Jurnalisme Sains dan Perannya dalam Edukasi Mengenai Isu Lingkungan

Zalfa Ghina Khairunnisa
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
1 Juli 2022 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zalfa Ghina Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Talkshow Parade Jurnalistik 2022 yang mengundang perwakilan WALHI Jabar, Selasa (17/05). Sumber: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Talkshow Parade Jurnalistik 2022 yang mengundang perwakilan WALHI Jabar, Selasa (17/05). Sumber: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Cuaca yang terasa sangat panas akhir-akhir ini merupakan fenomena iklim yang tidak lazim. Hal tersebut dipicu oleh pemanasan global. Banyak faktor alamiah yang menyebabkan pemanasan global, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada aktivitas manusia yang menjadi penyebabnya seperti pembakaran energi fosil batu bara yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon di bumi. Selain cuaca yang sangat panas, dampak dari perubahan iklim yang tidak lazim juga dapat dilihat dari berbagai bencana alam, seperti yang terjadi di Sumedang pada 4 Mei 2022, terjadi banjir bandang akibat fenomena perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Pentingkah Mengedukasi Masyarakat Terkait Perubahan Iklim?
Dengan adanya kontribusi aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pemanasan global dan menjadi faktor pemicu fenomena perubahan iklim yang tidak lazim, tentu diperlukan edukasi agar masyarakat dapat memahami konteks dari perubahan iklim itu sendiri. Masyarakat memang tidak pernah menyangkal atau tidak percaya terkait fenomena perubahan iklim yang terjadi, namun pemahaman masyarakat mengenai hal itu memang perlu ditingkatkan agar dapat paham lebih mendalam.
Di era persebaran informasi yang sudah terbilang pesat, kondisi tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. Edukasi kepada masyarakat dapat dilakukan melalui media digital. Penyampaian edukasi mengenai konteks perubahan iklim harus dilakukan secara konsisten dan bukan hanya di saat tertentu saja. Hal tersebut harus didukung dengan dasar keilmuan yang kuat.
ADVERTISEMENT
Jurnalisme Sains, Jurnalisme yang Masih Banyak Tantangannya
Isu perubahan iklim maupun isu lingkungan lainnya memang sudah banyak diangkat oleh media. Hal tersebut tentu menjadi bentuk peningkatan yang baik, melihat bahwa kecenderungan penduduk Asia Tenggara yang mayoritasnya penduduknya masih mengejar taraf kesejahteraan ekonomi sehingga isu-isu lingkungan lainnya masih sering terabaikan. Dengan gencarnya jurnalisme sains, hal tersebut diharapkan dapat berimbang.
“Tantangannya adalah mengolah informasi berbasis sains yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam menafsirkan informasinya. Namun hal tersebut dapat terus diperbaiki dengan berangkat dari keingintahuan mendalam dan mencari tahu pada yang ahlinya, yang tentu lebih memahami isu-isu yang berkaitan dengan sains.” ungkap Meiki Welmy Paendong selaku Direktur Eksekutif WALHI Jabar dalam talkshow "Encouraging the Society to Understand Climate Matters Through Science Journalism" (17/05/2022).
ADVERTISEMENT
Pentingnya Peran Jurnalisme Sains
Dengan penyampaian edukasi melalui media digital yang harus berbasis keilmuan untuk menyampaikan konteks perubahan iklim kepada masyarakat, dibutuhkan peran jurnalisme sains agar produk jurnalistik dapat akurat. Para jurnalis harus dapat menggali lebih dalam mengenai aspek penting dari konteks tersebut, sehingga tidak terjebak pada satu solusi saja. Apabila jurnalisme sains sudah berkontribusi dengan baik, metode penyampaian yang paling tepat dapat dilakukan secara visual sebagai output produk jurnalistiknya. Namun produk berupa tulisan harus tetap ada karena di situ kekuatan informasinya berada.
Dewasa ini peran jurnalisme sains memang banyak dibutuhkan dan perkembangannya sudah menunjukkan hasil yang signifikan. Banyak media yang sudah menggunakan sains sebagai bukti basis untuk membuat produk jurnalistik, terutama produk jurnalistik mengenai aspek lingkungan.
ADVERTISEMENT