Pengalaman Lintas Budaya Pelajar Tanzania di Indonesia

zefanya todoan
Lulusan komunikasi massa dari STIKOM LSPR Communication and Business Institute Jakarta, Indonesia. Sukarelawan dari Youth Development Organization Tanzania. Gemar menulis dan fotografi.
Konten dari Pengguna
13 April 2021 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zefanya todoan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Menimba Ilmu di Universitas Negeri Malang

Ramadhani bersama dengan mahasiswa Indonesia dan Internasional di Universitas Negeri Malang
zoom-in-whitePerbesar
Ramadhani bersama dengan mahasiswa Indonesia dan Internasional di Universitas Negeri Malang
ADVERTISEMENT
Semenjak bekerja di Dar es Salaam-Tanzania, khususnya di bidang Informasi dan Sosial Kebudayaan, saya mendapatkan banyak cerita tentang pengalaman lintas budaya pelajar Tanzania yang belajar ke Indonesia. Salah satunya adalah pengalaman yang diceritakan oleh penerima beasiswa asal Tanzania yang menimba ilmu di Universitas Negeri Malang.
ADVERTISEMENT
Saya melakukan wawancara singkat dengannya dan bertanya tentang sudut pandangnya selama berada di Indonesia. Melalui diskusi ini kita bisa melihat sedikit banyak pandangan mahasiswa internasional tentang negara kita tercinta, Indonesia.
Nama saya Ramadhani Lausi Mkumbachi dari Mtwara, Tanzania. Dilahirkan dan dibesarkan di daerah pedesaan. Sejak kecil saya banyak diperhadapkan dengan tantangan sosial, keuangan, dan akademis. Hal ini memberi saya semangat untuk berprestasi dan membuat terus kemajuan dalam hal akademisi. Saya selalu antusias mempelajari pengetahuan baru untuk pengembangan karier profesional saya, dan juga komunitas yang akan saya layani di Afrika. Saya ingin menjadi seseorang yang berguna bagi dunia dengan menggunakan keahlian yang saya peroleh.
Foto bersama dalam acara International Conference
Dengan berbekal kontak jaringan saya yang studi sarjana di Indonesia, saya mendapatkan informasi tentang program beasiswa Kemitraan Negara Berkembang yang dikenal sebagai beasiswa KNB, program beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Republik Indonesia. Oleh karena kualifikasi dan persyaratan yang memenuhi, pada tahun 2017 saya dianugerahi program beasiswa ini. Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti studi magister dalam bidang pendidikan Geografi di Universitas Negeri Malang (UM), Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selama saya kuliah di Indonesia, saya sangat bersemangat, Universitas Negeri Malang (UM) dengan infrastruktur belajar mengajar yang unggul dan asrama mahasiswa internasional yang bagus. Saya suka belajar di Indonesia karena perguruan tinggi di Indonesia memiliki kualitas yang baik dan standar pendidikan yang tinggi dengan sumber daya pedagogis yang kuat serta sarana dan prasarana yang lengkap. Demikian pula, Indonesia adalah tempat yang aman dan damai untuk belajar.
Selain itu, saya juga mendapat kesempatan untuk belajar bahasa Indonesia melalui program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Selama waktu liburan, saya mengunjungi tempat-tempat yang luar biasa, seperti pantai terindah di Bali, Karimun Jawa, dan Lombok, berbagai air terjun dan taman nasional gunung berapi aktif Bromo Tengger. Selanjutnya, saya menikmati berbagai masakan khas Indonesia yang sangat enak dan wajib dicoba seperti Bakso, Mi Ayam, Nasi Goreng, Ayam Geprek, Soto, dan Lontong ditemani dengan berbagai minuman buatan lokal seperti Es teh, Es degan, Es campur, STMJ, dan minuman tradisional dengan rempah, yaitu Jamu.
Berwisata Alam ke Gunung Bromo
Hidup di negara asing memang agak menantang karena adanya perbedaan budaya, namun tinggal di kota Malang-Indonesia, kehidupannya cukup baik, berkesan dan menyenangkan, karena orang-orangnya yang sangat baik, perhatian dan selalu ramah dengan wajah tersenyum. Saya juga menikmati bersosialisasi dengan penduduk lokal yang selalu hangat dan sangat bersemangat ketika bertemu dengan orang asing, walaupun banyak dari mereka yang sering menghujani saya dengan beragam pertanyaan.
