Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengecap Asam Manis Kehidupan di Paris
14 April 2021 16:51 WIB
Tulisan dari zefanya todoan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Lebih Dekat Program Au Pair
ADVERTISEMENT
Mengecap asam manis kehidupan di Paris, inilah yang sedang dijalani seorang anak muda asal Indonesia. Berada di Paris dan mengikuti program Au Pair serta merambah kegiatan sambilan dibidang kuliner Indonesia, untuk mengenal lebih dekat program Au Pair, belum lama ini saya berkomunikasi dengan seorang teman.
ADVERTISEMENT
Ia sudah menetap di Paris selama kurang lebih satu tahun. Kami mengenal satu sama lain sejak tahun 2011. Ketika menjadi sukarelawan di salah satu organisasi non pemerintah. Namanya Restiwi Chusnul Chotimah, kami memanggilnya Tiwi. Kami mengajar mata pelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak usia 6 hingga 7 tahun.
Beberapa tahun berikutnya saya mendengar kabar darinya bahwa ia akan pergi ke Paris, untuk belajar bahasa Prancis dan mengikuti program aupair. Hari Sabtu, pukul 12.39 waktu Paris, kami memulai wawancara melalui telepon. Tiwi menceritakan latar belakang kehidupannya serta pengalaman selama berada di Paris.
”Sebelumnya, saya pernah menjadi volunteer di yayasan Amerika dengan misi untuk mendampingi anak-anak untuk mendapatkan pelajaran tambahan diluar jam sekolah, khusus bagi anak-anak yang kurang beruntung secara finansial. Saya mengajar pelajaran Matematika dan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa tahun kemudian, saya pindah untuk bekerja di sebuah NGO internasional bernama Life Project 4 Youth (LP4Y) dari Prancis, di mana misi saya di sini lebih berbeda dari sebelumnya karena kami harus mendampingi anak muda dari umur 17-25 tahun dalam hal integritas sosial dan profesional.
Contohnya kita memberikan bimbingan aktivitas mikro bisnis, Bahasa Inggris, komputer dan lain sebagainya, supaya kelak mereka bisa menjadi seorang entrepreneur, menghidupi diri mereka sendiri", ujar Tiwi.
”Saat ini, saya tinggal di Paris dan bekerja sebagai Au Pair. Menurut saya, mengikuti program Au pair merupakan cara paling murah untuk belajar dan tinggal di suatu negara, tanpa harus merogoh kocek yang dalam. Bisa dikatakan, program ini menjadi batu loncatan untuk mencapai mimpi hidup di luar negeri yah, tergantung sih mimpi kalian itu apa. Selain daripada itu, saya juga belajar di sebuah sekolah untuk mempelajari Bahasa Prancis, supaya saya bisa berkomunikasi dan berbaur dengan sosial di kehidupan sehari-hari. Di sini saya juga belajar untuk beradaptasi, bertahan hidup di luar zona nyaman ku. Setelah direnungkan, ternyata banyak sekali pengalaman hidup yang saya dapatkan selama berada di Paris, banyak juga hal yang sebelumnya saya tidak pernah lihat, seperti indahnya alam di belahan dunia lain yang telah Allah ciptakan yakni, Paris", ucap Tiwi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Tiwi berbagi kisah tentang awal mulanya dapat mengikuti program Au Pair di Paris. ”Hal menarik yang membuat saya ke Prancis untuk menjadi Au Pair dikarenakan candaan kosong bersama teman-teman Prancis dari organisasi LP4Y. Saya ingin sekali berkunjung ke negara mereka dan reuni.
Tanpa disangka, saya mendapatkan informasi tentang program Au Pair dari mereka, kemudian saya mulai mengikuti prosesnya dan sampailah saya di sini. Namun, semuanya itu merupakan rancangan tangan Tuhan, rangkaian kehidupan saya seturut dengan mimpi yang saya miliki sedari kecil. Saya bercita-cita untuk bisa tinggal di luar negeri dan menuntut ilmu secara akademis maupun non akademis, dan negara tersebut adalah Prancis.
Au pair adalah sebuah program pertukaran budaya antar negara, apa pun negaranya. Di mana kita bisa tinggal secara gratis dan bersekolah di sebuah negara tertentu, mendapat banyak fasilitas primer maupun non primer bersama dengan keluarga angkat. Sebagai gantinya, kita harus mengajarkan host family Bahasa Inggris atau bahasa ibu negara kalian dan bermain bersama anak-anak mereka selama beberapa jam per hari.
