Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Pendidikan Tinggi Itu Diperlukan dalam Membangun Rumah Tangga, Girls!
10 Juli 2023 15:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zaska Yogawati Fitriah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendidikan menjadi tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Wajib bagi kita sebagai manusia menuntut ilmu sampai akhir hayat. Namun, bagaimana dengan statement yang mengatakan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi? Tepatkah statement tersebut?
ADVERTISEMENT
Sebelum itu kita perlu ketahui pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu mendidik dan mengajar yang berarti proses memanusiakan manusia sehingga memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, dan rohani.
Lalu menurut Plato, pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan individu baik fisik maupun mental guna tercapainya kesempurnaan. Pengertian dari dua tokoh tadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu membantu dalam pengembangan mental dan fisik seseorang guna menghadapi tantangan di masa depan.
Kembali lagi pada statement yang mengatakan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi. Tidak dapat dimungkiri bahwa statement seperti itu masih sering kita temui. Pandangan orang-orang tentang perempuan yang ujung-ujungnya hanya akan mengurus dapur, mengurus anak dan suami, pastinya menjadi sebuah perdebatan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua yang menganggap remeh pendidikan untuk anaknya terutama anak perempuan. Mereka tidak begitu memprioritaskan anaknya berpendidikan tinggi, karena hanya membuang-buang waktu dan uang. Bagi mereka, perempuan hanya perlu mencari lelaki kaya raya yang mau menikahinya, selesai.
Hidup bukanlah seperti negeri dongeng, di mana seorang putri kalangan orang biasa dinikahi pangeran kaya-raya. Lalu hidup berbahagia di istana yang megah, kemudian sang putri melahirkan anak-anak yang cantik dan tampan.
Zaman sekarang bukan waktunya bermimpi menjadi seorang putri dalam cerita dongeng. Perempuan harus berpendidikan dan menjadi seseorang yang high class. Lalu, bukankah nantinya akan sulit mendapat pasangan?
Kita sering menemui figur publik yang sampai saat ini tidak kunjung menikah. Seperti misalnya Prilly Latuconsina dan Cinta Laura. Pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan kedua nama besar tersebut.
ADVERTISEMENT
Prilly yang dikenal lewat perannya yang apik di layar kaca, rupanya ia lulus menjadi wisudawan terbaik di kampus LSPR, menulis beberapa buku, pintar bernyanyi, menciptakan lagu, dan memiliki kemampuan yang luar biasa di berbagai bidang salah satunya menjadi produser film.
Begitupun Cinta Laura yang memiliki segudang prestasi—baik itu di dalam negeri bahkan di luar negeri—lihai dalam beradu akting, lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Columbia, dan selalu dijuluki “artis dengan citra yang baik”.
Terbukti orang-orang berpendidikan itu memang memilki aura yang positif, seperti halnya kedua artis tersebut. Apalagi keduanya, Prilly Latuconsina dan Cinta Laura, sama-sama aktif dan peduli terhadap kegiatan sosial maupun pendidikan.
Banyak yang mengatakan Prilly dan Cinta Laura belum juga menikah karena para lelaki takut mendekati mereka. Cantik, berprestasi, mandiri, ahli dalam berbagai bidang, pastinya membuat banyak lelaki yang minder.
ADVERTISEMENT
Lalu, salahkah perempuan seperti mereka? Tentu saja tidak. Percayalah, lelaki yang takut dan minder mendekati perempuan yang high class dikarenakan mereka tidak mampu dan tidak ingin untuk menjadi high class juga. Biasanya hanya mencari celah seolah-olah pendidikan itu tidak tepat dan tidak penting bagi perempuan.
Justru dengan kita berpendidikan tinggi, memilki value yang tinggi, nantinya akan dipertemukan dengan pasangan yang demikian. Seharusnya hal tersebut menjadi acuan untuk para lelaki menaikkan value dan berusaha high class untuk mendapatkan pasangan seperti Prilly dan Cinta Laura.
Menempuh pendidikan itu sangatlah penting, tidak hanya dalam bentuk akademik namun juga non-akademik. Kita sebagai perempuan perlu menabung banyak hal di masa muda ini sebelum nantinya menempuh suatu pernikahan. Banyak hal yang harus kita tabung mulai dari sekarang, seperti kemampuan akademik, skill, kemandirian, untuk tidak selalu bergantung pada lelaki.
ADVERTISEMENT
Pastinya dengan pendidikan yang tinggi dan sepak terjang yang jauh membuat pernikahan tidak begitu menakutkan dan tidak membuat kita selalu bergantung pada suami, karena perempuan yang kelak menjadi seorang istri tidak hanya mengurus dapur, mengurus keperluan anak dan suami, namun juga menjadi pendidikan pertama bagi anak-anaknya.
Kemampuan mengurus rumah tangga rasanya bukan sesuatu yang wajib perempuan kerjakan karena lelaki pun seharusnya juga mampu melakukannya. Tidaklah mudah menjadi perempuan yang memilki tiga kodrat utama, yaitu menstruasi, melahirkan, dan menyusui lalu mengerjakan banyak hal di dalam rumah terutama menjadi pendidikan pertama bagi anak-anaknya.
Perspektif mengenai perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, sepertinya akan menjadi keliru apabila kita melihat kenyataan bahwa peran perempuan begitu besar bagi bangsa ini terutama dalam mencetak generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT