Konten dari Pengguna

Social Loafing: Fenomena Seseorang Melakukan Less Effort dalam Kelompok

Zanira Rifda Rifani Putri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
17 November 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zanira Rifda Rifani Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi bekerja dalam kelompok. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bekerja dalam kelompok. Foto: Unsplash
Kita pasti pernah dihadapkan situasi di mana saat diberi tugas kelompok, kita merasa beban yang ada lebih besar. Padahal tujuan dari tugas kelompok adalah memudahkan kita untuk mengerjakannya karena beban pekerjaan akan lebih ringan sebab dibantu oleh sekelompok orang.
ADVERTISEMENT
Mengapa tugas kelompok malah jadi beban? Karena dalam beberapa situasi, terdapat keadaan di mana teman-teman kelompok atau kita sendiri yang mengeluarkan less effort dalam bekerja sama karena merasa ada teman yang lain. Sederhananya, kita bergantung dengan orang lain dan tidak berkontribusi penuh dalam pekerjaan.
Ternyata beban kelompok ini memiliki julukan Psikologis, yaitu social loafing.
Pengertian Social Loafing
Social Loafing menggambarkan kecenderungan suatu individu untuk melakukan lebih sedikit usaha ketika menjadi atau berada dalam sebuah bagian kelompok. Individu tersebut mengasumsikan dan merasa anggota kelompok lain akan mengambil alih. Atau kebalikannya, orang lain akan menganggap satu orang akan memimpin pembagian kerja, tetapi di sisi lain orang tersebut terjebak mengerjakan keseluruhan tugasnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Eksperimen Ahli
Eksperimen terkait social loafing pertama kali ditemukan oleh seorang ahli teknik pertanian, Max Ringelmann pada tahun 1913. Dalam penelitiannya, Ringelmann meminta partisipan untuk menarik tali secara kelompok maupun sendirian. Hasilnya, ketika berada dalam kelompok seseorang tidak terlalu mengeluarkan tenaga yang maksimal dibanding dengan menarik tali seorang diri.
Bersambung dari eksperimen Max Ringelmann, pada tahun 1974 terdapat sekelompok peneliti yang melakukan hal serupa. Perbedaannya, di eksperimen kali ini, dalam kelompok hanya ada satu orang saja yang benar-benar di tes, sisanya hanya orang yang diminta pura-pura menarik tali. Dari eksperimen ini juga diperoleh hasil bahwa ketika dalam kelompok, terjadi penurunan motivasi sehingga tali pun tidak benar-benar ditarik.
Udah kenalan dengan social loafing, kira-kira apa penyebab dari social loafing?
ADVERTISEMENT
Penyebab Social Loafing
1. Merasa kurangnya pengaruh atas tugas yang diberikan
Dalam hal ini, seseorang individu merasa bahwa kontribusi dan keterlibatannya akan kurang berpengaruh pada tugas terkait sehingga merasa tidak perlu ikut mengupayakan dengan kerja keras pada tugas tersebut. Menurut Price, sama seperti persepsi bahwa seseorang yang merasa ‘terbuang’ dapat meningkatkan dan memunculkan social loafing. Demikian pula dengan persepsi bahwa seseorang tidak dapat secara langsung memengaruhi hasil tugas.
2. Social Loafing karena anggota kelompok
Persepsi dalam diri bahwa terdapat anggota dalam kelompok yang mengalami social loafing juga akan menimbulkan social loafing dalam diri kita sendiri. Hal ini juga mengakibatkan seseorang menghindari untuk menjadi main role dalam kelompok karena takut dimanfaatkan oleh anggota yang malas.
ADVERTISEMENT
3. Kurangnya motivasi dan kesadaran diri
Motivasi merupakan faktor utama dari social loafing. Social Loafing menandakan bahwa individu terkait kurang memiliki motivasi yang tinggi dan rentan saat berada dalam kelompok. Selanjutnya, meski dalam kelompok, sudah sepatutnya kita memiliki rasa self awarness dan tanggung jawab. Social Loafing merupakan fenomena yang menunjukkan kurangnya kesadaran diri dalam diri suatu individu, sehingga menyebabkan tidak perhatian dengan tuntutan tugas dan penurunan kontribusi dalam kelompok.
