMENT
Jika hal yang demikian menjadi sebuah kebiasaan, lalu bagaimana seorang generasi muslim penerus bangsa dapat mengatasi tantangan zaman. Bagaimana seorang muslim dapat menyikapi persoalan-persoalan umat kedepannya, jikalau dalam menyikapi beberapa hal, ia mudah mengikuti yang masih katanya, tanpa mencari tahu nyatanya.
Dalam hal ini, penting adanya kesadaran personal untuk terus menuntut ilmu dan memperluas pengetahuan, agar tidak mudah mengikuti arus dan dapat mengambil sebuah keputusan berdasarkan ilmu bukan sekedar ikut-ikutan. Oleh karenanya, penting untuk mendahulukan akal dan mengesampingkan sifat taklid dalam setiap keadaan, sehingga dapat menentukan pilihan yang benar dan sesuai dengan faktanya.
Wallahu a’lam.
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 18:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini