Konten dari Pengguna

Overdosis Fentanil AS Meningkat, Supply-Demand Tinggi jadi Penyebabnya

Zefanya Stephanie Bramantya
Saat ini merupakan mahasiswa dari Universitas Diponegoro. Memiliki ketertarikan dengan bidang kepenulisan, seperti content writing dan copy writing.
22 Desember 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zefanya Stephanie Bramantya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Donald Trump telah keluar sebagai pemenang pemilihan Presiden Amerika Serikat, mengalahkan Kamala Harris. Sebagai calon presiden yang terpilih, Trump memusatkan perhatian pada permasalahan AS yang belum berhasil diselesaikan oleh pemimpin-pemimpin AS terdahulu, yakni kasus overdosis fentanyl.
ADVERTISEMENT
Cina sebagai produsen fentanyl terbesar mendapat kecaman dari Trump dan juga ancaman pemberian tarif terhadap barang impor yang berasal dari Cina. Tidak hanya barang Cina, Meksiko sebagai distributor fentanyl juga tidak luput dari kecaman Trump. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar akar permasalahan overdosis fentanyl hanya berada di Cina sebagai produsen? Atau justru AS sendiri yang memicu permasalahannya sendiri?
Fentanyl yang hendak diselundupkan melalui Pelabuhan Nogales, Arizona. Sumber: rawpixel.com
zoom-in-whitePerbesar
Fentanyl yang hendak diselundupkan melalui Pelabuhan Nogales, Arizona. Sumber: rawpixel.com
Fentanyl sendiri merupakan golongan opioid yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri berlebih. Meski terdengar positif, Fentanyl nyatanya dapat memberikan efek yang mengerikan apabila dikonsumsi melebihi dosis yang seharusnya. Fentanyl memiliki kandungan yang sangat kuat, bahkan 50 kali lebih kuat dibandingkan dengan heroin dan 100 kali lebih kuat dari morfin.
Hal ini membuat konsumsi Fentanyl yang melebihi dosis sangat mudah membuat penggunanya mengalami kematian. Karakteristik lain yang membuat Fentanyl cukup ditakuti adalah sifat adiktifnya, sehingga pengguna akan tetap merasa ketagihan meskipun mengetahui bahaya yang mengintai.
ADVERTISEMENT
Jalur distribusi utama penyebaran Fentanyl berasal dari Meksiko. Kartel di Meksiko, seperti Sinaloa dan Jalisco Nueva Generacion, memainkan peran yang penting dalam hal ini. Kartel tersebut mengimpor fentanyl dari Cina sebagai produsen utama. Menurut Drug Enforcement Administration (DEA), produk Fentanyl yang dikirim oleh Cina biasanya berukuran kurang dari satu kilogram dan mengandung 90% fentanyl murni.
Sebelum diselundupkan ke AS, fentanyl tersebut dimodifikasi menjadi tablet dan pill. Taktik yang digunakan agar dapat melewati perbatasan adalah dengan mencampur fentanyl dengan narkotika lainnya, seperti heroin atau kokain kualitas rendah. Dengan begitu, produk hanya memiliki kandungan fentanyl yang tidak melebihi toleransi AS, yakni kurang dari 10%. Tidak hanya itu, tablet atau pill campuran fentanyl kemudian dimodifikasi menyerupai pill berwarna, sehingga menyerupai obat yang sesuai dengan resep. Penelitian oleh Stanford mengatakan bahwa banyak masyarakat AS yang tidak menyadari kandungan fentanyl yang melebihi dosis dalam obat yang dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Cina sudah mulai menerapkan regulasi yang lebih ketat mengenai distribusi Fentanyl dan segala bentuk obat-obatan terlarang pada tahun 2019. Saat ini, Cina menjadi salah satu negara yang terkenal keras dengan peraturan kejahatan konsumsi narkoba. Cina menjatuhi hukuman eksekusi bagi masyarakatnya yang ketahuan mengedarkan narkoba.
Penggunaan opioid di kalangan masyarakat AS memiliki kepopuleran yang cukup tinggi. Hal ini tidak lepas dari budaya dan kondisi sosial AS yang cenderung mempromosikan penggunaan.obat-obatan, meskipun secara legalitas hal tersebut melanggar hukum. Media penyebaran promosi biasanya dalam bentuk adegan di tayangan film, iklan di televisi, atau sosial media. Kondisi sosial yang cenderung "friendly" dengan pengguna narkoba turut didukung dengan sifat opioid fentanyl yang memiliki tingkat kecanduan tinggi. Institusi Kesehatan Kolmac mengatakan bahwa sifat adiktif opioid tersebut bahkan sampai mengubah tujuan konsumsi penggunanya. Pengguna yang awalnya ingin mencari kenikmatan menjadi ingin menghindari perasaan yang menyiksa apabila tidak kunjung mengkonsumsinya.
