Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Afasia: Ketika Otak Berbisik, Namun Lidah Terbungkam
5 Desember 2024 11:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zakiyah Wardah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di kehidupan ini ada orang yang mengerti setiap kata yang diucapkan, namun kesulitan untuk mengekspresikan pikirannya. Atau berbicara dengan lancar, namun kata-kata yang keluar tidak masuk akal. Ini adalah keadaan yang dihadapi oleh jutaan orang di seluruh dunia yang hidup dengan afasia, sebuah gangguan neurologis yang mengganggu kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Afasia bukanlah penyakit, melainkan gejala dari kerusakan pada area otak yang bertangggung jawab untuk pemrosesan bahasa.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan menjelajahi dunia kompleks afasia, dari penyebab dan jenisnya hingga dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari dan upaya-upaya untuk pemulihan.
A. Area - Area Otak yang Memproses Bahasa
Sebelum membahas afasia, penting untuk memahami bagaimana otak memproses bahasa. Berikut area-area di otak yang memproses bahasa:
1. Area Broca (Broca's Area):
Terletak di lobus frontal kiri (pada sebagian besar orang), area ini sangat penting untuk produksi ucapan. Kerusakan pada area ini menyebabkan afasia ekspresif, dimana individu mengalami kesulitan untuk membentuk kata-kata dan kalimat yang koheren, meskipun mereka memahami bahasa yang diucapkan kepada mereka. (Alvinard, 2020)
2. Area Wernicke (Wernicke's Area):
Terletak di lobus temporal kiri, area ini berperan penting dalam pemahaman bahasa. Kerusakan pada area ini menyebabkan afasia reseptif, di mana individu dapat berbicara dengan lancar, tetapi kata-kata yang mereka ucapkan tidak masuk akal atau tidak berhubungan dengan konteks. Mereka juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang diucapkan atau tertulis.
ADVERTISEMENT
3. Fasciculus Arcuatus:
Sebuah berkas serat saraf yang menghubungkan area Broca dan area Wernicke. Kerusakan pada jalur ini dapat menyebabkan afasia konduktif, di mana individu dapat memahami bahasa dan menghasilkan ucapan yang lancar, tetapi mereka mengalami kesulitan dalam mengulangi kata-kata atau kalimat yang didengar.
B. Jenis-jenis Afasia
Berbagai jenis afasia dapat dikategorikan berdasarkan lokasi dan tingkat kerusakan otak, serta gejala yang muncul. Berikut jenis-jenis afasia:
1. Afasia Broca (Afasia Ekspresif):
Ditandai dengan kesulitan dalam menghasilkan ucapan yang lancar dan terstruktur. Individu mungkin dapat memahami bahasa dengan baik, tetapi mereka hanya dapat menghasilkan kata-kata tunggal atau frase pendek yang tidak lengkap. (Fadilla I., 2022)
2. Afasia Wernicke (Afasia Reseptif):
Ditandai dengan kesulitan dalam memahami bahasa. Individu dapat berbicara dengan lancar dan menghasilkan banyak kata, tetapi ucapan mereka seringkali tidak masuk akal atau tidak berhubungan dengan konteks.
ADVERTISEMENT
3. Afasia Konduktif:
Ditandai dengan kemampuan untuk memahami bahasa dan menghasilkan ucapan yang lancar, tetapi dengan kesulitan dalam mengulangi kata-kata atau kalimat yang didengar.
4. Afasia Global:
Merupakan bentuk afasia yang paling parah, yang melibatkan gangguan yang signifikan dalam produksi dan pemahaman bahasa, baik lisan maupun tertulis.
5. Afasia Anomik:
Ditandai dengan kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, meskipun individu dapat memahami bahasa dan menghasilkan ucapan yang lancar.
C. Penyebab Afasia
Afasia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang bertanggung jawab untuk pemrosesan bahasa. Penyebab paling umum adalah stroke, yang terjadi ketika suplai darah ke otak terputus. Penyebab lain termasuk trauma kepala, tumor otak, infeksi otak, dan penyakit neurodegeneratif.
ADVERTISEMENT
D. Dampak Afasia
Afasia dapat memengaruhi kemampuan penderita untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini membuat penderita kesulitan untuk bekerja atau menjalankan tugas sehari-hari dan menyebabkan frustasi, marah, dan, depresi karena tidak dapat mengekspresikan diri dengan jelas.
E. Upaya Pemulihan
Terapi wicara dan bahasa merupakan komponen utama dalam proses pemulihan. Terapi ini difokuskan pada membantu individu untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menghasilkan dan memahami bahasa, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi mereka secara keseluruhan. Terapi lainnya, seperti terapi okupasi dan terapi fisik, juga dapat membantu dalam pemulihan. (Makarim F.R., 2021)
Kesimpulan
Afasia adalah gangguan kompleks yang dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan seseorang. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, jenis, dan proses pemulihan, kita dapat memberikan dukungan dan perawatan yang lebih efektif bagi individu yang hidup dengan afasia. Penelitian yang berkelanjutan dalam bidang neurologi kognitif sangat penting untuk meningkatkan perawatan dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang terpengaruh oleh kondisi ini. Afasia mengingatkan kita betapa rapuh dan menakjubkan kemampuan bahasa kita, dan betapa pentingnya menghargai setiap kata yang kita ucapkan dan dengar.
ADVERTISEMENT
Daftar Referensi:
1. Alvinard. 2020. Mengenal Proses Berbahasa pada Otak dan Kaitannya dengan Bilingual. https://kumparan.com/alvinard63/1unaBgBDVOB?utm_source=App&shareID=IjqZClKNd4Y6&utm_medium=copy-to-clipboard
2. Fadila I.. 2022. Mengenal 5 Jenis afasia pada Orang dengan Gangguan Saraf. https://hellosehat.com/saraf/saraf-lainnya/jenis-afasia-bisa-terjadi-pasca-stroke/
3. Makarim F.R.. 2021. Ini 3 Metode Pengobatan yang Bisa Dilakukan untuk Afasia. https://www.halodoc.com/artikel/ini-3-metode-pengobatan-yang-bisa-dilakukan-untuk-afasia?srsltid=AfmBOoox3-PmlOdS6NmPM-rIeQ3F82H9RRpsZXSD6BD-9iNgZtPFQY_X