The Illusory Truth Effect: Ketika Kebohongan Berubah Menjadi Kebenaran

ZAHROTUL MUNA LINAILIL ASNA
Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
24 November 2021 20:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ZAHROTUL MUNA LINAILIL ASNA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suatu hari ketika siti dan tina saling bertemu dan saling berbincang bincang dengan keasikan mereka. "Tina kamu jangan main sama dinda" ucap si Siti. Lalu si tina menjawab "Kenapa sit emangnya si dinda". Siti menimpal balik "soalnya dinda suka tidur mulu, apalagi sering nggak masuk kelas, nanti kamu ketularan" ucap siti pada tina anak baru nan polos.
ADVERTISEMENT
Ketika kamu mendapatkan informasi tersebut apakah kamu langsung percaya? Mungkin tidak langsung percaya, akan tetapi jika kamu tanya ke orang lain dan kemudian orang-orang banyak yang mengiyakan, pasti lama-lama kamu akan percaya.
Sumber : Pixabay
Apa itu Illusory Truth Effect?
Illusory truth effect atau disebut dengan efek kebenaran ilusi ini merupakan sebuah fenomena seperti kebohongan yang diungkapkan terus menerus atau disebarluaskan kepada seseorang, sehingga seseorang tersebut yakin oleh kebenaran tersebut. Hal ini merupakan pernyataan untuk meyakinkan kita tentang suatu hal. Pada tahun 1977 yang diteliti di Temple University oleh Dr. Lynn Hasher dan koleganya. Menyimpulkan, ketika seseorang mendapatkan sebuah isu, seseorang tersebut akan mempercayai informasi tersebut dengan cara yang paling sering dia percaya untuk mendapatkan sebuah keputusan isu tersebut. Mekanisme ini berfungsi karena adanya implicit memory yang mana seseorang tersebut menganggap pernyataan yang telah mereka lihat sebelumnya sebelumnya sebagai benar.
ADVERTISEMENT
Efek kebenaran ilusi ini cenderung paling kuat ketika pernyataan terkait dengan subjek yang kita yakini sebagai pengetahuan kita, dan ketika pernyataan ambigu sehingga tidak jelas benar atau salah pada pandangan pertama. Hal ini juga dapat terjadi dengan pernyataan seperti headline surat kabar yang dibingkai sebagai pertanyaan. Singkatnya, penelitian psikologi telah menunjukkan bahwa setiap proses yang meningkatkan keakraban dengan informasi palsu melalui paparan berulang atau sebaliknya dapat meningkatkan persepsi kita bahwa informasi itu benar. Efek kebenaran ilusi ini dapat terjadi meskipun menyadari bahwa sumber pernyataan tidak dapat diandalkan, meskipun sebelumnya mengetahui bahwa informasi tersebut salah, dan meskipun bertentangan dengan afiliasi politik kita sendiri.
Faktor apa yang menimbulkan tersebut?
Faktor yang mempengaruhi pembentukan dari Illusory Truth Effect. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa kemudahan dalam mendapatkan informasi menjadi dasar Illusory Truth Effect. Kemudahan itu didapat dengan repetisi karena memudahkan proses penerimaan daripada statement baru. Akhirnya akan memengaruhi orang untuk salah memberikan kesimpulan (Unkelbach, 2007; Unkelbach & Stahl, 2009 dalam Fazio, Brashier, Payne, And Marsh, 2015 ).
Sumber : Pixabay
Ada juga pada suatu penelitian, partisipan secara akurat menilai fakta dengan pernyataan tahu dan tidak tahu, tapi tidak ada korelasi antara pengetahuan dan repetisi (Fazio, dkk 2015).
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara untuk mendapatkan sebuah kebenaran tersebut?
Ada beberapa hal untuk mendapatkan sebuah kebenaran tersebut, di antaranya adalah :
Dengan adanya sebuah pendekatan dengan sumber informasi kita harus berhati-hati atau melihat dalam menerima informasi tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku untuk seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan informasi, Jika informasi tersebut tidak terdapat pada otak kita, kita harus bekerja lebih ekstra seperti contohnya mencari informasi tersebut secara online, untuk mencarinya pun merupakan sebuah tantangan baru (Marker, 2019).
ADVERTISEMENT
Referensi
De keersmaecker et al. (2019). Investigating the robustness of the illusory truth effect across individual differences in cognitive ability, need for cognitive closure, and cognitive style. Personality and Social Psychology Bulletin. 46(2). 2-3. doi: 10.1177/0146167219853844
Parker Holly. (2019). Fake news and the illusory truth effect. Diambil dari Psychology today. https://www.psychologytoday.com/za/blog/your-future-self/201911/fake-news-and-the-illusory-truth-effect
Rachmawati Anggita. (2019). The illusionary of truth: Cara membuat kebohongan menjadi sebuah fakta. Gama cendekia UGM. https://gc.ukm.ugm.ac.id/2020/06/the-illusionary-of-truth-cara-membuat-kebohongan-menjadi-sebuah-fakta/