Konten dari Pengguna

Membiasakan Diri Sebagai Mahasiswa Rantau di Yogyakarta

Zalfa Shafa' Zahira
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMY
3 Januari 2024 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zalfa Shafa' Zahira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar Mahasiswa sedang berdiskusi kelompok
zoom-in-whitePerbesar
gambar Mahasiswa sedang berdiskusi kelompok
ADVERTISEMENT
Bahasa menjadi isu penting bagi kita semua, terutama bagi mahasiswa rantau. Mereka membawa bahasa daerah masing-masing yang erat dengan identitas setiap individunya. Meskipun berasal dari pulau yang sama, perbedaan bahasa tetap ada, baik dalam logat maupun penggunaan katanya.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa rantau perlu menyamakan bahasa dengan masyarakat setempat demi kelancaran komunikasi, meski nyatanya hal tersebut masih menjadi tantangan bagi mereka. Seperti yang dialami oleh Jaada meilati Zahra (18) mahasiswi UGM dari kota Brebes, pada dasarnya kota Brebes juga menggunakan bahasa jawa, namun berlogat ngapak saat berkomunikasi sehari-hari.
Dalam perbincangan dengannya pada jumat malam (10/11/2023), dia mengakui bahwa dalam kehidupan sehari hari menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. “jujur aku ga pernah berbahasa ngapak kalo sama temen jawa lain, karena rasanya aneh kalo jawa medok aku sautin sama jawa ngapak” ujar Zahra.
“kecuali kalo rame rame aku nyimak aja sih, sulit juga jawabin bahasa jawa jogja sama ngapak. Bedanya keliatan banget, makanya aku ga berani ngomong. Kadang-kadang juga ga ngerti sama artinya” ujar Zahra, kondisi ini sempat menghambatnya ketika sedang berorganisasi dan membuatnya cenderung lebih pendiam dari biasanya. Dia juga sering diejek teman temannya dengan kalimat "Coba dong ngomong bahasa ngapak". Meskipun perkataan itu sedikit menyingung perasaannya tapi dia tidak bisa berbuat banyak kecuali diam dan tertawa saja.
ADVERTISEMENT
Tapi seiring berjalannya waktu dia mulai terbiasa akan perbedaan bahasa, menurutnya kita bisa mengikuti bahasa yang ada dengan banyak mendengarkan dan menanyakan istilah yang asing kepada teman yang lebih paham dengan bahasa jawa Jogja. Cara adaptasi ini juga bisa diterapkan pada mahasiswa perantauan dari daerah lain, terkhusus daerah luar jawa.
Menurut Fadhilla Izzatul Fandra (19) mahasiswi asal kepulauan Riau, berteman dengan orang yang paham bahasa jawa membantunya dalam mengatasi kebingunan Bahasa, dengan menanyakan arti dari kalimat yang tidak dipahami.
"Bagiku, perbedaan bahasa antara Jawa dan Riau itu bukan masalah sih, malah seru biar nambah istilah baru," tutur Fadhilla, Sabtu (11/11/2023). Bahasa Jawa menjadi tantangan tersendiri baginya, dan terus berkeinginan mempelajarinya selama berkuliah di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Mencari teman penduduk asli atau yang paham bahasa jawa merupakan poin lebih untuk para mahasiswa rantau, karena dengan adanya mereka mahasiswa rantau dapat dengan mudah beradaptasi terhadap bahasa mereka demi kelancaran komunikasi.
Karena sejatinya kebingungan akibat perbedaan bahasa bukan suatu hal yang buruk dan berbahaya, tergantung cara kita beradaptasi perbedaan Bahasa.