Antara Eksistensi Mama dan Privasi Anak

Zaneti Sugiharti
Mindfulness, parenting, wellness
Konten dari Pengguna
26 Juni 2018 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zaneti Sugiharti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai mama generasi milenial yang dikit-dikit posting, anak tak lepas dari objek aktivitas tersebut. Anak sakit, posting. Anak mau ulang tahun, posting. Anak udah bisa jalan, posting. Anak tidur juga kita post pakai caption ala-ala mama muda yang sayang anak.
ADVERTISEMENT
Intinya semua serba di-share, semua serba harus ditunjukkan. Kalau kata istilah kerennya disebut juga dengan sharenting, yakni segala hal mengenai parenting yang di-share di sosial media orang tuanya.
Kok sampe segitunya? Ya, karena punya anak itu menyenangkan! Anak saya menggemaskan! Anak saya pintar! Anak saya beda dari anak-anak lain! Anak saya udah bisa ini, itu, endeblah endebleh..sampai-sampai kita lupa satu hal: anak juga punya hak privasi.
Ah masa sih?
Anak kan masih kecil, belum bisa ngomong bahkan mereka gak tahu apa itu media sosial. Benarkah anak punya privasi?
Menjaga privasi anak  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Menjaga privasi anak (Foto: Thinkstock)
Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang kita dulu sebagai orang tua. Sebagai orang terdekat, wali yang sah, pembimbing, pendidik utama, kita adalah gatekeeper dari informasi apa yang diserap maupun diberikan oleh anak kita terhadap dunia. Kita, orang tua, di sisi lain juga sebagai narator dari anak kita yang kebetulan belum bisa mewakili dirinya sendiri di depan ‘dunia’. Betul gak buibu?
ADVERTISEMENT
Nah sekarang mari kita lihat dari sudut pandang sosial media sebagai wadah penyaluran informasinya. Dengan semua benefit yang dimiliki sosial media sebagai sarana mama-mama saling mendukung, bersilaturahmi, dan manfaat positif lainnya, para orang tua kadang lupa satu fakta penting bahwa sosial media menyimpan semua memori tentang foto, video, atau materi apapun yang kita share, tanpa kita bisa batasi sejauh mana materi tersebut dibagikan, disimpan, bahkan dimodifikasi (di sini letak bahayanya).
Bagaimana dari sudut pandang anak? Banyak yang gak tahu kalau anak sejak lahir sudah memiliki hak atas privasi termasuk di dalamnya segala informasi yang disebarluaskan.
Dengan fakta tersebut, terpikirkah oleh kita bagaimana semua informasi yang kita bagikan di sosial media terkait anak pada prinsipnya harus atas persetujuan si anak? Well karena anak tidak dan belum bisa berpendapat, maka kitalah yang menjadi wakil mereka di dunia maya.
Ibu dan anak bermain media sosial. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu dan anak bermain media sosial. (Foto: Thinkstock)
Saya tidak mengatakan kita tidak boleh sama sekali share kisah mengenai anak kita, saya pun tetap kok share kegiatan sehari-hari anak saya yang lagi lucu, tapi sebelum melakukannya kembalilah pada prinsip kita sebagai gatekeeper dan pertimbangkan apapun informasi mengenai anak dengan hati-hati.
ADVERTISEMENT
Tanyakan pada diri masing-masing “Jika anakku dewasa nanti dan melihat cerita/foto/video ini dibagikan, kira-kira apakah dia akan keberatan?” lalu tanyakan juga “Apakah ini bisa membahayakan keselamatannya?”
Jangan karena orang lain melakukan itu, lalu kita ikut-ikutan share sesuatu yang sangat personal dari anak kita tanpa pertimbangan di atas. Buat saya, personally, saya malas mem-posting terlalu banyak kisah mengenai anak, karena selain menjaga privasi, saya juga menghargai followers atau teman-teman saya yang belum punya/tidak punya anak.
Iya sih anak itu menyenangkan, tapi lama-lama orang juga akan bosan kalau kita cuma posting hal mengenai anak melulu. We were fun for being us as a person, now erverything about us is gone and suddenly we become a story behind a child’s picture. You get what I mean, right?
ADVERTISEMENT
So, kembali lagi ke poin penting mengenai peran kita sebagai gatekeeper, bijaklah dalam mem-posting materi mengenai anak kita. Karena sebenarnya anak kita punya masa depan yang ingin ia lukis sendiri, serta privasi yang tidak siapapun juga dapat mengusiknya.
Salam,
Mamabekerja