Kampung Inggris; Tempat Berproses Menggapai Cita-Cita

Ikon Kampung Inggris di Pare, Kediri. Foto diambil sendiri oleh penulis

Di era globalisasi yang semakin maju ini, bahasa asing sangat diperlukan untuk menjelajah dunia maupun mengubah nasib. Tidak sedikit orang yang belajar bahasa asing untuk menggapai impian mereka. Dalam mendalami sebuah bahasa asing, lingkungan yang mendukung sangat diperlukan, karena menurut penulis, bahasa itu harus dipraktikkan dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini sesuai dengan definisi bahasa yang telah dijelaskan di atas.

Ada sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur yang sudah tidak asing lagi sebagai tempat untuk belajar bahasa asing, yaitu "Kampung Inggris" yang terletak di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Pare merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan untuk menggapai cita-cita melalui bahasa asing. Di tempat inilah kita bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki tujuan yang sama, yaitu belajar bahasa asing.

Sejauh pengalaman penulis selama belajar bahasa Arab dan Inggris di Kampung Inggris, terdapat beberapa perbedaan yang sangat menonjol, yaitu tujuan masing-masing orang dalam mempelajari bahasa asing tersebut. Ketika penulis sedang belajar bahasa Arab, penulis bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan untuk melanjutkan dan mempersiapkan studi mereka ke universitas-universitas yang ada di Timur Tengah, seperti Mesir, Yaman, Maroko dan lain-lain. Jarang sekali penulis temui di tempat kursus bahasa Arab orang yang belajar dengan tujuan untuk mengubah ekonomi mereka dengan merantau ke negara-negara Arab.

Berbanding terbalik dengan kursus bahasa Inggris yang juga pernah penulis ikuti, rata-rata orang yang penulis temui belajar bahasa Inggris dengan tujuan untuk merantau ke luar negeri, seperti Amerika, Australia, London, dan negara-negara lainnya. Tujuan mereka adalah untuk mencari pekerjaan di luar negeri, seperti di bidang perkapalan atau perhotelan, karena mereka percaya bahwa kehidupan di luar negeri lebih menjamin dibandingkan dengan bekerja di Indonesia.

Penulis: Zainul Farihin, mahasiswa UIN Jakarta