Pak Jokowi dan Humor Doa Minta Gemuk

Konten dari Pengguna
20 Agustus 2017 19:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zaid A. Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain Gus Dur, Jokowi adalah salah satu Presiden yang lucu. Lihat saja saat beliau bagi-bagi sepeda, selalu ada canda tawa sebelumnya. Pun dalam berbagai komentarnya, tak jarang selalu memancing gelak tawa.
ADVERTISEMENT
Saya ingat komentar paling fenomenal dari Gus Dur. Betapa pun rumitnya persoalan yang sedang ia hadapi, selalu saja cukup ia jawab dengan kata pamungkas, “Gitu aja kok repot..”
Jokowi nampaknya juga begitu. Ia cenderung santai dalam menanggapi berbagai persoalan pelik. Membuatnya tampak sederhana dan gampang.
Misalnya saja saat ada masalah anggaran yang akan dijegal DPR, jawaban Jokowi santai saja, “Di Solo, di Jakarta, belum pernah tuh anggaran ditolak, meskipun kita fraksi bukan mayoritas. Memang sepertinya gaduh, berantem, tapi nanti saat tanda tangan anggaran, mereka tetap akan tanda tangan. Kalau nggak tanda tangan, anggota DPR nggak gajian, kan gajinya dari anggaran itu.”
Pemimpin dunia yang penuh humor tak hanya Jokowi ataupun Gus Dur. Bahkan di Amerika sana Barrack Obama juga terkenal suka melucu.
ADVERTISEMENT
Saat statusnya sebagai keturunan kulit hitam beberapa kali menjadi bahan guyonan. Pada Tahun 2010, Obama menyatakan masih mencari akta kelahirannya, isu yang sering dipakai politikus Republik untuk menuduhnya bukan warga AS tulen. “Ada beberapa hal yang lebih sulit dijaga dibandingkan cinta, yaitu akta kelahiran,” kata Obama.
Humor memang bisa mencarikan situasi politik yang memanas. Tak hanya itu, humor juga bisa digunakan untuk melawan. Ia berfungsi sebagai kritik terhadap keadaan tidak menyenangkan atau kebosanan di tempat atau negara sendiri.
Fungsi perlawanan kulturalnya menunjuk pada kesadaran untuk menyatakan apa yang benar sebagai kewajiban tak terelakkan. Yang dicari hanyalah medium paling aman untuk menyatakan kebenaran itu.
Masih ingat pada tahun 1998, ada sebuah buku humor untuk menentang Suharto, judulnya “Mati Ketawa Cara Daripada Soeharto” ? Itu salah satu bentuk perlawanan rezim dengan humor.
ADVERTISEMENT
Kembali ke Pak Jokowi. Tentu tidak ada yang meragukan kalau Jokowi adalah orang yang suka humor. Suka melucu, bahkan. Dan tak jarang beliau juga menjadi bahan lelucon.
Searching saja di mesin pencari, maka Anda bisa mendapatkan banyak sekali meme-meme yang menjadikan Pak Jokowi sebagai bahan humor. Dan Pak Jokowi pun nampaknya santai-santai saja menanggapi lelucon perihal dirinya.
Mungkin karena memang dalam sejarah tak ada sebuah rezim jatuh karena humor. Kalau kata Gus Dur, tak ada gerakan politik tumbuh besar berlandaskan pada humor. Humor hanyalah wahana ekspresi politis yang punya kegunaannya sendiri.
Nah, dengan cara ini kita bisa menilai bahwa doa yang membuat geger jagad maya beberapa hari terakhir ada selipan humornya.
ADVERTISEMENT
Alasannya? Ya, karena bunyi doa agar Pak Jokowi tambah gemuk itu terlihat dengan jelas memancing senyum-senyum kecil para hadirin. Kalau memancing senyum dan ketawa, bukankah itu adalah humor?
Jadi jangan terlalu serius lah menanggapinya.. Santai aja..
Tapi, memang menggunakan humor itu harus tepat waktu dan tepat tempatnya. Kalau tidak tepat keduanya, alhasil humor yang dihasilkan akan garing. Mau melucu tapi kok gak lucu.
Krik.. Krik.. Krik..
Akhir kata, kalau mau bikin lelucon politik, bikinlah yang serius. Teringat pesan salah satu penulis, “humor itu serius!” Maka kalau memang mau melawan rezim dengan humor, tetap harus dilakukan dengan serius.
Silahkan tertawa kalau tulisan ini lucu..