ADVERTISEMENT
Selain belajar bahasa, kita pun bisa mengajarkan hal lainnya kepada mereka, tergantung skill masing-masing dari yang kalian miliki.
Tiwi mengatakan, ”Saya ingin memperkenalkan masakan Indonesia ke mancanegara. Nah, di Paris ini saya memulai bisnis kecil-kecilan. Ide dan kreativitas ini tercetus, beberapa bulan lalu, saat sistem lockdown mulai diterapkan di Paris. Saya memulai usaha dengan dengan membuka layanan pre-order makanan Indonesia di Paris.
Target market saya bukan hanya orang Indonesia saja, tapi semua kalangan. Bergelut dengan bisnis kuliner ini tentunya tidak mudah, proses yang dilewati cukup berliku. Namun saya percaya, semuanya ada waktunya dan berproses. Cara promosi yang saya lakukan untuk bisnis saat ini yaitu melalui mulut ke mulut, dari satu teman ke teman lainnya, lalu media sosial, dan tentunya promosi yang saya lakukan secara hard selling, dengan membicarakan bisnis kuliner ini kepada siapa pun yang saya temui.
ADVERTISEMENT
Sampai sekarang saya masih menerapkan sistem PO, semuanya saya kerjakan sendiri di dapur pribadi, bisnis ini saya lakukan dengan sangat serius. Saya berharap bisnis kuliner ini dapat semakin besar dan berkembang dalam 4 tahun ke depan."
Tak ada gading yang tak retak, pengalaman tinggal di negara orang tentunya tidak selalu membahagiakan. Selain berbicara mengenai apa saja yang dilakukan di Paris, kami juga berbincang tentang tantangan, kesulitan dan culture shock yang dialami Tiwi di Paris.
Tantangan pertama adalah kerinduan saya dengan rumah, keluarga, teman dan Indonesia. Sering kali saya sangat merindukan jajanan pinggir jalan dan makanan lainnya. Beruntungnya kerinduan tersebut dapat terobati, melalui bisnis yang saya miliki, yaitu kuliner Indonesia, sehingga saya pun bisa makan masakan Indonesia setiap minggunya. Saya juga rindu dengan teriknya matahari di Indonesia, serta keramah-tamahan orang Indonesia.
Lalu, tidak jarang yang menjadi kendala adalah bahasa, beberapa bulan saat tiba di Paris saya sempat kesulitan untuk berkomunikasi. Orang Prancis tidak suka berbicara bahasa Inggris walaupun mereka bisa menggunakannya.
ADVERTISEMENT
Di tengah perbincangan, ada suatu hal yang terlintas dalam pikiran saya, yaitu mengenai pandemi. Saya penasaran dengan pandemi yang juga melanda Prancis. Saya tertarik untuk mengetahui sikap masyarakat dan pemerintah di sana dalam menghadapi pandemi Covid19 ini.
”Pandemi di Paris cukup menantang situasinya, tak jarang saya lihat orang di sini tidak peduli dengan aturan, namun masih dalam batas terkendali. Tahun 2020, pemerintahan Prancis menetapkan lockdown selama kurang lebih 3 bulan. Pada saat itu juga, pemerintah langsung mengumumkan peraturan diberlakukannya jam malam untuk aktifitas di luar. Ruang gerak cukup terbatas. Kemudian untuk penanganan medis di Prancis, terbilang sangat baik, dengan adanya kartu asuransi dari pemerintah kita bisa berobat gratis, walaupun harus membayar nantinya biaya tersebut akan diganti sebanyak 70 % bahkan 100 %, ujar Tiwi.”
Sebelum mengakhiri diskusi ini saya bertanya tentang tips ala Tiwi untuk teman – teman diluar sana yang ingin belajar menentukan pilihan hidup dan tertarik mencoba jalur karier seperti Tiwi. Tiwi mengatakan,”Do not be rush! It took me almost 10 years to be here and my life is still going on with other objectives. Belajar untuk mempunyai target dalam hidup, ketika target lain sudah dicapai, bikin target baru, supaya kita bisa terus bertumbuh.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jangan lelah dan bosan untuk terus mencari informasi seluas-luasnya yang sesuai dengan apa yang menjadi cita – cita kalian", tutup Tiwi dalam mengakhiri wawancara.