Drama Nasional Menjelang Libur Lebaran : ART

Zaneti Sugiharti
Mindfulness, parenting, wellness
Konten dari Pengguna
21 Mei 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zaneti Sugiharti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap memasuki bulan Ramadan dan diakhiri dengan libur lebaran, ada satu fenomena di kalangan ibu-ibu khususnya ibu bekerja yang menjadi dilema nasional. Apalagi kalau bukan Asisten Rumah Tangga (ART) alias pembantu.
ADVERTISEMENT
Gak usah bohong deh, masyarakat kelas menengah Indonesia ini bisa dibilang manja. Gak bisa hidup tanpa pembantu. Saya juga sih. Hehe.. dan layaknya bursa transfer pemain bola di akhir musim, lebaran menjadi puncak bursa transfer ART di hampir semua tempat di Indonesia. Banyak ART yang sudah punya rencana resign dari majikannya setelah lebaran. Ada-ada aja alasannya, mulai dari gaji hingga alasan nikah. Whatever the reason is, lebaran menjadi momen tawar menawar antara majikan dan ARTnya. Mirisnya, ART seolah punya bargaining power lebih besar dari majikannya. Konsekwensi ‘take it or leave it’ alias ga ada pilihan lain selain naikin gaji, jamak ditemukan.
Saya pun mengalami sendiri bagaimana masa-masa lebaran dipenuhi harap-harap cemas. Belum lagi teman dan rekan kerja di kantor, ceritanya mirip-mirip, semuanya tentang keluhan pembantu gak balik.
ADVERTISEMENT
Tapi saya patut bersyukur lebaran tahun ini kedua ART di rumah tidak mengajukan resign. Alhamdulillah.. ga perlu pusing nyari-nyari pengganti ke yayasan, pengepul, atau nanyain ke saudara di kampung halaman untuk mencarikan pembantu. Tapi berapa persen sih ibu bekerja yang merasakan kayak saya tahun ini? Umumnya akan ada masa di mana cuti lebaran para ibu bekerja diperpanjang karena pembantu belum balik (atau malah gak balik-balik) dan alasan belum dapat pembantu pengganti.
Sulitnya nyari ART pengganti di kalangan ibu-ibu bekerja mau gak mau akan mengganggu aktivitas di kantor, gak sedikit yang akhirnya bawa anak ke kantor karena gak ada 'Mbak yang jagain di rumah. Well kalau sudah begitu, aktivitas dan produktifitas ibu-ibu bekerja ini juga kena imbasnya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan saya, dari sederet permasalahan domestik keluarga mungkin urusan pembantu ini satu-satunya isu yang berimbas pada produktivitas nasional. Uniknya, seolah tidak tercermin dalam statistik manapun fenomena ini bagai tenggelam di level keluhan personal ibu-ibu bekerja (dan suaminya). Urusan ART ini memang masuk ke ranah domestik plus informal, so gak ada pilihan lain bagi kita untuk mencari solusinya sendiri. Good luck ya para ibu, semoga lebaran tahun ini gak ada drama ART di kehidupan kalian :)
Salam,
Mamabekerja.