Konten dari Pengguna

Media Massa sebagai Boneka Politik

Zellent Addawia Aziz
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6 Oktober 2021 12:27 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zellent Addawia Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Zellent Addawia Aziz
cr: Zellent A A
zoom-in-whitePerbesar
cr: Zellent A A
Seperti yang kita ketahui pada era sekarang, di zaman yang sudah maju dan dipenuhi oleh teknologi terbarukan membuat banyak perubahan dalam proses komunikasi. Seperti majunya komunikasi pada media massa. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti surat kabar, radio, televisi, film ataupun sosial media yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain disebut penerangan, pendidikan dan hiburan. Adapun jenis media massa lain seperti media cetak, media elektronik dan juga media internet yang sekarang sudah mulai banyak dikenal orang.
ADVERTISEMENT
Media yang populer di Indonesia yaitu televisi, karena umumnya masyarakat Indonesia tingkat minat baca rendah dan televisi juga sebagai media dengan akses yang mudah. Namun, media cetak juga masih punya peminatnya sendiri, peminatnya yaitu masyarakat berpendidikan dan usia dewasa. Biasanya mereka membutuhkan informasi dalam bentuk cetak karena biasanya memuat data dari hasil observasi dan analisis mendalam sehingga dapat dijadikan referensi untuk kepentingan mereka.
Media internet juga sangat berperan dalam komunikasi politik, internet juga memiliki respons yang cepat khalayaknya karena khalayak di internet dapat langsung mengomentari atau mengkritik pesan yang disampaikan. Internet telah berubah sebagai media yang cukup besar pengaruhnya terhadap perubahan politik. Hampir semua hal yang berkaitan dengan politik dan pemerintahan sekarang sangat mudah di akses di internet lewat situs web, sosial media dan lainnya. Dari media massa masyarakat juga dapat mengetahui perilaku dan peristiwa politik yang saat ini terjadi, sehingga pada akhirnya masyarakat itu sendiri membuat kesimpulan dari informasi yang diterimanya. Apalagi di zaman sekarang sudah diberi kebebasan pers untuk memuat kejadian yang sebenarnya dan juga bebas mengemukakan pendapat kepada masyarakat luas yang tentunya dalam batas yang ditentukan. Masyarakat dapat menyampaikan kritik, saran maupun keluhan secara langsung kepada pemerintah tanpa dibatasi ruang dan waktu.
ADVERTISEMENT
Pada masa yang akan datang internet akan dijadikan media yang berpengaruh dalam dunia pemerintahan atau dunia politik di Indonesia. Apalagi sekarang sudah banyak partai-partai politik yang memanfaatkan sosial media dan aktif dalam bersosial media dan mengajak untuk berdiskusi terbuka melalui sosial media yang mereka punya. Pada masa sekarang media massa sudah berpengaruh banyak terhadap kegiatan partai politik.
Di era sekarang ini peristiwa politik dijadikan bahan liputan yang menarik di media massa, sehingga mustahil kehidupan politik dipisahkan oleh media massa. Para aktor politik senantiasa menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya diliput oleh media. Peristiwa politik, perilaku dan perkataan aktor politik selalu mempunyai nilai untuk berita sekalipun itu hanya aktivitas rutin belaka, seperti rapat partai atau pertemuan partai politik dengan pendukungnya. Apalagi saat sedang masa pergantian presiden atau pembubaran parlemen, pastinya media massa akan dipenuhi berita-berita tentang politik.
