Makna Baju Baru di Hari Lebaran Bagi Thrifter

Zalfa Ghina Khairunnisa
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zalfa Ghina Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat Lebaran tiba, tentu banyak tradisi yang menjadi pelengkap suasana. Mulai dari banyaknya santapan khas yang dapat dinikmati, hingga amplop THR yang juga ditunggu-tunggu oleh berbagai kalangan. Tak lepas dari beragam tradisi yang menjadi pelengkap suasana Lebaran, pakaian menjadi hal yang tidak terlewatkan. Tradisi baju baru ternyata sudah ada sejak tahun 1596 pada masa Kesultanan Banten. Menjelang hari Lebaran, mayoritas penduduk Islam di Kerajaan Banten akan menyiapkan pakaian baru yang akan dipakai saat hari Lebaran tiba. Tradisi tersebut menjadi awal mula dan berlanjut hingga kini. Namun, bagi para thrifter atau pencari barang-barang bekas untuk dipakai kembali, apakah makna baju baru di hari Lebaran masih sama?
ADVERTISEMENT
Thrifting, Mengapa Digandrungi?
Thrift shop Sepatu dan Baju di The Hallway Space, Bandung. Sumber: Dokumentasi Narasumber.
Thrifting atau berburu barang-barang bekas menjadi kegiatan yang digandrungi oleh masyarakat terutama anak muda masa kini. Pertimbangan yang paling besar terletak di harga, karena banyak barang bekas layak pakai yang dijual dengan harga terjangkau sehingga menarik minat masyarakat. Para thrifter pun seringkali mendapatkan barang merek terkenal dengan harga yang murah. Dengan minat masyarakat yang tinggi, thrifting pakaian kini bisa dilakukan secara online melalui Instagram dengan kualitas barang yang bagus. Maka dari itu, kini thrifting dapat dilakukan dengan mudah, bahkan bisa dimana saja dan kapan saja sehingga masyarakat mulai menggandrungi kegiatan tersebut.
Baju Baru di Hari Lebaran, Apakah Masih Sama di Mata Seorang Thrifter?
Syachrul (21), mengatakan bahwa baju second tetap harus terlihat baru di hari Lebaran. Ia juga mengatakan bahwa barang yang didapatkan saat thrifting dianggap “baru” karena belum pernah dimiliki olehnya atau belum pernah dilihat orang lain bahwa ia memakainya. Dengan anggapan tersebut, ia tidak ragu ntuk membeli baju Lebaran di Pasar Cimol Gedebage, pusat barang-barang bekas di Bandung yang sudah terkenal sejak dulu, serta tempat-tempat penjualan barang bekas lain di Bandung.
ADVERTISEMENT
“Misalnya saya punya uang Rp 350.000, kalau di toko (baju) biasa cuma dapat satu barang. Kalau thrifting mungkin bisa dapat banyak, lebih dari satu,” ungkap pria yang sudah menggandrungi thrifting sejak tahun lalu itu.
Selera yang Tidak Bisa Dipaksa
Sebagai salah satu orang yang membeli baju Lebaran dengan cara thrifting, Syachrul mengutarakan pendapatnya mengenai orang-orang yang membeli baju yang betul-betul baru untuk dipakai di hari Lebaran.
“Ya mungkin itu mah selera masing-masing (beli baju second atau baru untuk Lebaran), kan beli baju bisa kapan saja, cuma di hari Lebaran sudah menjadi kebiasaan (beli baju) sejak kecil,” ungkapnya.
Dengan selera yang dikatakan relatif setiap orangnya, para thrifter menyadari bahwa kualitas yang didapat terkadang tidak sesuai dengan harga barang, sehingga sebagai seorang thrifter harus mampu memilih barang dengan teliti agar tetap mendapat kualitas terbaik dan harga yang terjangkau, mengingat hari Lebaran menjadi lembaran baru bagi mayoritas yang merayakannya, termasuk pakaian yang dapat melengkapinya.
ADVERTISEMENT