ADVERTISEMENT
AS menjadi pasar utama dari perdagangan fentanyl. Dalam 10 tahun terakhir, AS telah mengalami kasus kematian akibat overdosis opioid seperti fentanyl. Dikutip melalui Statista 2023, sudah terdapat total 110.000 kematian yang diakibatkan oleh overdosis obat dengan 75.000 kasus (70%) disebabkan oleh overdosis fentanyl.
Melihat jumlah kematian yang masif, AS tidak diam begitu saja. Meskipun suara AS sempat teredam di bawah pemerintahan Joe Biden, Donald Trump sebagai calon presiden terpilih berusaha kembali menguatkan usaha untuk membendung aliran narkotika dengan senjata andalannya, yakni tarif.
Dikutip melalui Reuters, Donald Trump menjanjikan tarif 10% untuk barang impor Cina dan tambahan 25% untuk yang berasal dari Meksiko dan Kanada. Tidak berhenti di situ, melalui kampanyenya, Trump sempat berencana untuk menetapkan kartel narkoba Meksiko sebagai teroris dan tidak segan menggunakan militer AS sebagai bentuk pertahanan negara.
ADVERTISEMENT
Meskipun Trump berencana memberikan peraturan tarif yang ketat terhadap impor Cina dan Meksiko, kebijakan tersebut tidak bisa menjamin pengurangan kasus overdosis fentanyl. Fentanyl murni yang berasal dari Cina tidak secara langsung didistribusikan ke AS, melainkan terlebih dahulu mendarat di Meksiko. Fentanyl murni tersebut kemudian diolah oleh kartel Meksiko menjadi pill atau tablet yang sudah dicampur dengan bahan-bahan lain, sehingga produk fentanyl yang nantinya didistribusikan ke AS memiliki kandungan fentanyl yang tidak melebihi batas toleransi.
Titik lemah kebijakan tarif Trump adalah pemerintah AS yang tidak memperhitungkan seberapa banyak arus distribusi fentanyl. Lebih dari 90% penyitaan fentanyl terjadi di titik masuk yang legal. Sedangkan itu, belum ada angka pasti berapa banyak kasus penyelundupan yang terjadi dengan melewati jalur-jalur ilegal.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi sumber permasalahan dari perdagangan narkoba yang masif adalah permintaan pasar yang besar. Sesuai dengan hukum ekonomi, permintaan pasar (demand) yang besar akan mendorong produksi barang (supply). Hubungan antara supply-demand seolah-olah menjadi lingkaran setan. Fentanyl yang bersifat adiktif membuat penggunanya secara berangsur-angsur bergantung pada opioid tersebut. Pengguna yang bisa menahan dorongan kecanduan fentanyl akan bebas dari lingkaran setan. Sementara itu, pengguna yang tidak bisa menahan akan mencoba berbagai cara untuk memuaskan hasrat mereka, sekaligus artinya hal tersebut melanggar hukum.
Kartel di Meksiko yang terletak di tempat perbatasan AS tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan mendapat keuntungan yang besar. Mereka terus-menerus menambah jumlah produksi obat-obatan yang mengandung fentanyl, mengikuti permintaan pasar yang terus-menerus meningkat. Meskipun saat ini Cina sudah memperketat regulasi mengenai impor fentanyl murni, Meksiko masih memiliki India sebagai produser utama. Meksiko yang terus-menerus menemukan “pengganti” rantai produksi fentanyl membuat distribusi fentanyl tidak akan dengan mudahnya berhenti.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
AS tidak bisa terus-menerus berfokus menyalahkan Cina dan Meksiko sebagai “biang keladi” dari banyaknya kasus penyelundupan fentanyl. Nyatanya, penyelundupan fentanyl sendiri didorong oleh permintaan pasar masyarakat AS yang juga masif. Tingginya jumlah konsumsi fentanyl di AS tidak bisa dilepaskan dari zat adiktif yang ada di fentanyl dan kondisi sosial AS yang bersifat lembut pada penggunaan obat-obatan. Hal ini menjurus pada permintaan yang juga semakin banyak, sehingga membuat pertumbuhan supply yang juga meningkat.
Untuk secara perlahan mengurangi kasus penyelundupan dan overdosis fentanyl, AS bisa berfokus terlebih dahulu pada sisi domestiknya. Contoh usaha yang dapat dilakukan AS adalah memperketat kembali kandungan obat-obatan yang tersebar di apotek dan mencoba mengurangi promosi secara halus penggunaan obat-obatan.
ADVERTISEMENT