ADVERTISEMENT
Cuaca di kota Malang cukup sejuk dan kondusif dengan semua layanan sosial yang tersedia tidak jauh dari pusat kota. Namun, saya merindukan makanan pokok Tanzania seperti Ugali, Ndizi nyama, Pilau, dan Wali nazi. Sebenarnya banyak sekali perbedaan antara Tanzania dan Indonesia seperti dari segi pendidikan, kebudayaan, sarana prasarana dan gaya hidup pada umumnya. Prasarana pendidikan seperti kompleks sekolah, ruang kelas, laboratorium, lapangan, olahraga, dan perkantoran di Indonesia sangat baik sehingga mampu memotivasi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Demikian pula, menurut pandangan saya pelajar Indonesia diperlakukan berbeda dibandingkan pelajar Tanzania. Di sekolah-sekolah Indonesia pada umumnya hukuman fisik seperti memukul dengan menggunakan tongkat adalah hal yang tidak lazim dan sangat dilarang. Begitu pula siswa diperbolehkan menggunakan telepon genggam. Menurut saya murid-murid di Indonesia memiliki perilaku yang santun, mungkin karena asuhan dan perhatian orang tua yang baik.
ADVERTISEMENT
Menyusul merebaknya pandemi corona, berbagai pembatasan diberlakukan untuk menekan penyebaran virus corona, semua sekolah dialihkan ke pembelajaran virtual online. Namun, menurut saya hampir seluruh siswa di Indonesia, dari sekolah dasar hingga tingkat yang lebih tinggi dapat mengakses platform online dan melanjutkan studi mereka melalui kelas online, sementara siswa di Tanzania tidak memiliki akses internet untuk belajar secara virtual. Bahkan bagi mereka yang berada di tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti universitas.
Mencicipi makanan khas Indonesia
Hidup di Indonesia cukup membuat saya terkejut dengan gaya hidup masyarakat Indonesia, terlebih dalam penggunaan sepeda motor sebagai alat transportasi mayoritas masyarakatnya. Di Indonesia kebanyakan orang tidak berjalan kaki, meskipun untuk jarak yang dekat. Sebagai orang pendatang yang sangat menyukai aktivitas berjalan kaki, hal ini membuat sebagian besar orang Indonesia mengarahkan saya untuk melakukan hal yang sama, yakni menggunakan sepeda motor.
ADVERTISEMENT
Saya ingat pertama kali saya melihat kerumunan orang dengan sepeda motor di lampu lalu lintas di Jakarta, dalam pikiran saya, "Apakah orang-orang ini sedang balapan?" Padahal itu hanyalah kebiasaan berkendara yang normal. Begitu juga saya cukup terkejut melihat orang Indonesia dalam mengkonsumsi makanan yang super pedas. Penggunaan cabai hampir selalu ada dalam setiap masakan Indonesia. Bahkan beberapa masakan Indonesia memiliki kisaran level seperti level pedas 1,2,3,4 dan 5. Saya teringat suatu hari ketika teman saya mengajak saya mencicipi sajian mi setan, makanan tersebut berhasil membuat saya mengeluarkan air mata, padahal mi setan yang saya makan adalah mi setan level satu.
Berbicara mengenai sosok yang saya kagumi dan menjadi panutan di Indonesia adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Makarim. Saya sangat terkesan dengan Pak Nadiem Makarim, karena dia adalah menteri termuda dalam sejarah Indonesia yang memiliki visi luar biasa untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.
Presentasi dalam acara universitas
Selain itu saya juga memiliki cita-cita untuk dapat bekerja dengan Kedutaan Besar Indonesia di beberapa proyek di Tanzania sehingga saya dapat berkontribusi untuk Indonesia dan negara saya, Tanzania dengan menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang saya peroleh. Selain itu, saya juga mencari kesempatan untuk mengejar gelar PhD di Indonesia dan sangat ingin mempelajari kegiatan lainnya seperti keterampilan wirausaha sehingga begitu kembali ke Tanzania saya dapat membuka pusat studi kewirausahaan saya sendiri di kalangan pemuda di Tanzania.
ADVERTISEMENT
Di masa depan, saya berencana untuk memiliki sekolah dasar swasta saya sendiri di Tanzania yang akan dilengkapi dengan kualitas pengajar dan fasilitas terbaik, seperti yang ada di Indonesia. Supaya dapat membantu siswa-siswa di Tanzania, terutama mereka yang berasal dari keluarga miskin. Selain itu, saya juga berencana untuk memiliki beberapa industri kecil pengolahan makanan melalui penemuan keterampilan pengolahan makanan dari Indonesia seperti pembuatan tempe, tahu, terasi dan lain-lain karena masih terdapat potensi yang belum tergali untuk pengembangan pengolahan makanan di Tanzania.