Kegagalan adalah Perjalanan Hidup yang Berharga

Gemma Ramadhina Zaneta
Undergraduate Journalist Student at Jakarta State Polytechnic
Konten dari Pengguna
11 Juni 2024 6:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gemma Ramadhina Zaneta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto by: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Foto by: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan, itulah kata-kata yang sering ku dengar. Gagal bukan berarti harus putus asa dan menyerah, tetapi itulah awal agar bisa menjadi lebih kuat. Aku sendiri takut sekali dengan kegagalan, apalagi gagal dalam pendidikan.
ADVERTISEMENT
Saat masa akhir SMP menuju SMA aku merasa gagal karena tidak bisa masuk SMA Negeri, padahal nilaiku cukup untuk masuk sekolah Negeri. Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa aku tidak bisa masuk, merasa kecewa dengan diriku sendiri dan merasa telah mengecewakan orang tua yang selalu mendukungku. Aku juga kesal dengan Pemerintah yang membuat sistem zonasi, kenapa sistem itu harus ada saat di angkatanku. Iri juga menyelimuti diriku karena teman-teman yang bisa masuk tanpa nilai dan hanya mengandalkan zona saja.
Namun, perlahan aku belajar menerima kenyataan. Aku sadar bahwa ada banyak jalan menuju kesuksesan dan SMA Negeri bukan satu-satunya pilihan. Aku memutuskan untuk masuk SMA swasta yang juga memiliki reputasi baik. Di sana, aku bertemu dengan guru-guru yang baik dan teman-teman yang mendukung. Pengalaman tersebut membuka mataku bahwa setiap orang memiliki jalannya sendiri dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
ADVERTISEMENT
Selama di SMA swasta, aku belajar lebih giat dan berusaha mengembangkan diriku tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam kegiatan ekstrakurikuler. Aku terus berusaha menjadi yang terbaik dalam bidang yang aku tekuni. Kegagalan yang pernah aku alami justru menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa aku bisa bangkit dan sukses.
Namun saat itu corona menyerang dunia, dimana seluruh manusia harus berada di rumah. Akupun merasa bosan dan mulai malas-malasan untuk belajar, tidak terasa aku sudah berada di masa akhir SMA. Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan dan tantangan baru. Sekolah yang semula diadakan secara tatap muka kini harus dilakukan secara daring. Aku merasa kesulitan beradaptasi dengan sistem belajar baru ini.
Selain itu, rasa jenuh dan kesepian seringkali menghampiri karena harus berada di rumah terus menerus. Motivasi belajarku menurun, dan aku mulai merasa khawatir tentang masa depanku. Tidak terasa aku sudah berada di masa akhir SMA. Disini aku mulai belajar dengan giat lagi dan mengikuti bimbel untuk menambah kemampuanku.
ADVERTISEMENT
Aku mengikuti beberapa seleksi masuk perguruan tinggi. Mulai dari rapot, dan nilai-nilai lainnya. Namun saat itu aku gagal diterima disemua tempat yang ku daftari. Rasanya sangat sedih, setiap kali buka pengumuman, yang kulihat hanya tanda merah dan ucapan semangat. Di setiap malam dan sujudku aku selalu berdoa sambil menangis. Aku ikhlas dengan semua, karena aku tahu ini adalah jalan terbaik yang Allah berikan, Cuma satu yang kuminta ke Allah yaitu kuatkan aku.
Satu-satunya jalur yang ku harapkan untuk diterima ke Perguruan Tinggi Negeri juga menolakku. Saat itu aku benar-benar sedih, merasa usahaku sia-sia dan gagal untuk membahagiakan kedua orang tuaku. Masa-masa itu sangat berat bagiku. Aku merasa semua usaha dan kerja kerasku selama ini tidak ada artinya. Namun, di tengah kesedihan itu, aku mencoba untuk tetap berpikir positif. Aku percaya bahwa kegagalan ini adalah cara Allah menguji kesabaranku dan mempersiapkanku untuk sesuatu yang lebih baik. Aku tidak berhenti berdoa dan terus memohon kekuatan dari-Nya.
ADVERTISEMENT
Di tengah kegalauan itu, orang tua dan teman-teman dekatku menjadi sumber kekuatanku. Mereka memberikan dukungan yang tak ternilai, mengingatkanku untuk tidak menyerah dan terus mencoba. Aku mulai mencari informasi tentang peluang-peluang lain, lalu aku mulai mendaftar ke Politeknik, dan jalur mandiri. Ketika pengumuman Politeknik, aku sengaja tidak membukanya kenapa? Karena aku takut gagal lagi, dan ternyata ketika ku buka, aku diterima. Senang dan haru ku rasakan saat itu. Akhirnya aku bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri sesuai apa yang aku dan orang tuaku harapkan.
Setiap hari aku semakin yakin bahwa Allah memang memiliki rencana yang indah untukku. Kegagalan-kegagalan yang dulu begitu menyakitkan ternyata adalah cara-Nya untuk mengarahkan langkahku ke tempat yang lebih baik. Aku belajar untuk tidak takut pada kegagalan, karena aku tahu di balik setiap kegagalan ada pelajaran berharga yang bisa membuatku lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Kini, aku menjalani hari-hariku dengan penuh rasa syukur dan tekad yang kuat. Aku percaya bahwa selama aku berusaha dan berdoa, aku akan selalu menemukan jalan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru yang penuh dengan peluang dan harapan. Dengan keyakinan dan usaha yang gigih, aku yakin bisa meraih semua impianku.