4. Ukuran kelompok
Makin kecil ukuran kelompok, seseorang akan makin mendapatkan peran yang sama penting dan jelas. Dengan begitu, setiap individunya akan berkontribusi lebih banyak dibanding ketika ukuran kelompok lebih besar. Makin besar sebuah kelompok, maka pembagian kerja akan makin sedikit dan membuat kurangnya kontribusi dari beberapa individu.
ADVERTISEMENT
Penyebabnya banyak juga, ya. Kalau begitu sekarang kita lihat solusi meminimalisir terjadinya social loafing, yuk!
Solusi meminimalisir Social Loafing
Tentunya ada beberapa cara untuk meminimalkan permasalahan tersebut, di antaranya adalah:
1. Task Importance
Studi mengatakan bahwa ketika seseorang menganggap suatu tugas itu penting mereka akan cenderung tidak melakukan social loafing. Menurut Zaccaro, kelompok akan bekerja lebih keras jika mereka berpikir bahwa keterkaitan tugas itu tinggi dan berpikir bahwa mereka bersaing dengan kelompok lain sehingga mendorong mereka untuk berpikir bahwa tugas itu menarik.
2. Apresiasi
Membuat beberapa apresiasi untuk pengukuran kinerja bagi setiap individu dalam kelompok dapat meningkatkan motivasi dan keinginan untuk melakukannya lebih baik lagi pada masa mendatang. Apresiasi juga membuat suatu individu mengerahkan lebih banyak upaya karena mereka dianggap secara individual.
ADVERTISEMENT
3. Evaluasi
Evaluasi dalam kelompok juga akan mengurangi social loafing. Evaluasi dapat memberikan sinyal pada anggota kelompok bahwa akan ada konsekuensi untuk anggota yang tidak aktif. Evaluasi juga membantu sebuah kelompok untuk meningkatkan kinerja dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
4. Kekompakan Kelompok
Terakhir, Wech, Mossholder, Stell, dan Bennet mengatakan, kekompakan kelompok itu penting, ketika kekompakan dalam kelompok meningkat, partisipasi juga meningkat. Selain itu, grup yang dibentuk oleh inisiatif sendiri dan bukan acak diasumsikan lebih kohesif, produktif, dan rendah mengalami social loafing.
Kesimpulan
Pada akhirnya, kegiatan berkelompok tidak akan pernah terhindari, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan terus kerja sama dan berinteraksi dengan makhluk sosial. Adanya fenomena social loafing bukan menandakan bekerja dalam kelompok tidak baik, melainkan untuk meningkatkan rasa kesadaran diri. Dengan sudah mengetahui tentang fenomena ini, diharapkan semua kalangan nantinya dapat berkontribusi dalam sebuah kelompok dengan baik dan tidak mengandalkan anggota lain di dalamnya. Oleh karena itu, jangan jadi beban kelompok ya!
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Comer, D. R. (1995). A Model of Social Loafing in Real Work Groups. Human Relations, 48(6), 647–667. doi: 10.1177/001872679504800603
Rich, John D., Owens Darice., Johnson Shanae., Mines Dominque., Capote Kailani. (2014). Some Strategies for Reducing Social Loafing in Group Projects. Global Journal Of Human-Social Science: A Arts & Humanities - Psychology, 14(5), 9-11.
Cherry, Kendra. (2020, Mei 4) How Social Loafing Is Studied in Psychology. Diambil dari very well mind: https://www.verywellmind.com/what-is-social-loafing-2795883
Hoffman, Riley. (2020, Juni 22) Social Loafing: Definition, Examples, and Theory. Diambil dari Simply Psychology: https://www.simplypsychology.org/social-loafing.html
Dean, Jeremy. (2021, Juni 21) Social Loafing: When Groups Are Bad for Productivity. Diambil dari Psy Blog: https://www.spring.org.uk/2021/06/social-loafing.php