ADVERTISEMENT
Media massa juga sering dimanfaatkan untuk kampanye politik, advertensi dan propaganda. Dalam pemilu 2019, KPU memberikan media massa sebagai fasilitas kampanye secara mandiri namun tetap dengan ketentuan yang diterapkan. Iklan kampanye dapat dilakukan di media cetak, media dari, radio maupun televisi. KPU telah memberi ketentuan dan batasan dalam kampanye media dalam peraturan KPU nomor 23 tahun 2018 tentang kampanye pemilu. Dengan adanya peraturan tersebut menunjukkan bahwa peran media massa sangat signifikan terhadap proses politik. Karena itu tim sukses kampanye pun perlu memikirkan bagaimana pemanfaatan media massa sebagai salah satu alat yang bisa digunakan untuk memenangkan atensi. Media massa mampu memfasilitasi mobilisasi simpatisan, serta membantu para kandidat untuk secara cepat dikenali oleh pemilih dengan jangkauan yang luas.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri eksistensi pemberitaan di media massa dalam sistem politik bukan hanya bersumber dari ketertarikannya terhadap nilai atas suatu peristiwa, melainkan juga bisa datang dari rekan atau permintaan dari kontestan pemilu itu sendiri. Pada 2009 lanskap media berkembang dijadikan beberapa kategori yaitu sebagai penonton, penjaga, pelayan dan penipu. Dalam hal ini, ada dua perusahaan jaringan media besar yang sebagai pelayan yaitu Media Group milik Surya Paloh dan Viva Group milik Aburizal Bakrie. Paloh memiliki kedekatan dengan Jusuf Kalla sebagai capres Golkar yang maju bersama Wiranto, sementara Aburizal dekat dengan pihak petahana yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sehingga mendukung pasangan calon SBY. Sepanjang 2009, Media Group melalui Metro Tv dan Media Indonesia gencar memberitakan skandal bailout Bank Century yang menjadi noda pemerintahan SBY. Sementara itu Viva News gencar memberitakan pencapaian ekonomi pemerintahan SBY dan beberapa kebijakan seperti bantuan langsung tunai dan anggaran pendidikan yang mencapai 20% sampai penurunan BBM.
ADVERTISEMENT
Begitu pula pada pemilihan presiden tahun 2014, kebijakan media makin terlihat jelas. Dalam jurnalnya, Bambang Winarso menyebutkan dia menemukan eksploitasi terhadap media, baik online, cetak maupun elektronik yang digunakan untuk memenangkan kandidat presiden. Baik Bambang maupun Tapsell sepakat, keberpihakan yang secara terang-terangan itu karena pasar media makin oligarki. Bambang menilai hal seperti ini yang membuat para jurnalis bergerak sesuai kepentingan politik pemilik media yang berujung pada praktik jurnalisme partisan. Dia mencatat, calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapat dukungan dari berbagai macam media seperti TVOne, AnTV, RCTI, MNC TV dan Global Tv, serta koran Sindo, media online MNC Group dan tabloid kampanye hitam terhadap kandidat lainnya. Sementara itu pada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat media dukungan milik Surya Paloh termasuk Metro TV dan Media Indonesia, serta media lain sepeti Tempo dan The Jakarta Post.
ADVERTISEMENT
Sekarang juga media sedang gencar meliput banyak isu politik karena politik selalu ramai di masyarakat. Belum lagi masa periode presiden kita Joko Widodo sudah akan habis dan isunya akan menambah periode, kita lihat saja sampai 2024 apakah akan benar kejadian atau hanya kabar burung yang hanya membuat masyarakat geger akan hal itu. Semoga saja keputusan yang nanti diambil oleh pemerintah tetap berpihak kepada masyarakat bukan hanya untuk orang-orang pemangku kepentingan.
Dilihat dari pengaruh politik terhadap media massa bukankah akan membingungkan masyarakat? Bukankah harusnya media massa yang harusnya menyampaikan pesan dan informasi kepada masyarakat harus netral dan berpihak kepada masyarakat? Mengapa makin kesini media massa hanya untuk kepentingan politik dan bisnis saja? Oleh sebab itu informasi dari mana yang harus kita percaya saat ini?
ADVERTISEMENT
Maka dari itu seharusnya media tidak berpihak kepada condong politik tertentu. Namun apa daya jika media massa sekarang dalam kepemilikan orang-orang politik yang haus akan kekuasaan, menguasai semua untuk kepentingan dirinya sendiri tak memikirkan rakyat kecil seperti kita. Mungkin pemerintah harus menyediakan media yang netral tak berpihak kepada kelompok-kelompok tertentu saja, rekan media juga harus bisa bersikap netral sebagai penyalur informasi kepada masyarakat.
Masyarakat sebagai penerima informasi juga harus pintar memilih informasi yang diterima, jangan langsung menyimpulkan dari satu sumber saja namun perbanyak riset dari berbagai sisi baru bisa menyimpulkan informasi. Apalagi di era sekarang sudah bisa mengakses informasi dari berbagai sumber seperti internet misalnya. Di internet orang bebas menyampaikan pendapatnya dalam berbagi informasi yang belum diketahui secara pasti, bisa saja yang dia katakan adalah kebohongan belaka atau kabar palsu yang biasa kita sebut hoax. Maka cerdaslah dalam menerima informasi karena makin majunya media massa makin banyak informasi keberpihakan yang dilakukan suatu pihak untuk mengangkat namanya dan menjatuhkan lawan.
ADVERTISEMENT