Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Anemia di Indonesia: Masalah Kesehatan yang Kerap Terabaikan
16 Desember 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Zaidan Muhammad Hanif Ijlal An Naafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Anemia adalah kondisi kekurangan hemoglobin yang menghambat distribusi oksigen dalam tubuh dan menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi anemia mencapai 48,9% pada remaja putri dan 37,1% pada ibu hamil. Penyebab utamanya adalah kurangnya asupan zat besi, infeksi kronis, dan perdarahan. Kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak sangat berdampak, karena anemia dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas, bahkan mengancam keselamatan jiwa.
ADVERTISEMENT
Dampak anemia meluas ke berbagai aspek, mulai dari kesehatan hingga sosial ekonomi. Pada ibu hamil, anemia meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah, dan kematian maternal. Pada remaja, anemia berdampak pada penurunan konsentrasi belajar dan produktivitas kerja. Menurut Global Nutrition Report 2020, kerugian ekonomi akibat masalah gizi, termasuk anemia, menelan biaya miliaran rupiah setiap tahun, yang menjadi beban berat bagi pembangunan Indonesia.
Meskipun pemerintah telah menjalankan program pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk mencegah anemia, tantangan dalam pelaksanaannya masih besar. Data Kemenkes 2023 mengungkapkan bahwa hanya sekitar 30% remaja putri yang rutin mengkonsumsi TTD. Rendahnya cakupan ini disebabkan oleh minimnya edukasi gizi, stigma sosial terkait konsumsi suplemen, dan ketimpangan distribusi pelayanan kesehatan di wilayah terpencil. Masalah ini menunjukkan perlunya pendekatan lebih inovatif dan efektif untuk memastikan program berjalan sesuai target.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi anemia, diperlukan langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak. Edukasi gizi berbasis sekolah dan komunitas perlu ditingkatkan agar masyarakat memahami pentingnya pola makan sehat dan suplementasi. Pemerintah harus memastikan ketersediaan TTD hingga ke daerah terpencil melalui distribusi yang lebih baik. Selain itu, kolaborasi lintas sektor, termasuk sektor pendidikan dan swasta, sangat penting untuk menciptakan program yang berkelanjutan dan efektif. Tanpa komitmen yang lebih besar, anemia akan terus menjadi ancaman bagi kesehatan dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia.