Konten dari Pengguna

Siasat Pemilu

Elzandi Irfan Zikra
Saya adalah mahasiswa Teknologi Sains Data Universitas Airlangga. Saya adalah pejuang yang bersenjatakan 26 huruf alfabet.
2 November 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elzandi Irfan Zikra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jokowi bersama Megawati berkunjung ke kota Blitar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi bersama Megawati berkunjung ke kota Blitar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan terakhir, panggung politik Indonesia telah disibukkan oleh dinamika antara Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP. Terdapat serangkaian manuver politik yang mengindikasikan adanya retaknya hubungan antara dua figur politik ini, yang dianggap publik semakin memperlebar jurang antara Jokowi dan partainya, PDIP.
ADVERTISEMENT
Manuver-manuver ini meliputi dukungan Jokowi terhadap Prabowo, penobatan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI, serta pengusungan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
Respons dari PDIP terhadap serangkaian manuver ini cukup lembut, belum ada tindakan tegas yang diambil, seperti pencabutan keanggotaan Gibran dari PDIP yang diharapkan oleh publik. Situasi ini menimbulkan spekulasi di kalangan publik bahwa manuver oleh Jokowi mungkin merupakan siasat untuk menghadapi pasangan Capres-Cawapres Anies Baswedan dan Cak Imin yang elektabilitasnya terus meningkat.
Meskipun hasil survei acapkali menunjukkan Anies dan Cak Imin berada di posisi ketiga, namun fakta di lapangan kerap menunjukkan sebaliknya, menambah kecurigaan publik terhadap siasat politik yang tengah dimainkan.
Megawati, yang dikenal dengan ketegasan dan kejelasan politiknya, tampaknya belum mengambil langkah signifikan. Dia terkenal tegas dalam masalah loyalitas politik, dengan perintah tegas kepada kader yang bermain "dua kaki" untuk keluar dari PDIP. Namun, publik juga mengenal Megawati sebagai sosok yang cerdas dalam bermain manuver politik untuk memenangkan kontes politik.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan besar yang muncul, langkah tegas apa yang akan diambil PDIP untuk menghentikan manuver Jokowi? Beberapa pilihan tersedia. Pertama, PDIP bisa saja secara sepihak memutus keanggotaan Jokowi dan Gibran sebagai Kader. Respons ini mungkin akan cukup keras dan cenderung merugikan PDIP. Kedua, PDIP menarik seluruh kadernya yang memegang posisi menteri dalam kabinet Jokowi. Ketiga, PDIP memakzulkan Jokowi dengan mengkonsolidasi kekuatan di DPR.
Solusi kedua ini dianggap sebagai langkah efektif untuk mengirim sinyal kepada Masyarakat bahwa PDIP dengan tegas menyatakan bahwa ada konflik yang nyata tanpa siasat apa pun. PDIP dengan gagah berani menolak politik dinasti. Jika isu ini mendapat sorotan, resistensi masyarakat terhadap Jokowi diperkirakan akan meningkat. Akibatnya, kans kemenangan Prabowo-Gibran di pemilu akan semakin menipis. Secara otomatis pula, siasat politik yang dicurigai publik akan sirna.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pasangan Anies dan Cak Imin tidak ambil pusing dengan isu-isu politik yang menyelimuti Prabowo-Gibran, Anies bahkan mengucapkan selamat terhadap keputusan yang diraih oleh Koalisi Indonesia Maju. Anies hanya mengingatkan agar proses pemilu bisa berjalan dengan seimbang dan jujur. Anies juga berharap masyarakat senantiasa melihat rekam jejak dalam menentukan pilihannya pada pemilu 2024 mendatang.
Publik hanya bisa berharap bahwa berbagai turbulensi politik saat ini tidak membawa Indonesia menuju kesengsaraan. Bagaimanapun, masyarakat hanya bisa “berteriak” menyampaikan aspirasi nya yang belum tentu didengar. Pemilu 2024 ini, jika bisa dimaksimalkan, akan menjadi momentum untuk Indonesia bangkit, menuju Indonesia Maju 2045.