Konten dari Pengguna

Gen Z dan Keuangan Pribadi, Bagaimana Mereka Mengelola Uang di Era Digital

Zein Putri Ayu Sirait
Mahasiswa di Universitas Mulawarman
27 November 2024 20:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zein Putri Ayu Sirait tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era digital yang serba cepat, Generasi Z menunjukkan kemampuan yang unik dalam mengelola keuangan pribadi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, mereka tidak hanya mengandalkan aplikasi keuangan untuk menyimpan dan mentransfer uang, tetapi juga mulai berinvestasi dan merencanakan masa depan keuangan dengan cara yang inovatif dan berbeda dari generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pexels.com/Pixabay
1. Pengaruh Teknologi dalam Mengelola Keuangan
Salah satu faktor utama yang memengaruhi cara Generasi Z mengelola uang adalah perkembangan teknologi finansial atau fintech. Aplikasi seperti Ovo, GoPay, dan DANA kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka, mempermudah transaksi digital dan pengelolaan keuangan. Perbankan digital seperti Jago dan Bank Neo juga menawarkan fitur yang praktis, seperti membuka rekening secara online, mengatur anggaran, dan melacak pengeluaran hanya melalui ponsel.
Generasi Z sangat mengandalkan teknologi untuk memantau pengeluaran, merencanakan tabungan, dan memanfaatkan berbagai keuntungan seperti cashback atau reward. Dengan pendekatan ini, mereka lebih bijak dalam mengelola uang dan memiliki kesadaran tinggi terhadap perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.
ADVERTISEMENT
2. Kewirausahaan dan Investasi sebagai Prioritas
Berbeda dari generasi sebelumnya yang lebih fokus pada pekerjaan tetap, Generasi Z menunjukkan minat besar terhadap kewirausahaan dan investasi. Banyak dari mereka yang tertarik memulai bisnis sendiri, baik dalam bentuk e-commerce maupun sebagai konten kreator di platform digital seperti YouTube, Instagram, atau TikTok. Teknologi digital memungkinkan mereka memulai usaha dengan modal kecil dan akses pasar yang luas.
Selain itu, investasi menjadi salah satu fokus utama Generasi Z. Mereka berani mencoba berbagai instrumen investasi seperti saham, cryptocurrency, dan peer-to-peer lending. Aplikasi seperti Ajaib, Bareksa, dan Tanamduit memberikan kemudahan bagi mereka untuk memulai investasi sejak dini. Khususnya, cryptocurrency menarik perhatian mereka karena dianggap memiliki potensi keuntungan jangka panjang meskipun risikonya tinggi.
ADVERTISEMENT
3. Pentingnya Pendidikan Keuangan
Generasi Z semakin menyadari pentingnya pendidikan keuangan. Mereka aktif mencari informasi tentang pengelolaan uang melalui platform seperti YouTube, podcast, dan artikel di media sosial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z memiliki akses luas ke sumber belajar yang relevan dengan gaya hidup mereka.
Banyak perusahaan fintech yang turut mendukung edukasi keuangan melalui seminar online, webinar, dan materi pembelajaran interaktif. Dengan pemahaman yang lebih baik, mereka mampu membuat anggaran, menabung, dan merencanakan keuangan jangka panjang, seperti membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun.
4. Keuangan yang Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab
Generasi Z tidak hanya fokus pada bagaimana menghasilkan uang, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan dari uang yang mereka hasilkan. Mereka cenderung mendukung perusahaan yang ramah lingkungan, usaha kecil, atau bisnis dengan nilai keberlanjutan yang kuat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Generasi Z lebih berhati-hati dalam mengambil utang atau membeli barang dengan cicilan. Mereka menyadari pentingnya pengelolaan utang yang sehat untuk menjaga kestabilan keuangan. Pendekatan ini mencerminkan nilai keberlanjutan yang dipegang dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk keuangan.
5. Tantangan dalam Mengelola Keuangan
Meski memiliki kecakapan finansial yang baik, Generasi Z tidak luput dari tantangan. Banyak dari mereka yang masih berada di awal karier dengan pendapatan yang relatif rendah, sementara biaya hidup terus meningkat. Tekanan sosial untuk tampil sempurna di media sosial sering kali mendorong mereka melakukan pengeluaran impulsif, seperti membeli barang branded atau mengikuti tren yang mahal.
Selain itu, fenomena "fear of missing out" (FOMO) juga menjadi tantangan. Kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial sering kali memengaruhi keputusan finansial mereka, sehingga mereka terjebak dalam pengeluaran yang tidak terencana.
ADVERTISEMENT